Pengertian Berpikir Kreatif Dan Tingkat Berpikir Kreatif

PENGERTIAN BERPIKIR KREATIF DAN TINGKAT BERPIKIR KREATIF

Kelebihan insan dibanding dengan mahluk ciptaan Tuhan lainnya terletak pada kemampuan otaknya untuk berpikir. Otak diyakini sebagai alat bagi insan untuk menjalani kehidupan lebih baik. Namun demikian belum banyak orang yang mengetahui perihal otak dan memanfaatkan potensi otak. Potensi otak seringkali diibaratkan para andal sebagai raksasa yang tertidur. Sangat besar sangat besar lengan berkuasa tetapi tidak berdaya atau tidak mengahsilkan sesuatu yang luar biasa sebab dibiarkan terus tidur.

Otak merupakan tempat berpikir, belajar, memecahkan masalah, mengingat, mencicipi banyak sekali perasaan, munculnya gagasan, tidur dan bermimpi. Berat otak rata-rata 1.4 kg. Otak tidak bergerak tetapi acara sarafnya menakjubkan, menghabiskan seperlima dari semua energi yang dibutuhkan tubuh. Setiap pikiran dan gerakan insan dikendalikan oleh otak. Otak jauh lebih rumit dan canggih dari komputer manapun. Otak memungkinkan kita berpikir, beribicara, mendengar, melihat, merasa dan bergerak. Otak tidak pernah berhenti bekerja sebab didalam otak  terdapat miliaran neuron (saraf) . Neouron membawa jutaan pesan ke otak dan berfungsi sebagai penghubungan antara badan dan otak. Ketika pesan mencapai saraf, otak menyeleksi dan mengirim perintah pada tubuh.
Otak insan yaitu three in one, terdiri dari 3 belahan dalam 1 otak yaitu: batang otak, otak kecil dan otak besar. Batang otak merupakan belahan otak sebelah ka- nan bawah tempat bertemu dengan saraf utama badan yaitu sumsum tulang belakang. Batang otak mengontrol proses-proses dasar yang penting bagi kehidupan mirip bernafas, denyut jantung, mencerna masakan dan sistem badan lain yang mendukung semoga insan hidup.
Otak kecil (serebelum) yaitu belahan yang berkerut dan lingkaran di belahan belakang otak. Bagian ini mengolah pesan-pesan dari pusat motor (saraf), memisah-misahkan dan mengaturnya dengan sangat rinci untuk dikirim keratusan otot tubuh. Dengan kapasitas otak ini kita mencar ilmu gerakan yang terlatih dan seksama sperti menulis, naik sepeda, mengetik atau bermain musik atau ketiganya sekaligus hampir tanpa berpikir. Otak besar yaitu belahan utama, merupakan belahan atas otak. Berbagai tempat pada permukaan (korteks) berkaitan dengan sinyal syaraf ke dan dari belahan tubuh. Misalnya pesan-pesan dari mata diteruskan pada pusat visual  sehingga ditentukan informasi apa yang sedang dilihat oleh mata.
Manusia dianugrahi kemampuan dan kekuatan berpikir dengan sumber data ingatan pada setiap sel neuron yang berfungsi sebagai sistem yang memproses informasi. Manusia mempunyai kurang lebih 180 bilion neurons dan setiap neurons sanggup berkoneksi dengan 1.000 hingga 15.000 neurons yang lain untuk menciptakan banyak sekali keputusan sebagai hasil berpikir. Artinya intinya ada lebih 1.000 hingga 15.000 kemungkinan atau alternatif keputusan atau solusi yang sanggup dibentuk dengan kapasitas berpikir yang kita miliki.
Potensi otak insan pada koridor 3 in 1, 2 belahan kiri dan kanan, mempunyai kapasitas mental serta gelombang elektromagnetis. Otak 3 in 1 sebab insan mememiliki tiga otak dalam 1 otak yangberfungsi secara terintegrasi. Otak yang pertama yaitu otak yang mengatur sistem–sistem organ-organ badan yang menopang insan hidup, dari mulai sistem pernafasan, aliran darah hingga sistem pencernaan. Otak kedua mengatur perihal seks, kesehatan, emosi dan memori jangka pendek. Otak ketiga mengatur bagaimana berpikir dan memori jangka panjang.
Otak insan terdiri dari dua belahan otak, yaitu belahan otak kiri yang mengatur logika matematika dan belahan otak  kanan yang mengatur seni, humaniora, dan perasaan. Memiliki kapasitas mental intelegensi jamak dan talenta yang mempengaruhi kecenderung berpikir, cara dan kualitas bertindak, keberminatan, serta pola bekerja dan belajar. Otak mempunyai gelombang otak yang mengatur kewaspadaan, tidur, konsentrasi dan berpikir, dan beristrahat.
Masalahnya menurut penelitian  para andal otak, insan tidak memafaatkan kapsitas otaknya. Manusia hanya mempergunakan 10% kemampuan berpikirnya. Salah satu cara mengoptimalkan pemanfaatan kapasitas otak yaitu menyebarkan kemam- puan berpikir tingkat tinggi salah satunya berpikir kreatif.
Pengawas harus berperan menjadi individu model yang memanfaatkan kapasitas otak secara maksimal. Artinya selalu merangsang otak dengan banyak sekali stimulasi untuk bekerja. Stimulasi diperoleh dari interaki dan keterlibatan secara penuh dalam banyak sekali seting lingkungan. Membaca secara harfiah buku dan sumber bacaan lain maupun membaca pengalaman yaitu memperhatikan banyak sekali fenomena yang berkembang dalam lingkungan merupakan salah satu stimulasi pemanfaatan kapasitas otak.

