Pengertian Diskusi Menurut Para Ahli Beserta Tujuan Dan Macamnya– Diskusi yaitu interaksi antara dua orang atau lebih / kelompok. Biasanya komunikasi antara mereka / kelompok dalam bentuk ilmu atau pengetahuan dasar yang alhasil akan memperlihatkan rasa pemahaman yang baik dan benar. Diskusi bisa apa saja yang awalnya disebut topik. Diskusi topik ini dan dibahas berkembang yang pada alhasil akan menghasilkan suatu pemahaman dari topik.
Metode ini muncul lantaran aneka macam kritik yang muncul mengenai metode pengajaran telah membuat para pendidik berpikir mengenai bermacam-macam kemungkinan dan laba dari small-group teaching. Telah ditemukan sebuah pendekatan atau metode yang sanggup membuat para siswa sanggup saling berinteraksi secara langsung, yaitu metode diskusi (Gage & Berliner, 1998). Menurut Suryosubroto (1997), metode diskusi yaitu suatu cara penyajian materi pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun aneka macam alternatif pemecahan atas suatu masalah.
Suryosubroto (1997) juga menambahkan bahwa dalam kelompok diskusi hendaknya dipilih seorang pemimpin diskusi, yaitu siswa yang lebih memahami atau menguasai persoalan yang akan didiskusikan, berwibawa dan disenangi oleh teman-temannya, berbahasa baik dan lancar serta sanggup bertindak tegas, adil dan demokratis. Adapun kiprah pimpinan diskusi sendiri yaitu sebagai pengatur dan pengarah jalannya diskusi, pengatur kemudian lintas percakapan serta sebagai penengah dan penyimpul aneka macam pendapat.
Metode diskusi ini lebih efektif dibandingkan dengan metode pengajaran konvensional yang diberikan oleh guru dalam hal meningkatkan pemahaman konsep dan berbagi kemampuan menuntaskan persoalan (transfer of learning). Di sisi lain, metode pengajaran konvensional yang diberikan guru lebih efektif untuk menunjang pemerolehan aneka macam informasi. Hal ini dikarenakan pemerolehan informasi atau penyebaran informasi dalam metode diskusi berjalan lebih lambat.
Diskusi sendiri sanggup dilakukan dalam bermacam-macam bentuk (tipe) dan dengan bermacam-macam tujuan.
Adapun beberapa bentuk diskusi berdasarkan Suryosubroto (1997) yaitu :
1. The social problem meeting
Para siswa berbincang untuk memecahkan permasalahan sosial di kelas atau di sekolah mereka dengan cita-cita setiap siswa akan merasa “terpanggil” untuk mempelajari dan bertingkah laris sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku, contohnya dalam cara berkomunikasi dengan guru atau personel sekolah lainnya, menyikapi peraturan-peraturan di kelas atau di sekolah, mengamalkan hak-hak dan kewajiban siswa dan sebagainya.
2. The open-ended meeting
Para siswa berbincang mengenai persoalan apapun yang bekerjasama dengan kehidupan mereka sehari-hari. Baik yang bekerjasama dengan sekolah, rumah, atau lingkungan sekitar.
3. The educational-diagnosis meeting
Para siswa berbincang mengenai pelajaran di kelas untuk saling mengoreksi pemahaman mereka atas pelajaran yang telah diterimanya. Tujuannya semoga masing-masing anggota memperoleh pemahaman yang lebih baik atau benar.
Para siswa terkadang menolak metode diskusi ini lantaran mereka menganggap bahwa guru merekalah yang lebih ahli, profesional, dan berpengalaman. Mereka cenderung menganggap siswa lainnya sama tidak mengertinya dengan mereka dan bahkan lebih terbelakang dari diri mereka sendiri.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Mengadakan Metode Diskusi
High-Consensus versus Low-Consensus Fields
Dalam high-consensus fields dimana materi berkaitan dengan ilmu pasti, contohnya matematika, teknik dan lain-lain, tujuan utama metode diskusi yaitu untuk memberikan pengetahuan. Sedangkan pada low-consensus fields dimana materi berkaitan dengan ilmu sosial, contohnya psikologi, sejarah, ekonomi, dan sebagainya, para siswa juga membutuhkan pengetahuan tetapi mereka membutuhkan pengertian yang luas. Mereka perlu memahami kontroversi yang ada, mengembangkan, dan mempertahankan pandangan mereka mengenai kontroversi tersebut.
