Pengertian sejarah Menrut para hebat :
- Mengikut pandangan "Bapa Sejarah" Herodotus, Sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan satu kitaran jatuh bangunnya seseorang tokoh, masyarakat dan peradaban.
- Mengikut definisi yang diberikan oleh Aristotle, bahawa Sejarah merupakan satu sistem yang menduga kejadian semulajadi dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, berdasarkan dia juga Sejarah ialah peristiwa-peristiwa masa kemudian yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang kukuh.
- Menurut R. G. Collingwood, Sejarah ialah sejenis bentuk penyelidikan atau suatu penyiasatan perihal perkara-perkara yang telah dilakukan oleh insan pada masa lampau.[Manakala Shefer pula beropini bahawa Sejarah ialah kejadian yang telah lepas dan benar-benar berlaku.
- Sementara itu, Drs. Sidi Gazalba cuba menggambarkan sejarah sebagai masa lampau insan dan persekitarannya yang disusun secara ilmiah dan lengkap mencakup urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan klarifikasi yang memberi pengertian dan kefahaman perihal apa yang berlaku.
- Sedangkan menurut,Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka telah mengatakan Sejarah sebagai asal-usul, keturunan, salasilah, kejadian yang benar-benar berlaku pada waktu yang lampau, kisah, riwayat, tambo, tawarikh dan kajian atau pengetahuan mengenai kejadian yang telah berlaku.
Oleh sebab itu Sejarah dalam pngertian kata lain dipakai untuk mengetahui masa lampau berdasarkan fakta-fakta dan bukti-bukti yang sahih bagi membolehkan insan memperkayakan pengetahuan supaya waktu kini dan akan tiba menjadi lebih cerah. Dengan itu akan timbul perilaku waspada (awareness) dalam diri semua kelompok masyarakat kerana melalui pembelajaran Sejarah, ia sanggup membentuk perilaku tersebut terhadap permasalahan yang dihadapi biar peristiwa-peristiwa yang berlaku pada masa lampau sanggup dijadikan pengajaran yang berguna. Pengertian Sejarah boleh dilihat dari tiga dimensi iaitu epistomologi (kata akar), metodologi (kaedah sesuatu sejarah itu dipaparkan) dan filsafat atau pemikiran kejadian kemudian yang dianalisa secara teliti untuk menentukan sama ada ia benar atau tidak
Sejarah, dalam bahasa Indonesia sanggup berarti riwayat kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal permintaan keturunan (terutama untuk raja-raja yang memerintah).
Umumnya sejarah atau ilmu sejarah diartikan sebagai informasi mengenai kejadian yang sudah lampau. Sebagai cabang ilmu pengetahuan, mempelajari sejarah berarti mempelajari dan menerjemahkan informasi dari catatan-catatan yang dibentuk oleh orang perorang, keluarga, dan komunitas. Pengetahuan akan sejarah melingkupi: pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis.
Dahulu, pembelajaran mengenai sejarah dikategorikan sebagai cuilan dari Ilmu budaya (Humaniora). Akan tetapi, di ketika kini ini, Sejarah lebih sering dikategorikan sebagai Ilmu sosial, terutama jikalau menyangkut perunutan sejarah secara kronologis.
Ilmu sejarah mempelajari banyak sekali kejadian yang berafiliasi dengan kemanusiaan di masa lalu. Sejarah dibagi ke dalam beberapa sub dan cuilan khusus lainnya menyerupai kronologi, historiograf, genealogi, paleografi, dan kliometrik. Orang yang mengkhususkan diri mempelajari sejarah disebut sejarawan.
Ilmu sejarah juga disebut sebagai Ilmu tarikh atau Ilmu babad.
Karena lingkup sejarah sangat besar, perlu pembagian terstruktur mengenai yang baik untuk memudahkan penelitian. Bila beberapa penulis, menyerupai H. G. Wells, Will dan Ariel Durant, menulis sejarah dalam lingkup umum, kebanyakan hebat sejarah mempunyai keahlian dan spesialisasi masing-masing.
Ada banyak cara untuk memilah informasi sejarah, misalnya:
- Berdasarkan kurun waktu (kronologis)
- Berdasarkan wilayah (geografis)
- Berdasarkan negara (nasional)
- Berdasarkan kelompok suku bangsa (etnis)
- Berdasarkan topik/pokok bahasan (topikal)
Banyak orang yang mengkritik Ilmu Sejarah. Menurut mereka sejarah sering kali terlalu terpaku pada kejadian-kejadian politik, konflik bersenjata, dan orang-orang terkenal. Sejarah, berdasarkan mereka, kurang memperhatikan perubahan penting dalam hal pemikiran manusia, teknologi, serta kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat — hal-hal yang sangat penting untuk diketahui pula. Akan tetapi, perkembangan Ilmu Sejarah kini ini semakin berusaha untuk memperbaikinya.