A. Berpikir
Berpikir yaitu memanipulasi data, fakta dan informasi untuk menciptakan keputusan berperilaku. Jangkauan pikiran dimulai dari lamunan biasa, selanjutnya pemecahan perkara yang kreatif. Aktivitas mental dalam perasaan  dan pemahaman bergantung pada peransangan dari luar dalam proses yang disebut sensasi dan atensi. Proses mental yang lebih tinggi yang disebut berpikir terjadi di dalam otak. Mengingat kembali mengundang pengalaman terdahulu ke alam pikiran dan mulai membentuk rantai asosiasi. Rantai asosiasi tidak merujuk pada apa yang secara nyata kita lihat tetapi sebagai khayalan-khayalan mental.
Asosiai bebas yaitu melompat dari satu pemikiran kepemikiran lainnya. Aosiasi bebas merupakan pemikiran yang tidak terkendali tergantung daya imajinasi dan eksplorasi pikiran. Asosiasi bebas merupakan salah satu sifat dari termangu atau mengkhayal. Kebanyakan pemikiran insan tidak terkendali.
Pikiran terarah atau pikiran pemecahan perkara dianggap  sebagai jenis pikiran yang paling tinggi. Pemikiran akan terarah apabila kita merencanakan apa tidakan yang akan dilakukan. Pemecahan perkara akan terjadi manakala secara nyata ditemukan hal yang dirasakan mengganggu baik secara fisik maupun mental. Bentuk pemikiran yang paling tinggi berkenaan dengan arti atau makna dan konsep dari sesuatu, sehingga lebih bersifat absurd dibandingkan hal-hal yang nyata.
Seseorang yang yang mudah berpikir melalui sesuatu yang nampak dari gerakan fisik tertentu yang ditangkap alat dria. Seorang ilmuan melihat hal yang sama akan memandang insiden atau insiden dalam kerangka teori, konsep atau aturan tertentu. Pemecahan perkara terus berkembang dengan membayangkan kekerabatan gres antara abstrasi-abstraksi (bayangan/ imajinasi mental). Suatu kekerabatan gres ditentukan menurut suatu pemahaman atau pengertian.
Fungsi mental pemahaman, ingatan dan berpikir saling teradin dan berafiliasi sebab insan memahami, mengingat dan berpikir dalam waktu yang bersamaan. Kegiatan mental dilakukan oleh sel-sel saraf yang sama dalam didalam otak  karena sel-sel otak tertentu sedang bekerja dengan cara tertentu untuk menghasilkan keputusan tertentu. Makin banyak informasi, data, fakta disampaikan sebagai pesan oleh sel-sel saraf, merangsang banyak sel otak pada banyak belahan bekerja sehingga dihasilkan pemikiran yang kompleks perihal sesuatu hal.
Pengawas hendaknya sanggup berperan sebagai ilmuwan yang praksis dan praktisi yang ilmuwan. Dalam arti peka terhadap banyak sekali stimulasi nyata yang terjadi pada lingkungan, kemudian  menganalisasi dan memahami memakai tahapan bekerja ilmiah,  sehingga berpikir, berperasaan dan bertindak secara terkendali sesuai dengan kapasitas potensi dan teraktulisasikan dalam sikap yang sehat, berkualitas dan terjaga integri- tasnya.