Komunikasi satu arah, baik melalui buku-buku atau ceramah guru, baik diterapkan pada high-consensus fields. Metode diskusi sendiri dipandang lebih sesuai untuk low-consensus fields.
Controversiality and Attitudes
Metode diskusi sanggup menjadi sarana yang baik untuk mengubah perilaku dan tingkah laris para siswa, lantaran dalam metode diskusi para siswa terlibat secara aktif dan dituntut untuk memilih perilaku dan keputusannya sendiri. hal tersebut tidak sanggup ditemui dalam metode pengajaran pada umumnya, dimana komunikasi berjalan satu arah.
Kepribadian dan Tindakan Guru
Keberhasilan dari metode diskusi ini juga dipengaruhi oleh kepribadian dari guru. Seorang guru yang menuntut keteraturan atau struktur, tidak sesuai memakai metode diskusi, lantaran dalam metode diskusi fleksibilitas dan kedinamisan kelas menjadi hal yang sangat penting. Seorang guru juga harus sanggup memfokuskan para siswanya pada materi yang sedang didiskusikan.
Hal ini penting untuk mencegah timbulnya ide-ide yang tidak relevan dengan materi diskusi. Seorang guru hendaknya sanggup menurukan tingkat kekuasaannya di dalam kelas dengan cara memperlihatkan kebebasan pada siswa untuk mengemukakan wangsit atau pendapat mereka.
Adapun tindakan yang perlu dilakukan guru sebelum mengadakan metode diskusi yaitu :
1. Menentukan Topik Diskusi
Topik yang sanggup dipakai yaitu topik kontroversial atau non-kontroversial. Topik yang non-kontroversial yaitu topik dimana terdapat kecenderungan dari siswa untuk mempunyai perilaku yang sama terhadap isu tersebut. Sedangkan topik kontroversial yaitu topik yang belum mempunyai sebuah kebenaran atau ketepatan yang universal, dengan kata lain, topik yang masih dalam perdebatan. Topik kontroversial lebih sempurna dipakai dalam metode diskusi.
Harus diperhatikan bahwa nilai dari diskusi perihal topik yang kontroversial tidak terletak pada dihasilkannya satu balasan yang tepat, melainkan dari: Motivasi para siswa meningkat. Timbul dari rasa ingin tahu dan konflik dari ide-ide sehingga memperlihatkan kekuatan pada para siswa untuk menemukan informasi baru, mengorganisasikan pemikiran mereka, dan menuntaskan konflik tersebut.
Para siswa berguru mempertahakan pendapat lantaran adanya kebutuhan untuk bertahan dari tekanan logika dan informasi orang lain. Hal ini juga membuat para siswa sanggup memahami dengan baik pandangan orang lain. Pemahaman para siswa mengenai logika, informasi, dan posisi mereka sendiri akan lebih tajam. Hal ini diperoleh para siswa melalui interaksi mereka dengan orang lain.
Walaupun topik yang kontroversial cocok dipakai dalam metode diskusi, para guru seringkali menghindar dari topik ini. Diskusi mengenai aborsi, kiprah gender dan politik, misalnya, biasanya dihindari oleh guru. Hal ini sanggup menghambat para siswa untuk berbagi kemampuan argumentasi, memberikan nilai-nilai dan berhipotesis, lantaran mereka hanya disuguhi masalah-masalah ringan.
2. Menetapkan Dasar Umum
Setelah memilih topik, maka para siswa dan guru harus mempunyai dasar umum semoga sanggup memahami topik yang telah ditentukan. Dasar umum tersebut sanggup muncul dari penetapan materi bacaan atau hal lainnya yang sanggup menunjang pemerolehan informasi, pemahaman dari topik tersebut, mirip film, kegiatan televisi, museum, dan laboratorium. Guru diharapkan sanggup memfokuskan para siswa pada materi khusus yang akan didiskusikan.
