Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2020 ihwal Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia pada tanggal 9 September 2020. Hal itu mengingat negara ketika ini sangat membutuhkan tenaga-tenaga andal di bidang kejuruan. Karena itu, prioritas yang dikembangkan menurut Inpres tersebut ialah pertanian, kelautan, pariwisata, dan ekonomi kreatif. “Nah, keempat bidang itu yang kini prioritas untuk dikembangkan,” ujar Sekertaris Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Sesditjen GTK) E. Nurzaman A.M.
Di mana adanya keempat bidang itu? Kalau kejuruan adanya di SMK, sedang dan vokasi di Perguruan Tinggi (Politeknik), walaupun secara umum Sekolah Menengan Atas juga merupakan kepingan dari vokasi. “Ternyata, sesudah kami cek, guru kejuruan itu memang kurang, khususnya dalam bidang produktif,” kata Nurzaman.
Sekertaris Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan E. Nurzaman A.M. Di Sekolah Menengah kejuruan dikenal ada tiga kategori guru, yaitu guru normatif menyerupai guru agama, guru adaptif menyerupai IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan guru produktif, yaitu guru yang mengajar di bidang keahlian kejuruan. Khusus guru produktif, Nurzaman mengumpamakan bahwa semua orang berguru Bahasa Indonesia, Agama, PKn, tapi tidak semua orang berguru elektronik kecuali mengambil agenda studi elektro saja. Begitu juga dengan otomotif, pariwisata, busana, tata boga, kecantikan, akunting, kerja kayu, bangunan, permesinan, dan lain-lain. “Nah, itu yang dimaksud dengan guru produktif,” ucapnya. Nurzaman mengutarakan bahwa di Indonesia sangat kurang guru produktif. Di sisi lain, guru adaptif berlebih. “Untuk itulah maka Kemdikbud punya sebuah policy, yaitu Program keahlian Ganda,” ujarnya.
“Umpamanya saya guru Fisika. Kebetulan guru Fisika di sekolah saya banyak, sehingga saya kekurangan jam mengajar, sehingga tidak bisa memenuhi kriteria 24 jam mengajar per minggunya semoga bisa mendapat derma profesi. Nah, daripada tidak mendapat derma profesi tapi saya punya minat dan talenta untuk menjadi guru lain selain fisika, saya bisa mengambil contohnya elektro . Untuk itu, saya ikut pembinaan elektro selama kurang lebih satu tahun yang didanai pemerintah. Setelah lulus pembinaan maka saya ikut sertifikasi kedua terkait profesi elektro tadi. Jadi, selain akta ihwal Fisika, maka saya juga punya akta ihwal Elektronika. Itu disebut keahlian ganda. Sehingga saya berwewenang mengajar di dua mata pelajaran itu.”
Nurzaman berharap Program Keahlian Ganda ini bisa memotivasi guru. “Tapi tujuannya ialah untuk memenuhi kebutuhan guru produktif dengan pemberdayaan guru yang ada,” ucapnya.
Untuk tahap pertama, Nurzaman menyampaikan Kemdikbud memprogramkan 15 ribu guru di agenda ini. Dari aneka macam proses seleksi dan lain-lain, kini tinggal sekitar 10 ribuan, dan yang hingga tuntas sekitar sembilan ribuan.
Terkait Multi Subjek Teaching, Nurzaman menyampaikan bahwa agenda ini mirip-mirip dengan keahlian ganda. Bedanya, keahlian ganda itu khusus untuk SMK, sedang multi subjek untuk sekolah-sekolah yang lain menyerupai Sekolah Menengah Pertama dan SMA.
Dia bercerita bahwa seorang dosen itu bisa mengajar atau mengampu lebih dari satu mata kuliah dalam satu semester. Bahkan, ganti semester ganti mata kuliah. Di sana terjadi penghematan atau pemberdayaan dosen. Tapi sebaliknya, seorang guru, sekali ia menjadi guru Bahasa Inggris maka ia hanya punya kewenangan mengajar Bahasa Inggris saja. “Jadi bila kekurangan guru, kan harus merekrut guru baru. Akibatnya beban negara bertambah,” katanya.
Padahal di sisi lain, ini ada guru yang masih mempunyai potensi. Jadi, tujuan multi subjek teaching ialah untuk pemberdaayan guru yang otomatis mengakibatkan terjadinya efisiensi anggaran. Tapi ada syaratnya, yaitu mata pelajarannya harus serumpun. “Misalnya ijazah saya Sosiologi. Menurut para akademisi, sosiologi itu sangat bersahabat hubungannya dengan Antropologi dan sejarah. Jadi, ketika saya punya ijazah Sosiologi, saya itu mestinya bisa mengajar Antropologi. Jadi, bila saya di sini sebagai guru Sosiologi, otomatis guru Antropologi kekurangan. Artinya, tidak usah merekrut guru gres mengajar Antropologi lagi, alasannya ialah guru Sosiologi bisa dimanfaatkan. Apalagi bila jam mengajarnya masih kurang. Tapi tentu saja itu harus melibatkan para andal dan mulai proses tahapan pelatihan.”