B. Tingkat Berpikir Kreatif
Terdapat tiga tingkat berpikir kreatif. Semiawan (1990) mengemukakan  tiga  tingkat  kreativitas  yang masing-masing  tingkat mempunyai  ciri  kognitif dan  afektif.  Tingkatan  kreatif meliputi: (a) fungsi divergen; (b) proses pemikiran dan perasaan yang majemuk; dan (c) keterlibatan dalam tantangan-tantangan nyata.
1. Tingkat I: Fungsi Divergen
Tingkat ini merupakan awal proses kreatif. Anak yang melaksanakan latihan  pada tingkat  ini  akan  mengembangkan kemampuan divergen, yaitu keterbukaan terhadap banyak sekali kemungkinan.  Secara kognitif anak menyebarkan fungsi-fungsi divergen meliputi perkembangan dari kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality), dan keterincian (elaboration) dalam berpikir.
Selanjutnya Semiawan menjelaskan, bahwa tingkat  pertama  yang  disebut tingkat  kreatif meliputi kesediaan untuk menjawab, keterbukaan terhadap pengalaman, kesediaan mendapatkan kesamaran atau kedwiartian (ambiguity), kepekaan terhadap perkara dan tantangan, rasa ingin tahu, keberanian mengambil risiko, kesadaran, dan kepercayaan kepada diri sendiri. Tingkat ini merupakan landasan atau dasar di mana mencar ilmu kreatif berkembang. Dengan demikian, tahap ini meliputi sejumlah metode dan teknik yang sanggup dipandang sebagai dasar dari mencar ilmu kreatif.
Pengawas sanggup mendorong diri sendiri dan orang lain untuk terbuka terhadap hal-hal baru, menyebarkan kepekaan terhadap banyak sekali permasalahan yang dihadapi orang lain dalam sitasi yang dihadapi sebab latar belakang dirinya, serta keberanian untuk menanggung resiko kemungkinan apa yang dikerjakan salah atau gagal. Menanamkan pikiran pada diri sendiri maupun orang lain bahwa kesuksesan yaitu kemauan untuk berdiri dari kegagalan. Kesuksesan yaitu 9 kali gagal dengan 10 kali bangkit .
2. Tingkat II: Proses pemikiran dan perasaan yang majemuk
Pada tingkat ini terjadi  peningkatan kemampuan  kreatif serta  ciri  afektif  dan kognitif anak lebih diperluas dan diterapkan. Segi pengenalan dari tingkat II ini meliputi penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian (evaluasi). Di samping itu, termasuk juga transformasi dari beraneka produk dan isi, keterampilan metodologis atau penelitian, dan pemikiran yang melibatkan analogi dan kiasan (metaphor).
 Segi afektif pada tingkat ini meliputi keterbukaan terhadap perasaan-perasaan dan konflik yang majemuk, mengarahkan perhatian kepada masalah, penggunaan imajinasi dan tamsil, meditasi dan kesantaian (relaxation), serta pengembangan “keselamatan” psikologis dalam berkreasi atau mencipta. Terdapat pengutamaan yang nyata pada pengembangan kesadaran yang meningkat, keterbukaan fungsi-fungsi pra-sadar, dan kesempatan-kesempatan untuk pertumbuhan pribadi.
Pengawas mendorong diri dan tenaga pendidik dan kependidikan untuk menjadi individu yang siap mendapatkan kritik sebagai belahan dari pandangan yang berbada atau pandangan dari sudut pandang lain terhadap suatu objek atau permasalahan yang dihadapi. Pada suatu kritik selalu terdapat dimensi yang luput dari perhatian awal. Kritik yang disertai kondisi emosional sekalipun mengandung unsur yang tidak menjadi perhatian pelopor wangsit sebab kekurang pekaan terhadap permasalahan yang mungkin dihadapi oleh orang lain terhadap suatu keadaan.
3. Tingkat III: Keterlibatan dalam tantangan-tantangan yang  nyata
Proses kreatif pada  tingkat  pertama dan kedua merupakan dasar bagi keterlibatan afektif dan kreatif terhadap permasalahan dan  tantangan yang nyata. Anak mengalami keterlibatan dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berdikari dan yang diarahkannya  sendiri. Siswa mencar ilmu kreatif mengarah pada identifikasi tantangan-tantangan atau masalah-masalah yang berarti, pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan masalah-masalah itu, dan pengelolaan sumber-sumber yang mengarah pada perkembangan hasil atau produk (Semiawan, 1990).
Pada tingkat III meliputi internalisasi  nilai-nilai dan sistem nilai (Kratwohl dkk., 1964), keterikatan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang produktif, dan upaya untuk mencari pengungkapan (aktualisasi) diri dalam hidup (Maslow, 1968).
Pengawas mendorong diri dan pendidik di lingkungan binaan untuk mengajukan banyak sekali pertanyaan yang berkenaan dengan objek yang mungkin secara nyata dan mungkin dalam imajinasi dan menimbulkan pertayaan-pertanyaan tersebut sebagai stimulasi tantangan untuk menuntaskan permasalahan. Memikirkan banyak sekali sumber daya dalam diri dan lingkungan yang sanggup dimanfaatkan atau terkait dengan permasalahan sehingga berkontribusi menghasilkan solusi yang efektif. Jangan pernah takut untuk mencoba hal baru, berpikir positif apa manfaat atau laba yang sanggup diperoleh, lakukan dengan bahagia sebagai pengalaman pembelajaran maka kita menemukan dunia yang terbuka lebar dengan banyak sekali kemungkinan.
     
