Metode Dan Teknik Supervisi Manajerial

Metode dan teknik Supervisi Manajeria

Apa dan bagaimana Metode dan teknik Supervisi Manajerial? Tugas  pengawas satuan pendidikan  mencakup pengawasan atau supervisi manajemen dan pengelolaan (manajerial) sekolah sekaligus supervisi akademik atau pembelajaran. Karena fokus kedua hal tersebut berbeda, maka metode dan teknik yang dipergunakan tentu berbeda pula. Berikut ini akan diuraikan ihwal metode dan teknisk supervisi manajerial.


A.  Supervisi Manjerial

1.  Monitoring dan Evaluasi
Metode utama yang  mesti dilakukan oleh pengawas satuan pendi- dikan dalam supervisi manajerial tentu saja ialah monitoring dan evaluasi.

a. Monitoring/Pengawasan
  Monitoring ialah suatu aktivitas yang ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah, apakah sudah sesuai dengan rencana, program, dan/atau standar yang telah ditetapkan, serta menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan jadwal (Rochiat, 2008: 115). Monitoring lebih berpusat pada pengontrolan selama jadwal berjalan dan lebih bersifat klinis. Melalui monitoring, sanggup diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan. Aspek-aspek yang dicermati dalam monitoring ialah hal-hal yang dikembangan dan dijalankan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam melaksanakan monitoring ini tentunya pengawas harus melengkapi diri de- ngan parangkat atau daftar isian yang memuat seluruh indikator sekolah yang harus diamati dan dinilai.

Secara tradisional pelaksanaan pengawasan melibatkan tahapan: (a) memutuskan standar untuk mengukur prestasi, (b) mengukur prestasi, (c) menganalisis apakah prestasi memenuhi standar, dan (d) mengambil tindakan apabila prestasi kurang/tidak memenuhi standar (Nanang Fattah, 1996: 102).

Dalam perkembangan terakhir, kecenderungan pengawasan dalam dunia pendidikan juga mengikuti apa yang dilakukan pada industri, yaitu dengan menerapakan Total Quality Controll. Pengawasan ini tentu saja terfokus pada pengendalian mutu dan lebih bersifat internal.  Oleh alasannya ialah itu pada akhir-akhir ini setiap lembaga pendidikan umumnya mempunyai unit penjaminan mutu.

b. Evaluasi
            Kegiatan penilaian ditujukan untuk mengetahui sejauhmana kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau sejauhmana keber- hasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan penilaian utamanya ialah untuk (a) mengetahui tingkat keterlaksanaan program, (b) mengetahui keberhasilan program, (c) mendapat bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya, dan (d) memperlihatkan penilaian (judgement) terhadap sekolah.
           
2. Refleksi dan Focused Group Discussion
Sesuai dengan paradigma gres manajemen sekolah yaitu pember- dayaan dan partisipasi, maka judgement keberhasilan atau kegagalan sebuah sekolah dalam melaksanakan jadwal atau mencapai standar bukan hanya menjadi otoritas pengawas. Hasil monitoring yang dilakukan pengawas hendaknya disampaikan secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah, wakil kepala sekolah, komite sekolah dan guru. Secara bahu-membahu pihak sekolah sanggup melaksanakan refleksi terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-faktor penghambat serta pendukung yang selama ini mereka rasakan. Forum untuk ini sanggup ber- bentuk  Focused Group Discussion (FGD), yang melibatkan unsur-unsur stakeholder sekolah. Diskusi kelompok terfokus ini sanggup dilakukan da- lam beberapa putaran sesuai dengan kebutuhan.Tujuan dari FGD ialah untuk menyatukan pandangan stakeholder mengenai realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan) sekolah, serta menentukan  langkah-langkah strategis maupun operasional yang akan diambil untuk memajukan sekolah. Peran pengawas dalam hal ini ialah sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber apabila diperlukan, untuk memperlihatkan masukan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.

3. Metode Delphi
Metode Delphi sanggup dipakai oleh pengawas dalam membantu pihak sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep MBS, dalam merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) sebuah sekolah harus mempunyai rumusan visi, misi dan tujuan yang terang dan realistis yang digali dari kondisi sekolah, akseptor didik, potensi daerah, serta pandangan seluruh stakeholder.

Sejauh ini kebanyakan sekolah merumuskan visi dan misi dalam  susunan kalimat “yang bagus”, tanpa dilandasi oleh filosofi dan penda- laman terhadap potensi yang ada. Akibatnya visi dan misi tersebut tidak realistis, dan tidak memperlihatkan ilham kepada warga sekolah untuk mencapainya.

Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak stakeholder sekolah tanpa memandang faktor-faktor status yang sering menjadi kendala  dalam sebuah diskusi atau musyawarah. Misalnya sekolah mengadakan pertemuan bersama antara sekolah, dinas pendidikan, tokoh masyarakat, orang murid dan guru, maka biasanya pembicaraan hanya didominasi oleh orang-orang tertentu yang percaya diri untuk berbicara dalam forum. Selebihnya akseptor hanya akan menjadi pendengar yang pasif.

Metode Delphi sanggup disampaikan oleh pengawas kepada kepala sekolah dikala hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak pihak. Langkah-langkahnya berdasarkan Gorton (1976: 26-27) ialah seba- gai berikut:
a.    Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami masalah dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan sekolah;
b.    Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa disertai nama/identitas;
c.    Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan menciptakan daftar urutannya sesuai dengan jumlah orang yang beropini sama.
d.    Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari aneka macam pihak tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya.
e.    Mengumpulkan kembali urutan prioritas berdasarkan peserta, dan memberikan hasil simpulan prioritas keputusan dari seluruh akseptor yang dimintai pendapatnya.

4. Workshop
            Workshop atau lokakarya merupakan salah satu  metode yang sanggup ditempuh pengawas dalam melaksanakan supervisi manajerial. Metode ini tentunya bersifat kelompok dan sanggup melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu diubahsuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan sanggup diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau orga- nisasi sejenis lainnya.  Sebagai contoh, pengawas sanggup mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop ihwal pengembangan KTSP, sistem ddministrasi, tugas serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya.





= Baca Juga =



Related : Metode Dan Teknik Supervisi Manajerial

0 Komentar untuk "Metode Dan Teknik Supervisi Manajerial"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close