Para guru-guru itu selanjutnya akan di-SK- kan saja oleh Menteri bahwa ia mempunyai keahlian. Dan ini tidak perlu disertifikasi alasannya ialah memang sudah punya keahlian atau serumpun. “Jadi perberdayaan guru yang ada, ikutannya ada penghematan atau efisiensi anggaran. Di balik itu, bila ia kurang jam mengajar, itu akan membantu guru.,” tutur Nurzaman. Program Multi Subjek Teaching ini gres mau dimulai tahun ini dan sudah dirintis.
alih fungsi alias keahlian ganda guru SMK |
Di mana adanya keempat bidang itu? Kalau kejuruan adanya di SMK, sedang dan vokasi di Perguruan Tinggi (Politeknik), walaupun secara umum Sekolah Menengan Atas juga merupakan kepingan dari vokasi. “Ternyata, sesudah kami cek, guru kejuruan itu memang kurang, khususnya dalam bidang produktif,” kata Nurzaman.
Sekertaris Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan E. Nurzaman A.M. Di Sekolah Menengah kejuruan dikenal ada tiga kategori guru, yaitu guru normatif menyerupai guru agama, guru adaptif menyerupai IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan guru produktif, yaitu guru yang mengajar di bidang keahlian kejuruan. Khusus guru produktif, Nurzaman mengumpamakan bahwa semua orang berguru Bahasa Indonesia, Agama, PKn, tapi tidak semua orang berguru elektronik kecuali mengambil agenda studi elektro saja. Begitu juga dengan otomotif, pariwisata, busana, tata boga, kecantikan, akunting, kerja kayu, bangunan, permesinan, dan lain-lain. “Nah, itu yang dimaksud dengan guru produktif,” ucapnya. Nurzaman mengutarakan bahwa di Indonesia sangat kurang guru produktif. Di sisi lain, guru adaptif berlebih. “Untuk itulah maka Kemdikbud punya sebuah policy, yaitu Program keahlian Ganda,” ujarnya.
“Umpamanya saya guru Fisika. Kebetulan guru Fisika di sekolah saya banyak, sehingga saya kekurangan jam mengajar, sehingga tidak bisa memenuhi kriteria 24 jam mengajar per minggunya semoga bisa mendapat derma profesi. Nah, daripada tidak mendapat derma profesi tapi saya punya minat dan talenta untuk menjadi guru lain selain fisika, saya bisa mengambil contohnya elektro . Untuk itu, saya ikut pembinaan elektro selama kurang lebih satu tahun yang didanai pemerintah. Setelah lulus pembinaan maka saya ikut sertifikasi kedua terkait profesi elektro tadi. Jadi, selain akta ihwal Fisika, maka saya juga punya akta ihwal Elektronika. Itu disebut keahlian ganda. Sehingga saya berwewenang mengajar di dua mata pelajaran itu.”
Nurzaman berharap Program Keahlian Ganda ini bisa memotivasi guru. “Tapi tujuannya ialah untuk memenuhi kebutuhan guru produktif dengan pemberdayaan guru yang ada,” ucapnya.
Untuk tahap pertama, Nurzaman menyampaikan Kemdikbud memprogramkan 15 ribu guru di agenda ini. Dari aneka macam proses seleksi dan lain-lain, kini tinggal sekitar 10 ribuan, dan yang hingga tuntas sekitar sembilan ribuan.
Terkait Multi Subjek Teaching, Nurzaman menyampaikan bahwa agenda ini mirip-mirip dengan keahlian ganda. Bedanya, keahlian ganda itu khusus untuk SMK, sedang multi subjek untuk sekolah-sekolah yang lain menyerupai Sekolah Menengah Pertama dan SMA.
Dia bercerita bahwa seorang dosen itu bisa mengajar atau mengampu lebih dari satu mata kuliah dalam satu semester. Bahkan, ganti semester ganti mata kuliah. Di sana terjadi penghematan atau pemberdayaan dosen. Tapi sebaliknya, seorang guru, sekali ia menjadi guru Bahasa Inggris maka ia hanya punya kewenangan mengajar Bahasa Inggris saja. “Jadi bila kekurangan guru, kan harus merekrut guru baru. Akibatnya beban negara bertambah,” katanya.
Padahal di sisi lain, ini ada guru yang masih mempunyai potensi. Jadi, tujuan multi subjek teaching ialah untuk pemberdaayan guru yang otomatis mengakibatkan terjadinya efisiensi anggaran. Tapi ada syaratnya, yaitu mata pelajarannya harus serumpun. “Misalnya ijazah saya Sosiologi. Menurut para akademisi, sosiologi itu sangat bersahabat hubungannya dengan Antropologi dan sejarah. Jadi, ketika saya punya ijazah Sosiologi, saya itu mestinya bisa mengajar Antropologi. Jadi, bila saya di sini sebagai guru Sosiologi, otomatis guru Antropologi kekurangan. Artinya, tidak usah merekrut guru gres mengajar Antropologi lagi, alasannya ialah guru Sosiologi bisa dimanfaatkan. Apalagi bila jam mengajarnya masih kurang. Tapi tentu saja itu harus melibatkan para andal dan mulai proses tahapan pelatihan.”
Para guru-guru itu selanjutnya akan di-SK- kan saja oleh Menteri bahwa ia mempunyai keahlian. Dan ini tidak perlu disertifikasi alasannya ialah memang sudah punya keahlian atau serumpun. “Jadi perberdayaan guru yang ada, ikutannya ada penghematan atau efisiensi anggaran. Di balik itu, bila ia kurang jam mengajar, itu akan membantu guru.,” tutur Nurzaman. Program Multi Subjek Teaching ini gres mau dimulai tahun ini dan sudah dirintis.
0 Komentar untuk "Program Keahlian Ganda Dan Multi Subject Teaching"