C. Langkah-langkah Berpikir Kreatif
Langkah-langkah berpikir kreatif sanggup diidentifikasi dalam lima langkah yaitu : mempergunakan bahasa mental otak, meningkatkan daya ingat, menguasai teknik mengingat,  membuat peta pikiran serta memahami karakteristik kuadran berpikir dan mempergunakan untuk menuntaskan masalah

1. Mempergunakan Bahasa Mental Otak
Berpikir kreatif dimulai dengan mempergunakan bahasa mental otak yaitu verbal, matematik, visual dan berpikir sensory.
a.   Bahasa ekspresi yaitu membayangkan skenario suatu insiden atau merunut hal yang terjadi dalam suatu insiden  atau kejadian. Misalnya anak kesiangan dan takut untuk masuk kelas, bayangkan hal yang mungkin menimbulkan anak kesiangan, kecemasan yang ada pada pikiran anak, dan reaksi guru dan teman-teman pada ketika anak mengetuk pintu.
b.   Bahasa matematika yaitu asumsi yang berafiliasi dengan ukuran, antara lain : besaran, jumlah, bobot, isi, waktu, dan jarak. Contoh : kelas ukuran 8 x 9 m sanggup terisi dengan berapa dingklik dan kursi semoga tetap ada jarak antar dingklik sehingga bisa menampung berapa jumlah siswa semoga sanggup mencar ilmu dengan nyaman.
c.   Bahasa Visual adalah  menampilkan bermacam-macam informasi dalam satu skema atau gambar. Contoh  foto kegiatan sekolah memperlihatkan informasi kondisi sekolah berafiliasi dengan tata letak, bentuk bangunan, keterkaitan dengan lingkungan, dan acara yang terjadi di sekolah.
d.   Berpikir sensory yaitu memperlihatkan perhatian terhadap banyak sekali hal yang menstimulasi alat indra. Tingkat perhatian menghasilkan informasi, data dan fakta yang akan di manipulasi oleh otak sebagai proses berpikir. Contoh kalau melewati wc sekolah tercium wangi tidak nyaman  coba recek kondisi kolam air dan air di wc tersebut. Jika kolam air kecil dan air tidak mengalir pada waktu keran di buka artinya bukan hanya siswa yang mungkin tidak tahu aturan kebersihan tapi sarana yang ada tidak mendukung.
Penggunaan bahasa mental lebih dari satu menstimulasi kapasitas otak untuk memanipulasi banyak sekali informasi, data dan fakta  lama yang tersimpan dalam memori maupun informasi, data dan fakta gres yang dihasilkan dari proses atensi dan sensasi. Pesan yang diterima otak menjadi lengkap dan komprehensif sehingga kemungkinan  alternatif solusi menjadi lebih banyak dan lebih mendasar. Paling tidak minimal ada 4 kemungkinan menurut analisa bahasa mental yang digunakan, ada 16 kemungkinan yang realistik dan secara optimal ada 256 kemungkinan yang sanggup dipilih untuk diseleksi dan dianalisa ketepatan penggunaan menurut kebutuhan yang ditetapkan oleh individu.
Pada ketika dihadapkan pada suatu problem seorang pengawas paling tidak harus mencari tahu dan mempertimbangkan urutan insiden dan kekerabatan antar peristiwa. Melengkapi informasi dengan data-data baik secara  kuantitas dan kualitas. Memberikan perhatian terhadap banyak sekali hal yang secara nyata terjadi. Akhirnya semua informasi yang diterima diformulasikan/ ditampilkan dalam suatu peta perkara atau pikiran sehingga nampak terang koneksitas, kebutuhan dan kemungkinan solusi.  

