Meraih Kesempatan Kerja Di Kala Digital Via Kartu Pra Kerja



Duta Masyarakat, Jumat 22 November 2020.
Pemerintah akan menyiapkan Kartu Pra Kerja untuk 2 juta tenaga kerja. Rencananya kartu tersebut akan diluncurkan pada awal tahun 2020. Seperti dikutip dari website Sekretariat kabinet, setkab.go.id Kartu Pra kerja ini dianggarkan sebesar Rp 10 triliun. 
Pemanfaatan Kartu Pra Kerja ini yaitu untuk triple skilling, upskilling, re-skilling melalui beberapa training atau training yang berkhasiat meningkatkan ketrampilan calon tenaga kerja hingga siap memasuki dunia kerja gres yang sesuai dengan kebutuhan dunia perjuangan dan dunia industri (DUDI). Nantinya pemerintah akan menggandeng lembaga-lembaga training dan membangun prosedur tracking online untuk memonitor peningkatan kapasitas skill calon pekerja peserta kartu pra kerja.
Dengan Kartu Prakerja, calon tenaga kerja peserta kegiatan bisa menentukan aneka macam macam training ketrampilan yang mereka inginkan. Mereka boleh menentukan training barista kopi, animasi, desain grafis, bahasa inggris, teknisi komputer, programming, koding dan masaih banyak lagi yang akan disediakan melalui platform digital.

Yang menjadi masalah yaitu sesudah mengikuti training semua calon peserta Kartu Pra Kerja ini akan dikemanakan? Apakah cukup mengikuti training kemudian mendapatkan akta dan dengan akta keterampilan tersebut sudah mencukupi diterima kerja di industri ataupun dunia usaha?
Shane Cragun dan Kate Sweetman (2020) menjelaskan perihal imbas berantai disruption akhir pemakaian teknologi digital yang mempengaruhi contoh orang bekerja. Mereka menyatakan pada masa inilah berakhirnya abad perantara. Kegiatan ekonomi dilakukan secara serba eksklusif atau disebut juga abad free agent. Bebas dari orang tengah, makelar, penghubung, atau mediator dari satu kegiatan menuju kegiatan ekonomi lain.

Akibatnya, kontak-kontak sosial antara perusahaan dan lulusan-lulusan sekolah akan berbeda dengan yang biasa dilakukan generasi sebelumnya ketika bekerja. Kontrak ikatan kerja antara perusahaan dan karyawan yang biasanya diikat sebagai karyawan tetap dalam jangka waktu tertentu hingga dengan pensiun tidak bisa dilakukan. Bila dulu perusahaan menunjukkan permanent job, sekarang menjadi job on demand. Pekerjaan yang hanya dilakukan pada ketika dibutuhkan. Ini didukung dengan keberadaan platform aplikasi yang menunjukkan pekerjaan-pekerjaan freelancer dengan spesifikasi keahlian tertentu dan bisa didapatkan tenaga kerja yang mahir dalam jumlah yang melimpah. 

Kemunculan aplikasi web menyerupai freelanceralliance.com, upwork.com atau yang dalam bahasa Indonesia ada sribulancer, projects.co.id, freelancer indonesia, menimbulkan pekerjaan "on demand" ini semakin berkembang dengan pesat. Mereka tak hanya bekerja di satu kota, tetapi juga melayani pekerjaan-pekerjaan dari klien di kota yang berbeda-beda. Belakangan ini sering kita saksikan profesi internet marketing yang bekerja di banyak perusahaan dan menerima hasil dari komisi penjualan tidak menempel pada satu perusahaan saja. Bahkan di suatu desa Tunjungmuli Karangmoncol di Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah remajanya hampir semua menjadi internet marketing sehingga wilayahnya populer menjadi kampung marketer. Banyak tenaga kerja yang lebih bahagia bekerja lepas ketimbang menjadi pegawai, dan harus pindah ke kota meninggalkan rumah dan keluarga.