Menurut Suryosubroto, 1997, dalam diskusi, kiprah guru yaitu sebagai berikut :
1. Guru sebagai ahli
Dalam diskusi yang bertujuan untuk memecahkan masalah, maka guru sanggup berperan sebagai spesialis yang mempunyai lebih banyak informasi daripada siswanya. Di sini guru sanggup memberi tahu, menjawab pertanyaan atau mengkaji segala sesuatu yang sedang didiskusikan oleh para siswa. Hal ini sangat penting bila terjadi konflik atau penyimpangan informasi. Sesuai dengan kiprah utamanya, di sini guru berperan sebagai agent of instruction.
2. Guru sebagai pengawas
Agar diskusi dalam masing-masing kelompok kecil berjalan lancar, benar dan mencapai tujuan, maka guru, selain bertindak sebagai sumber informasi, juga harus bertindak sebagai pengawas dan penilai di dalam proses berguru mengajar lewat format diskusi ini. Guru juga sebaiknya membuat catatan, mengikuti jalannya diskusi, menganalisa, dan mengevaluasi diskusi—apakah relevan, sesuai dengan logika dan kenyataan atau tidak.
3. Guru sebagai penghubung kemasyarakatan
Walaupun topik sudah dibatasi, persoalan yang dibahas dalam diskusi seringkali masih bekerjasama dengan aspek yang luas dari kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini guru sanggup memperjelasnya dan memperlihatkan jalan-jalan pemecahannya sesuai dengan kriteria yang ada di masyarakat. Peranan guru di sini yaitu sebagai socializing agent.
4. Guru sebagai pendorong (fasilitator)
Terutama bagi siswa-siswa yang belum bisa mencerna pengetahuan dan pendapat orang lain, merumuskan serta mengeluarkan pendapatnya sendiri dengan baik, maka guru perlu membantu dan mendorong setiap siswa untuk membuat dan berbagi kreativitas semoga diskusi sanggup berjalan dengan baik. Berbicara, diam, atau memperlihatkan komentar yaitu pilihan dari seorang guru lantaran hal tersebut merupakan kekuasaan dari guru. Semakin sering guru berbicara, maka akan semakin sedikit kesempatan siswa untuk berpartisipasi. Hal ini akan mengurangi laba yang didapat siswa dari diskusi. Oleh lantaran itu, akan lebih baik jikalau seorang guru meminimalkan partisipasinya dalam diskusi.
Partisipasi guru yang terlalu banyak dalam proses diskusi sanggup mengurangi efektivitas small-group discussion, kiprah guru yang terlalu sedikit pun akan mengurangi manfaat diskusi. Apabila campur tangan guru pada jalannya diskusi terlalu sering, maka para siswa akan kehilangan kesempatan untuk berguru memecahkan permasalahan secara independen.
Apakah penyimpangan berlangsung dalam waktu yang terlalu lama?
Apakah jeda antara pendapat satu dengan yang lain terlalu lama?
Apakah kesalahan justru diterima?
Jika kesalahan tersebut memberi dampak yang serius pada validitas dari diskusi, maka guru harus sanggup memperbaikinya.
Apakah kesalahan berpikir yang serius tidak terdeteksi?
Kesalahan berpikir yaitu hal yang sulit untuk dideteksi dan sanggup merusak validitas dari diskusi. Maka dari itu, dibutuhkan kiprah guru untuk mengintervensinya.