2. Meningkatkan ingatan (daya ingat/ memori)
  Langkah kedua berpikir kreatif yaitu meningkatkan ingatan dengan cara :
a.   mempraktikkan, mempraktikkan apa yang dipelajari. Contoh untuk mengingat fungsi-fungsi hidangan pada komputer harus mempraktekkan penggunaannya. Mempraktikkan pengetahuan perihal kepengawasan dalam bentuk tindakan nyata.
b.   mengulang, mengulang hal-hal yang sudah dipelajari. Contoh membaca kembali banyak sekali teori administrasi pendidikan, pedoman kepengawasan, banyak sekali pedoman pendidikan yang dikeluarkan secar resmi oleh Depdiknas.
c.   memberikan perhatian, memperlihatkan tanda, menuliskan pada buku catatan harian apa-apa yang harus dikerjakan. Contoh memberi stabilo dengan warna yang berbeda untuk kegiatan yang berbeda. Memberikan perhatian terhadap pembicaraan kepala sekolah maupun pendidik lain pada ketika melaksanakan pembinaan dan pengawasan di sekolah. Mencatat hal-hal penting yang memerlukan respon baik secara umum maupun khusus sehingga perlu diskusi dan rancangan acara yang spesifik.
d.   mengobservasi, memperlihatkan perhatian lebih detail pada setiap aspek yang berafiliasi fokus perhatian. Contoh : memperhatikan selama beberapa hari pada beberapa sekolah kecenderungan siswa kesiangan. Melakukan studi perkara secara longitudinal kecenderungan kebiasaan mencar ilmu penerima didik pada skeolah-sekolah binaan. Mengobservasi secara pribadi proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas sehingga memperoleh umpan balik kompetensi keterampilan mengajar guru sehingga sanggup dirumuskan rekomendasi pembinaan guru yang lebih efektif.
e.   sikap dan gaya hidup, menyebarkan perhatian, peka dan tenggang rasa terhadap banyak sekali problem kehidupan disekitar. Contoh memperlihatkan perhatian terhadap data kondisi ekonomi siswa sehingga bisa berempati terhadap siswa-siswa yang merasa kesulitan untuk membayar uang sekolah. Memahami situasi dan budaya sekolah sehingga tidak berpenampilan berlebihan pada saat  melakukan pembinaan dan pengawasan ke sekolah apalagi kalau sekolah-sekolah yang dikunjungi yaitu sekolah rintisan.
f.     Pengawas juga harus peka terhadap banyak sekali persoalan-persolan pribadi  yang mungkin dihadapi guru. Tidak dalam arti mencampuri urusan pribadi guru tetapi menjadi catatan pembinaan sehingga guru-guru merasa memperoleh perhatian.
g.   bantuan terhadap ingatan, hal yang sangat spesifik yang menjadi ciri. Contoh mengingat ciri khas kegiatan di satu sekolah untuk mengingat keunggulan sekolah yang dibina. Mengingat ciri khas pendidik di sekolah di lingkungan dimana kita melaksanakan pengawasan dan pembinaan. Setiap orang akan merasa bahagia kalau disapa dan diingat, apalagi oleh seseorang yang dianggap dihormati. Berusahalah untuk mengenal semua pendidik maupun tenaga kependidikan yang ada di sekolah binaan.
h.   memvisualisasikan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Membuat jadwal kegiatan yang harus dilakukan. Contoh menciptakan jadwal melaksanakan pembinaan ke sekolah. Menempelkan  atau menuliskan catatan kiprah yang harus dikerjakan. Membuat peta pikiran banyak sekali problem yang harus diselesaikan di sekolah.
Pengawas dilarang lamban berpikir sebab ada banyak problem yang harus segera diselesaikan. Pengawas harus memotivasi diri untuk meningkatkan kemampuan mengingat. Memberi perhatian dan berkonsentrasi pada ketika berinteraksi merupakan hal mutlak yang harus dikuasai. Pengawas harus mencar ilmu melihat dengan fokus, mendengarkan, mencatat apa-apa yang penting serta melaksanakan banyak sekali cara semoga tidak lupa. Seorang andal psikologi pendidikan menyatakan pengetahuan yaitu semua informasi yang kita terima dikuragi dengan lupa. Implikasinya kalau kita ingin mempunyai pengetahuan yang luas dan dikuasai kita harus meminimalkan kondisi lupa. Lupa lebih banyak bersifat psikologis sebab tidak memperhatikan, mendapatkan informasi tergesa-gesa, mendadak, tidak sering mempelajari, mempunyai persepsi yang tidak positif baik terhadap konten informasi maupun orang yang memberikan informasi. Lupa yang bersifat permanen terjadi sebab cedera otak, proses penuaan dan penyakit yang berafiliasi dengan syaraf.