Ahli sejarah mendapat informasi mengenai masa lampau dari banyak sekali sumber, menyerupai catatan yang ditulis atau dicetak, mata uang atau benda bersejarah lainnya, bangunan dan monumen, serta dari wawancara (yang sering disebut sebagai “sejarah penceritaan”, atau oral history dalam bahasa Inggris). Untuk sejarah moderen, sumber-sumber utama informasi sejarah adalah: foto, gambar bergerak (misalnya: film layar lebar), audio, dan rekaman video. Tidak semua sumber-sumber ini sanggup dipakai untuk penelitian sejarah, sebab tergantung pada periodeyang hendak diteliti atau dipelajari. Penelitian sejarah juga bergantung pada historiografi, atau cara pandang sejarah, yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Ada banyak alasan mengapa orang menyimpan dan menjaga catatan sejarah, termasuk: alasan administratif (misalnya: keperluan sensus, catatan pajak, dan catatan perdagangan), alasan politis (guna memberi kebanggaan atau kritik pada pemimpin negara, politikus, atau orang-orang penting), alasan keagamaan, kesenian, pencapaian olah raga (misalnya: rekor Olimpiade), catatan keturunan (genealogi), catatan pribadi (misalnya surat-menyurat), dan hiburan.
Dulu, penelitian perihal sejarah terbatas pada penelitian atas catatan tertulis atau sejarah yang diceritakan. Akan tetapi, seiring dengan peningkatan jumlah akademik profesional serta pembentukan cabang ilmu pengetahuan yang gres sekitar masa ke-19 dan 20, terdapat pula informasi sejarah baru. Arkeologi, antropologi, dan cabang-cabang ilmu sosial lainnya terus mengatakan informasi yang baru, serta mengatakan teori-teori gres perihal sejarah manusia. Banyak hebat sejarah yang bertanya: apakah cabang-cabang ilmu pengetahuan ini termasuk dalam ilmu sejarah, sebab penelitian yang dilakukan tidak semata-mata atas catatan tertulis? Sebuah istilah baru, yaitu prasejarah, dikemukakan. Istilah “pra-sejarah” dipakai untuk mengelompokkan cabang ilmu pengetahuan yang meneliti periode sebelum ditemukannya catatan sejarah tertulis.
Pada masa ke-20, pemisahan antara sejarah dan pra-sejarah mempersulit penelitian. Ahli sejarah waktu itu mencoba meneliti lebih dar sekadar narasi sejarah politik yang biasa mereka gunakan. Mereka mencoba meneliti memakai pendekatan baru, menyerupai pendekatan sejarah ekonomi, sosial, dan budaya. Semuanya membutuhkan majemuk sumber. Di samping itu, hebat pra-sejarah menyerupai Vere Gordon Childe memakai arkeologi untuk menjelaskan banyak kejadian-kejadian penting di tempat-tempat yang biasanya termasuk dalam lingkup sejarah (dan bukan pra-sejarah murni). Pemisahan menyerupai ini juga dikritik sebab mengesampingkan beberapa peradaban, menyerupai yang ditemukan di Afrika Sub-Sahara dan di Amerika sebelum kedatangan Columbus.
Akhirnya, secara perlahan-lahan selama beberapa dekade belakangan ini, pemisahan antara sejarah dan prasejarah sebagian besar telah dihilangkan.
Sekarang, tidak ada yang tahu niscaya kapan sejarah dimulai. Secara umum sejarah diketahui sebagai ilmu yang mempelajari apa saja yang diketahui perihal masa kemudian umat insan (walau sudah hampir tidak ada pemisahan antara sejarah dan pra-sejarah, ada bidang ilmu pengetahuan gres yang dikenal dengan Sejarah Besar). Kini sumber-sumber apa saja yang sanggup dipakai untuk mengetahui perihal sesuatu yang terjadi di masa lampau (misalnya: sejarah penceritaan, linguistik, genetika, dan lain-lain), diterima sebagai sumber yang sah oleh kebanyakan hebat sejarah.
Kata “sejarah” secara harafiah berasal dari kata Arab (شجرة: šajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri sejarah disebut تاريخ (tarikh). Kata “tarikh” dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih ialah “waktu”.
Historiografi ialah adalah ilmu yang meneliti dan mengurai informasi sejarah berdasarkan sistem kepercayaan dan filsafat. Walau tentunya terdapat beberapa bias (pendapat subjektif) yang hakiki dalam semua penelitian yang bersifat historis (salah satu yang paling besar di antaranya ialah subjektivitas nasional), sejarah sanggup dipelajari dari sudut pandang ideologis, misalnya: historiografi Marxisme.
Ada pula satu bentuk pengandaian sejarah (spekulasi mengenai sejarah) yang dikenal dengan sebutan “sejarah virtual” atau “sejarah kontra-faktual” (yaitu: kisah sejarah yang berlawanan — atau kontra — dengan fakta yang ada). Ada beberapa hebat sejarah yang memakai cara ini untuk mempelajari dan menjelajahi kemungkinan-kemungkinan yang ada apabila suatu kejadian tidak berlangsung atau malah sebaliknya berlangsung. Hal ini menyerupai dengan jenis kisah fiksi sejarah alternatif.