Ekosistem Kartu Pra Kerja

Bermaksud ingin menyebarkan pengalaman dari apa yang telah dilakukan  Pemerintah Jawa Timur melalui Dinas Pendidikan dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya lewat kegiatan Double Track (DT) yang diperuntukkan bagi siswa Sekolah Menengan Atas yang tidak berencana melanjutkan ke Perguruan Tinggi, kiranya dalam hal penyiapan Kartu Pra Kerja perlu dibentuk ekosistem yang tidak sekedar pelatihan, namun juga dibangunnya platform aplikasi yang menghubungkan dengan kawan DUDI, serta juga pengenalan marketplace sebagai wadah berwirausaha dengan modal minimal.
Sedikitnya ada lima hal yang perlu disiapkan dalam menyiapkan ekosistem Kartu Pra Kerja, semoga tidak hanya berhenti pada training dan sumbangan sertifikat. Pertama, penyiapan para trainer yang akan mengisi pelatihan-pelatihan dengan aneka macam macam keterampilan teknis menyerupai teknologi pangan, tata busana, kendaraan bermotor, desain grafis dan banyak lagi bidang ketrampilan yang memungkinkan orang bekerja secara berdikari ataupun freelancer.

Kedua penyiapan aplikasi ruangtraining.net untuk memantau dan mengukur kinerja peserta pelatihan. Baik itu kehadirannya maupun hasil karya produk hasil training yang didokumentasikan dalam bentuk foto produk dan juga portofolio kegiatan peserta pelatihan.

Ketiga, sesudah selesai mengikuti training kemudian peserta Kartu Pra Kerja, diarahkan untuk mengisi dan mengupdate CV online melalui ruangkarir.net. Aplikasi ini mempertemukan antara dunia perjuangan dan dunia industri yang membutuhkan tenaga kerja, dengan peserta training yang sudah memiliki skill tertentu sesuai dengan kebutuhan industri. Melalui ruangkarir ini perusahaan bisa menentukan sekian ribu calon tenaga kerja lengkap dengan portofolio dan cv online yang siap diwawancarai ataupun dipilih sebagai tenaga kerja.

Keempat, bagi mereka yang belum mendapatkan pekerjaaan atau menyukai dunia wirausaha, dikenalkan penguasaan ketrampilan memproduksi dan memasarkan melalui marketplace ruangdagang.net

Kelima, dan jikalau masih belum mendapatkan pekerjaan, ataupun belum bisa berwirausaha, calon tenaga kerja bisa meningkatkan kapasitas kemampuannya untuk terus berguru secara berdikari di ruangtraining.net. Tersedia aneka macam macam tutorial dan tempat magang yang bisa berkhasiat untuk meningkatkan skillnya guna meraih kesempatan kerja yang diidamkan.

Masalahnya, sudah siapkah lembaga-lembaga pendidikan menyiapkan pekera-pekerja on demand ini? Maukah forum pendidikan kita mengubah kurikulum, cara belajar-mengajar, dan meremajakan aturan-aturan standar pendidikan. Sudah siapkah para orangtua mendapatkan realitas gres anaknya yang disekolahkan tinggi-tinggi tidak menjadi karyawan ataupun pegawai, namun menjelma tenaga kerja yang tidak hanya sekedar "tahu" tetapi juga "bisa" mewujudkan gagasannya menjadi sesuatu yang menghasilkan dan membuatnya memperoleh kemandirian ekonomi.
Membangun ekosistem menyerupai ini jauh lebih penting ketimbang hanya menyiapkan aneka macam macam bentuk training dan sumbangan sertifikasi. (***)

Fajar Baskoro
Penulis yaitu Dosen pada  Fakultas Teknologi  Informasi  ITS dan Fasilitator Dinas Pendidikan Jatim-ITS



Related : Meraih Kesempatan Kerja Di Kala Digital Via Kartu Pra Kerja

0 Komentar untuk "Meraih Kesempatan Kerja Di Kala Digital Via Kartu Pra Kerja"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)