3. Teknik Mengingat
Langkah ketiga berpikir kreatif yaitu menguasai banyak sekali teknik mengingat. Teknik mengingat antara lain : asosiasi, subsitusi, kekerabatan antar peristiwa, phonetik alfabet (jembatan keledai), memutuskan ingatan (memory pegs).
a.   Teknik asosiasi, mengasosiasi sesuatu terhadap suatu benda atau peristiwa.  Contoh : zebra yaitu kuda belang-belang, baju bermotif belang-belang, dan mobil. Menyimpan buku yang harus dibawa ke sekolah yang di kunjungi di meja tamu pada malam hari untuk mengingatkan keesokan harinya harus berangkat ke sekolah binaan. Pengawas sanggup memutuskan ciri khas dari satu sekolah dan selanjutnya dijadikan asosiasi perihal sekolah tersebut.
b.   Subsitusi, mensubsitusi kata pada hal yang ingin diingat. Contoh teknik menghafal nama :
1)   dengarkan dan pahami nama, kalau menyulitkan mintalah untuk mengulang secara perlahan
2)   ulangi nama tersebut pelan-pelan dan beri pengutamaan khusus pada sesuatu yang menarik dari nama tersebut. Contoh Yusi (you see)
3)   perhatikan wajahnya hal apa yang menarik dan gampang diingat. Contoh berkerudung
4)   hubungkan citra hal menarik dengan subsitusi. Contoh yoo see berkerudung.
c.   Hubungan antar peristiwa. Contoh : Standar isi – kompetensi, Ujian Nasional  - 5.0, Gerak jatuh bebas – orang terpeleset, SMUNLUCI – diskotik (SMUN 3 CIMAHI - disisi kota saeutik/di pinggir kota)
d.   Phonetic Alphabet (lebih sering disebut jembatan keledei). Contoh:  spectrum warna “mejikuhibingiu” merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Atau memberi suara pada angka hingga gampang menghafalkan nomor pola 1 = T, D, 2 = N. 3 = M, 4 = R. 5 = L, nomor 55421 l = LLRDTT dibaca lilarudet
e.   Menetapkan ingatan (memory pegs). Mengingat sesuatu yang akan dihafal pada benda-benda di sekeliling. Contoh menghafal nama-nama guru pada sekolah binaan dengan mengingat benda di sekeliling sekolah
Pengawas perlu menguasai teknik-teknik  mengingat sebab ada banyak informasi yang harus diingat. Penting bagi pengawas untuk mengingat isi pedoman-pedoman yang terkai dengan pendidikan sebab dibutuhkan dalam pembinaan dan pengawasan. Pengawas harus mengingat pendidik tenaga kependidikan yang ada di sekolah, pengawas juga harus mengingat banyak sekali kebijakan khusus pendidikan di tingkat propinsi atau kota kabupaten. Apalagi kalau pembinaan danpengawasan terkait degan bidang studi penguasaan terhadap kontent bahan sagat penting sehingga tidak terjadi kesalahan konseptual secara sistematis dari pengawas ke guru dan kemudia dari guru ke siswa. Betapa sangat besar permasalahan yang akan timbul kalau seorang pengawas tidak sanggup mengingat dengan benar.