Cara yang sanggup dilakukan guru dikala para siswa mulai bertanya kepadanya dikala diskusi berlangsung yaitu merencanakan suatu teknik semoga siswa sanggup saling membantu satu sama lain. Untuk melihat seberapa baik siswa sanggup saling berinteraksi satu sama lain, cara yang sanggup dipakai yaitu mengobservasi teladan kontak mata mereka. Apabila mata mereka selalu mengarah pada guru sehabis mereka mengemukakan pendapat atau bahkan dikala mereka tidak menyampaikan apapun, maka sanggup dikatakan bahwa guru tersebut mempunyai kontrol dalam proses kelompok meskipun guru tersebut tidak banyak berbicara.
b. Peran Siswa
Para siswa harus mendapatkan pemahaman yang eksplisit mengenai kiprah mereka. Dalam diskusi, para siswa harus bisa menyatakan pendapat pribadi mereka perihal suatu permasalahan, kemudian mengelaborasinya dengan instruksi dari guru dan siswa lain. Komentar dari siswa sebaiknya juga dievaluasi oleh siswa lainnya dan setiap siswa harus berpartisipasi dalam mengevaluasi pendapat siswa lainnya.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Setelah Diskusi Berlangsung
Guru harus membuat catatan dan penilaian mengenai insiden yang tidak sanggup diantisipasi yang muncul selama diskusi berlangsung. Guru juga harus mencatat hal-hal penting, definisi, masalah, dan kesalahan berpikir yang mengakibatkan kesulitan selama diskusi. Memberitahukan hal tersebut pada para siswa di kesempatan diskusi berikutnya sanggup membuat mereka lebih sadar mengenai proses diskusi (Gage & Berliner, 1998).
1. Intellectual Pitfalls
Intellectual pitfalls merujuk pada kesalahan-kesalahan selama diskusi yang sumbernya bekerjasama dengan intelektualitas. Contohnya yaitu adanya bias dalam diskusi, dimana terdapat pertolongan tanda atau kata kunci dari siswa yang sanggup menumbangkan objektivitas mereka. Terdapat pula kecenderungan di antara siswa untuk menyetujui pandangan kelompok meskipun bersama-sama siswa tersebut menyadari bahwa pendapat kelompok tidak tepat.
2. Social-Emotional Pitfalls
Permasalahan sosial dan emosional sanggup muncul dari para siswa, orang lain, dan guru. Permasalahan ini sanggup mengurangi nilai dari metode diskusi. Permasalahan yang termasuk di dalamnya yaitu nonparticipation dan uneven participation.
a. Nonparticipation
Hal-hal yang sanggup dilakukan oleh seorang guru apabila para siswa tidak memperlihatkan respon terhadap pertanyaan yang diajukan :
Wait the silence out
Situasi membisu merupakan hal yang tidak menyenangkan dan juga memalukan bagi para siswa. Menunggu sekitar 30 detik atau lebih sanggup dijadikan solusi, lantaran mungkin saja para siswa membutuhkan lebih banyak waktu untuk berpikir mengenai apakah yang akan mereka katakan sanggup diterima atau tidak.
Ask what the silence means
Guru menanyakan apakah perilaku membisu mereka merupakan wujud dari rasa kebingungan atau lantaran mereka membutuhkan waktu untuk berpikir.
Guess out loud what the silence meansGuru sanggup menanyakan kepada para siswanya apakah sangat beresiko untuk menjadi orang yang pertama kali berbicara?
Break the group into smaller
groupsKelompok kecil sanggup meningkatkan kemungkinan para siswa untuk berpartisipasi dan menurunkan tingkat kecemasan mereka untuk berbicara.
"Go around the table"
Mewajibkan kepada semua siswa untuk berbicara. Menanyakan ide-ide dan reaksi mereka.
b. Uneven Participation
Hal ini sanggup muncul di setiap kelompok diskusi, yaitu dikala seorang siswa berbicara lebih banyak dibandingkan dengan siswa lainnya. Uneven participation tidak selalu menjadi hal yang buruk, lantaran setiap siswa sanggup berbeda dalam hal pengetahuan, rasa ketertarikan dan lain sebagainya sehingga hal ini sanggup mensugesti partisipasi mereka dalam diskusi.
Akan tetapi jikalau seorang siswa selalu berpartisipasi aktif dalam aneka macam topik diskusi sedangkan siswa lainnya selalu saja pasif, maka guru harus meragukan adanya faktor emosional dan sosial yang tidak rasional yang mensugesti jalannya diskusi.
