Gunung Merapi yaitu gunung termuda dalam rangkaian gunung berapi yang mengarah ke selatan dari Gunung Ungaran. Gunung ini terbentuk alasannya yaitu kegiatan di zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia mengakibatkan munculnya kegiatan vulkanik di sepanjang bab tengah Pulau Jawa. Puncak yang kini ini tidak ditumbuhi vegetasi alasannya yaitu kegiatan vulkanik tinggi. Puncak ini tumbuh di sisi barat daya puncak Gunung Batulawang yang lebih tua. Proses pembentukan Gunung Merapi telah dipelajari dan dipublikasi semenjak 1989 dan seterusnya.
Berthomier, seorang sarjana Prancis, membagi perkembangan Merapi dalam empat tahap. Tahap pertama yaitu Pra-Merapi (sampai 400.000 tahun yang lalu), yaitu Gunung Bibi yang bagiannya masih sanggup dilihat di sisi timur puncak Merapi. Tahap Merapi Tua terjadi saat Merapi mulai terbentuk namun belum berbentuk kerucut (60.000 - 8000 tahun lalu). Sisa-sisa tahap ini yaitu Bukit Turgo dan Bukit Plawangan di bab selatan, yang terbentuk dari lava basaltik. Selanjutnya yaitu Merapi Pertengahan (8000 - 2000 tahun lalu), ditandai dengan terbentuknya puncak-puncak tinggi, ibarat Bukit Gajahmungkur dan Batulawang, yang tersusun dari lava andesit. Proses pembentukan pada masa ini ditandai dengan pedoman lava, breksiasi lava, dan awan panas. Aktivitas Merapi telah bersifat letusan efusif (lelehan) dan eksplosif.
Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan runtuhan material ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal kuda dengan panjang 7 km, lebar 1-2 km dengan beberapa bukit di lereng barat. Kawah Pasarbubar (atau Pasarbubrah) diperkirakan terbentuk pada masa ini. Puncak Merapi yang sekarang, Puncak Anyar, gres mulai terbentuk sekitar 2000 tahun yang lalu. Dalam perkembangannya, diketahui terjadi beberapa kali letusan eksplosif dengan 4 menurut pengamatan lapisan tefra.
Karakteristik letusan semenjak 1953 yaitu desakan lava ke puncak kawah disertai dengan keruntuhan kubah lava secara periodik dan pembentukan awan panas (nuée ardente) yang sanggup meluncur di lereng gunung atau vertikal ke atas. Letusan tipe Merapi ini secara umum tidak mengeluarkan bunyi ledakan tetapi desisan. Kubah puncak yang ada hingga 2010 yaitu hasil proses yang berlangsung semenjak letusan gas 1969. Pakar geologi pada tahun 2006 mendeteksi adanya ruang raksasa di bawah Merapi berisi material ibarat lumpur yang secara "signifikan menghambat gelombang getaran gempa bumi". Para ilmuwan memperkirakan material itu yaitu magma. Kantung magma ini merupakan bab dari gugusan yang terbentuk akhir menghunjamnya Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.
Puncak Merapi pada tahun 1930. Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar tercatat di tahun 1006 (dugaan), 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan pada tahun 1006 menciptakan seluruh bab tengah Pulau Jawa diselubungi abu, menurut pengamatan timbunan debu vulkanik. Ahli geologi Belanda, van Bemmelen, berteori bahwa letusan tersebut mengakibatkan sentra Kerajaan Medang (Mataram Kuno) harus berpindah ke Jawa Timur. Letusan pada tahun 1872 dianggap sebagai letusan terkuat dalam catatan geologi modern dengan skala VEI mencapai 3 hingga 4. Letusan terbaru, 2010, diperkirakan juga mempunyai kekuatan yang mendekati atau sama.
Letusan tahun 1930, yang menghancurkan tiga belas desa dan menewaskan 1400 orang, merupakan letusan dengan catatan korban terbesar hingga sekarang. Letusan bulan November 1994 mengakibatkan luncuran awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban 60 jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan terakhir gunung ini yaitu pada tahun 2001-2003 berupa kegiatan tinggi yang berlangsung terus-menerus.
Pada tahun 2006 Gunung Merapi kembali beraktivitas tinggi dan sempat menelan dua nyawa sukarelawan di tempat Kaliadem alasannya yaitu terkena terjangan awan panas. Rangkaian letusan pada bulan Oktober dan November 2010 dievaluasi sebagai yang terbesar semenjak letusan 1872 dan memakan korban nyawa 273 orang (per 17 November 2010), meskipun telah diberlakukan pengamatan yang intensif dan persiapan administrasi pengungsian. Letusan 2010 juga teramati sebagai penyimpangan dari letusan "tipe Merapi" alasannya yaitu bersifat eksplosif disertai bunyi ledakan dan gemuruh yang terdengar hingga jarak 20-30 km. Gunung ini dimonitor non-stop oleh Pusat Pengamatan Gunung Merapi di Kota Yogyakarta, dibantu dengan banyak sekali instrumen geofisika telemetri di sekitar puncak gunung serta sejumlah pos pengamatan visual dan pencatat kegempaan di Ngepos (Srumbung), Babadan, dan Kaliurang.
Sumber: Wikipedia
0 Komentar untuk "Struktur Geologi Gunung Merapi"