4. Membuat Peta Pikiran
Langkah keempat berpikir kreatif adalah  membuat peta berpikir. Langkah menciptakan peta berpikir sebagai beikut :
a.   tetapkan topik/ tema utama
b.   pikirkan faktor, ide, konsep, komponen utama yang berafiliasi pribadi dengan  topik atau tema. Gunakan kata-kata kunci untuk setiap konsep
c.   konsentrasi untuk menyebarkan wangsit dengan menghubungan setiap faktor, ide, konsep atau komponen dengan memakai pendekatan kekepan (kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan)
d.   organisasikan mana yang menjadi prioritas dengan memberi warna, catatan atau gejala lain yang sanggup menarik perhatian
e.   anda siap menuliskan atau memaparkan pada orang lain
Contoh: Peta Pikiran Persoalan Penerimaan Siswa Baru



Gambar: Contoh Peta Pikiran


Peta pikiran membantu pengawas melihat problem secara komprehensif kontekstual. Artinya setiap hal yang berafiliasi baik secara pribadi maupun tidak pribadi dengan permasalahan diidentifikasi, diberi perhatian khusus pada faktor-faktor yang penting dan akan sangat mengganggu bilamana tidak diperhatikan atau diantisipasi. Kemampuan menciptakan peta pikiran memperlihatkan kecerdasan pengawas dalam menyikapi problem dan merancang solusi yang paling memungkinkan dilakukan.

