Menteri Pertahanan (Menhan), Ryamizard Ryacudu, merasa yakin pendidikan dan training (diklat) bela negara yang sudah berjalan ditingkat Nasional ini banyak manfaatnya. Selain untuk mewujudkan warga negara yang mempunyai kesadaran perilaku dan prilaku menjunjung tinggi pentingnya aktualiasai negara, diklat bela negara ini merupakan upaya membangun huruf yang menyadari akan hak dan kewajibannya.
"Selain itu, guna menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam menghadapi multidimensionalitas ancaman yang membahayakan keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa," ujar Ryamizard usai menutup aktivitas Diklat Bela Negara tingkat Nasional 2020, di Universita Pertahanan, Sentul, Kabupaten Bogor, Rabu (18/11).
Lebih lanjut ia menegaskan, ancaman terhadap sebuah negara ketika ini, tidak lagi didominasi ancaman militer, tetapi sudah multidimensi dan berada di semua bidang kehidupan. Penanganannya tidak lagi hanya bertumpu pada Tentara Nasional Indonesia semata, akan tetapi menjadi urusan kementrian/lembaga terkait. "Bahkan, juga menjadi urusan setiap warga negara sesuai tugas dan profesinya," ungkapnya.
Ryamizard Ryacudu |
"Kita sudah sampaikan ke Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, kurikulum bela negara ini tahun depan diajarkan di setiap sekolah, mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, SMP, Sekolah Menengan Atas hingga perguruan tinggi tinggi. Tentunya bobot pengenalan nilai-nilai bela negaranya beda dengan diklat bela negara tingkat nasional, yang terang bagaimana menjadikan kebanggan menjadi anak bangsa, yang menghormati bendera merah putih, menyayangi negara dan itu semua penting diterapkan semenjak dini," ujarnya.
Ia mengatakan, menanam sebuah pohon lebih elok eksklusif dari bibitnya ketimbang dengan cara memotong batangnya kemudian ditanam. "Justru yang elok menanam itu dari bibit kemudian jadi pohon yang tumbuh jadi kuat,” terang jenderal bintang empat purnawirawan Tentara Nasional Indonesia AD itu.
Sementara itu, Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Bela Negara Kementerian Pertahanan, Mayor Jenderal Hartind Asrin, menambahkan, pihaknya sudah mengusulkan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) dan Kementerian Riset Teknologi (Kemristekdikti), semoga tahun depan aktivitas diklat bela negara sudah dapat diterapkan di semua tingkat pendidikan formil.
"Jadi, nanti ada namanya pelajaran diklat bela negara, di tingkat Taman Kanak-kanak (Taman Kanak-kanak) kurikulumnya sudah ada. Masuknya kurikulum bela negara di tingkat TK, alasannya long term memorinya anak Taman Kanak-kanak itu sangat bagus. Seperti di negara sahabat, ibarat Singapura, mereka sudah diperkenalkan dengan sistem pertahanan negara, produk-produk alutsista, diajak menonton film tekait kondisi negara jikalau diserang dan sedang berperang. Bagaimana cara berjuang," ungkapnya.
Nantinya, lanjut dia, sifat pendidikan bela negara di tingkat Taman Kanak-kanak itu, diupayakan sifatnya lebih kepada jalan-jalan, bermain atau karyawisata.
"Begitupun dengan di tingkat SD, pada prinsipnya kurikulum bela negara diterapkan tidak terlalu satu arah. Permainan, diskusi dan pemecahan masalah. Makara disini kita sudah membahas bagaimana metodologi pengajarannya, baik tingkat TK, SD, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengan Atas hingga tingkat perguruan tinggi tinggi,” tandasnya..
Ia memaparkan, alasan harus segera dilaksanakan aktivitas diklat bela negara masuk dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, alasannya berkaitan dekat dengan aktivitas revolusi mental yang dicanangkan Presiden Jokowi.
"Nah dalam konteks pertahanan implementasi revolusi mental ialah melalui bela negara," paparnya. kompas.com
0 Komentar untuk "Diklat Bela Negara Akan Masuk Kurikulum Nasional"