Ahli-ahli sejarah terkemuka yang membantu membuatkan metode kajian sejarah antara lain: Leopold von Ranke, Lewis Bernstein Namier, Geoffrey Rudolf Elton, G. M. Trevelyan, dan A. J. P. Taylor. Pada tahun 1960an, para hebat sejarah mulai meninggalkan narasi sejarah yang bersifat epik nasionalistik, dan menentukan memakai narasi kronologis yang lebih realistik.
Ahli sejarah dari Perancis memperkenalkan metode sejarah kuantitatif. Metode ini memakai sejumlah besar data dan informasi untuk menelusuri kehidupan orang-orang dalam sejarah.
Ahli sejarah dari Amerika, terutama mereka yang terilhami zaman gerakan hak asasi dan sipil, berusaha untuk lebih mengikutsertakan kelompok-kelompok etnis, suku, ras, serta kelompok sosial dan ekonomi dalam kajian sejarahnya.
Dalam beberapa tahun kebelakangan ini, ilmuwan posmodernisme dengan keras mempertanyakan keabsahan dan perlu tidaknya dilakukan kajian sejarah. Menurut mereka, sejarah semata-mata hanyalah interpretasi pribadi dan subjektif atas sumber-sumber sejarah yang ada. Dalam bukunya yang berjudul In Defense of History (terj: Pembelaan akan Sejarah), Richard J. Evans, seorang profesor bidang sejarah moderen dari Univeritas Cambridge di Inggris, membela pentingnya pengkajian sejarah untuk masyarakat.
Sejarah ialah topik ilmu pengetahuan yang sangat menarik. Tak hanya itu, sejarah juga mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai: keberhasilan dan kegagalan dari para pemimpin kita, sistem perekonomian yang pernah ada, bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan insan sepanjang sejarah. Dari sejarah, kita sanggup mempelajari apa saja yang mempengaruhi kemajuan dan kejatuhan sebuah negara atau sebuah peradaban. Kita juga sanggup mempelajari latar belakang alasan acara politik, efek dari filsafat sosial, serta sudut pandang budaya dan teknologi yang bermacam-macam, sepanjang zaman.
Salah satu kutipan yang paling populer mengenai sejarah dan pentingnya kita berguru mengenai sejarah ditulis oleh seorang filsuf dari Spanyol, George Santayana. Katanya: “Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya.”
Filsuf dari Jerman, Georg Wilhelm Friedrich Hegel mengemukakan dalam pemikirannya perihal sejarah: “Inilah yang diajarkan oleh sejarah dan pengalaman: bahwa insan dan pemerintahan tidak pernah berguru apa pun dari sejarah atau prinsip-prinsip yang didapat darinya.” Kalimat ini diulang kembali oleh negarawan dari Inggris Raya, Winston Churchill, katanya: “Satu-satunya hal yang kita pelajari dari sejarah ialah bahwa kita tidak benar-benar berguru darinya.”
Winston Churchill, yang juga mantan jurnalis dan seorang penulis memoar yang berpengaruh, pernah pula berkata “Sejarah akan baik padaku, sebab saya akan menulisnya.” Tetapi sepertinya, ia bukan secara literal merujuk pada karya tulisnya, tetapi sekadar mengulang sebuah kutipan mengenai filsafat sejarah yang terkenal: “Sejarah ditulis oleh sang pemenang.” Maksudnya, seringkali pemenang sebuah konflik kemanusiaan menjadi lebih berkuasa dari taklukannya. Oleh sebab itu, ia lebih bisa untuk meninggalkan jejak sejarah — dan pemelesetan fakta sejarah — sesuai dengan apa yang mereka rasa benar.
Pandangan yang lain lagi menyatakan bahwa kekuatan sejarah sangatlah besar sehingga mustahil sanggup diubah oleh perjuangan manusia. Atau, walaupun mungkin ada yang sanggup mengubah jalannya sejarah, orang-orang yang berkuasa biasanya terlalu dipusingkan oleh masalahnya sendiri sehingga gagal melihat citra secara keseluruhan.
Masih ada pandangan lain lagi yang menyatakan bahwa sejarah tidak pernah berulang, sebab setiap kejadian sejarah ialah unik. Dalam hal ini, ada banyak faktor yang menimbulkan berlangsungnya suatu kejadian sejarah; mustahil seluruh faktor ini muncul dan terulang lagi. Maka, pengetahuan yang telah dimiliki mengenai suatu kejadian di masa lampau tidak sanggup secara tepat diterapkan untuk kejadian di masa sekarang. Tetapi banyak yang menganggap bahwa pandangan ini tidak sepenuhnya benar, sebab pelajaran sejarah tetap sanggup dan harus diambil dari setiap kejadian sejarah. Apabila sebuah kesimpulan umum sanggup dengan seksama diambil dari kejadian ini, maka kesimpulan ini sanggup menjadi pelajaran yang penting. Misalnya: kinerja respon darurat petaka sanggup terus dan harus ditingkatkan; walaupun setiap kejadian petaka memang, dengan sendirinya, unik.
0 Komentar untuk "Pengertian Sejarah"