1.   Kuadran Berpikir dan Penyelesaian Masalah
Langkah kelima berpikir kreatif yaitu memahami karakteristik kuadran berpikir dan mempergunakan untuk menuntaskan masalah. Kuadran berpikir terbagi dalam empat kuadran yaitu :
a.   kuandran A berpikir analitik, berpikir mempergunakan data, fakta dan logika. Belajar secara ekternal, menjadi detektif dan melaksanakan eksplorasi  untuk mendefinisikan permasalahan yang dihadapi. Contoh : mengumpulkan data, fakta dan informasi yang terkait pribadi maupun tidak pribadi dengan permasalahan proses seleksi siswa.
b.   kuadran B berpikir sekuensial, berpikir secara terstruktur, memperhatikan detail, disiplin dan perancanaan yang matang. Mengembangkan kebiasaan mencar ilmu dan bekerja secara teratur dan efektif sehingga bisa merancang implementasi solusi secara matang. Contoh : memfasilitasi penyusunan rancangan acara pembelajaran selama 1 ( satu) tahun aliran sesuai kalender akadmik dan tuntutan standar isi.
c.   Kuadran C berpikir interpersonal,  berpikir dengan memperhatikan nilai, simbol, komunikasi dan perasaan. Belajar secara interaktif dari pengalaman, umpan balik,  diskusi maupun sistem nilai sehingga sanggup memperlihatkan penilaian solusi yang paling mungkin dilakukan untuk menuntaskan masalah. Contoh : menginisiasi pengembangan acara sukses ujian nasional dengan memperkuat rasa percaya diri siswa, guru dan pimpinan sekolah.
d.   Kuadran D berpikir imaginatif, berpikir internal menyebarkan pemahaman dan visualisasi dengan memutuskan visi, konteks, cita-cita masa depan dan inovasi. Memformulasikan wangsit umum dan mengevaluasi ide-ide kreatif yang diprediksi mungkin dilakukan untuk menuntaskan masalah.  Contoh : ketertarikan siswa tingkat menengah pada bahasa aneh dikembangkan dalam bentuk memfasilitasi area berbahasa asing.
Walaupun individu akan memperlihatkan kuadran mayoritas dalam karakteristik berpikir tetapi kuadran lain sanggup dioptimalkan sehingga berkontribusi terhadap penyelesaian perkara secara kreatif. Individu menjadi tidak bisa berpikir kreatif sebab mengalami kendala mental. Hambatan mental meliputi  asumsi yang salah perihal diri, kebiasaan dan sikap. Hambatan mental tersebut sanggup ditanggulangi dengan mengimplementasikan kuadran berpikir. Secara spesifik sebagai berikut :
1)   hambatan mental sebab asumsi yang salah, yaitu menyakini ” saya tidak kreatif”. Seorang yang berpikir intelegen yaitu seorang pemikir yang baik. Cari fakta-fakta dengan kuadran A kemudian dengan waktu yang ada yakinlah ” mengapa tidak untuk menjadi lebih kreatif”, atau ”orang lain bisa mengapa saya tidak”
2)   hambatan mental sebab kebiasaan :  (a) menyakini hanya ada satu tanggapan benar padahal ada banyak kemungkinan tanggapan dari pertanyaan. (b) Masalah  dilihat sebagai sesuatu yang rumit dan membebani sehingga terisiolasi dalam perkara padahal setiap perkara tidak lepas dari konteksnya sehingga ada banyak kemungkinan penyelesaian sesuai konteks. (3) Ada banyak aturan yang harus ditaati dalam menuntaskan perkara dan harus diyakini ada banyak sumber daya yang sanggup kita manfaatkan. Kaprikornus gunakan kuandran B, buat perencaan secara kreatif.
Hambatan mental sebab sikap dan emosi. (a) Berpikir negatif, berprasangka, rendah diri. Pandanglah perkara sebagai sesuatu yang menarik atau berbeda, jangan takut,  memang tidak baik tetapi juga tidak buruk. Bersikap positif atau netral. (b) takut berbuat salah atau takut mengambil resiko gagal. Padahal kita tidak akan maju kalau tidak mau menghadapi tantangan dan mencar ilmu untuk menuntaskan perkara bukan dari masalah, (c) bimbing menciptakan keputusan sebab tidak mempunyai informasi yang cukup, jadi manfaatkan sebagai kesempatan menjadi kreatif dengan mencari lebih banyak informasi. Jadi positif dan perhatian, mustahil menjadi sukses tanpa kesalahan. Perkuat kuadran C.
Setting ulang dan dukung untuk berpikir kreatif dengan menyebarkan secara hati-hati kuadran D. Gunakan seluruh kapasitas otak . (1) Mulai dengan memotivasi diri dan memberi arahan pada diri, kita sanggup melaksanakan apa yang kita pikirkan. (2) Bersikap positif dan optimistik tetapi realistik. (3) Belajar bertanggung jawab terhadap sikap adan tindakan yang kita lakukan. (4) seting ulang lingkungan sehingga memfasilitasi tindakan yang kreatif. Kreativitas bukan sesuatu yang terjadi begitu saja maka rencanakan untuk menjadi kreatif. 
Seorang pengawas harus mengidentifikasi diri mayoritas berada pada kuadran mana, terus melaksanakan latihan sehingga potensi berkembang optimal, berlatih menyebarkan keterampilan pada kuadran lain sehingga menjadi kemampuan yangmendukung potensi utama. Pengawas hendaknya mencar ilmu meghilangkan hambatan-hambatan mental yang menghalangi berkembangnya kemampuan berpikir. Mulailah dengan meyakinkan diri bahwa saya mempunyai potensi dan jangan membiasakan diri membuang energi untuk pemikiran-pemikiran angker yang belum tentu terjadi atau sibuk beriri hati pada orang yang bisa melaksanakan tapi tidak melaksanakan apapun.
Sugesti positif pada diri menambahkan enegri piskologis, sebaliknya sugesti negatif menghilangkan energi psikologis. Pengawas perlu mencar ilmu mengelola diri atau mengendalikan diri. Dimulai dengan kendalikan pikiran dan perasaan  pada hal yang positif sehingga tindakan yang dilakukan positif. Kendalikan konsekwensi yang akan diterima dengan mengendalikan tindakan yang dilakukan. Tetapkan tujuan hidup dan acara yang terang dengan indikator keberhasilan dan kegagalan. Buat perencanaan kehidupan secara tegas dan konsewens terhadap perencanaan yang dibuat. Beri diri hadiah kalau berhasil mencapai tahapan sesuai rancangan dan berikan eksekusi yang membangun bila tidak berhasil mencapai.   

Demikian info perihal Pengertian Berpikir Kreatif dan Tingkat Berpikir Kreatif.





= Baca Juga =



Related : Pengertian Berpikir Kreatif Dan Tingkat Berpikir Kreatif

0 Komentar untuk "Pengertian Berpikir Kreatif Dan Tingkat Berpikir Kreatif"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close