Status mirip pria-wanita, tua-muda, mayoritas-minoritas sanggup mensugesti partisipasi siswa dalam berdiskusi. Anggota kelompok yang mempunyai status tinggi seringkali mengontrol jalannya diskusi, setidaknya pada dikala permulaan diskusi.
Status dari anggota kelompok tidak hanya muncul lantaran kompetensi konkret mereka tetapi juga lantaran persepsi anggota kelompok lain mengenai kompetensi mereka.
Guru sanggup meningkatkan partisipasi dan dampak dari siswa yang mempunyai status yang rendah, yaitu dengan:
Assign roles
Dapat mengarahkan pada pengharapan yang positif mengenai kompetensi siswa yang mempunyai status yang rendah dengan cara memperlihatkan kiprah pada tiap siswa.
Introduce a referent actorReferent actor yaitu seseorang yang berasal dari luar kelompok, yang mempunyai status rendah, tetapi mempunyai kompetensi yang tinggi terhadap tugas.
Act as a high-status evaluator
Guru sanggup meningkatkan pengharapan dari kedua anggota kelompok, baik lebih banyak didominasi maupun minoritas dengan cara memuji kompetensi, penampilan, dan donasi siswa dari kelompok yang minoritas.
Create equal-status expectations for the group
Memberitahukan bahwa setiap orang harus saling mendengarkan dan juga mempunyai kesempatan yang sama untuk berbicara.
Multiple- ability tasks
Guru sanggup memperlihatkan tugas-tugas yang melibatkan aneka macam kemampuan, diantaranya kemampuan menalar, kreativitas, pemecahan masalah, dan sebagainya.
Kelebihan dan Manfaat dari Penggunaan Metode Diskusi
McCaslin dan Good (dalam Gage & Berliner, 1998) telah mengemukakan aneka macam dampak dari diskusi dan small-group method, yaitu:
Adapun berdasarkan Suryosubroto (1997), kelemahan-kelemahan metode diskusi yaitu :
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber :
1. https://id.wikipedia.org/
2. https://blog.paperplane-tm.site/search?q=metode-diskusi-dalam-pembelajaran
Metode ini muncul lantaran aneka macam kritik yang muncul mengenai metode pengajaran telah membuat para pendidik berpikir mengenai bermacam-macam kemungkinan dan laba dari small-group teaching. Telah ditemukan sebuah pendekatan atau metode yang sanggup membuat para siswa sanggup saling berinteraksi secara langsung, yaitu metode diskusi (Gage & Berliner, 1998). Menurut Suryosubroto (1997), metode diskusi yaitu suatu cara penyajian materi pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun aneka macam alternatif pemecahan atas suatu masalah.
Suryosubroto (1997) juga menambahkan bahwa dalam kelompok diskusi hendaknya dipilih seorang pemimpin diskusi, yaitu siswa yang lebih memahami atau menguasai persoalan yang akan didiskusikan, berwibawa dan disenangi oleh teman-temannya, berbahasa baik dan lancar serta sanggup bertindak tegas, adil dan demokratis. Adapun kiprah pimpinan diskusi sendiri yaitu sebagai pengatur dan pengarah jalannya diskusi, pengatur kemudian lintas percakapan serta sebagai penengah dan penyimpul aneka macam pendapat.
Metode diskusi ini lebih efektif dibandingkan dengan metode pengajaran konvensional yang diberikan oleh guru dalam hal meningkatkan pemahaman konsep dan berbagi kemampuan menuntaskan persoalan (transfer of learning). Di sisi lain, metode pengajaran konvensional yang diberikan guru lebih efektif untuk menunjang pemerolehan aneka macam informasi. Hal ini dikarenakan pemerolehan informasi atau penyebaran informasi dalam metode diskusi berjalan lebih lambat.
Diskusi sendiri sanggup dilakukan dalam bermacam-macam bentuk (tipe) dan dengan bermacam-macam tujuan.
Adapun beberapa bentuk diskusi berdasarkan Suryosubroto (1997) yaitu :
1. The social problem meeting
Para siswa berbincang untuk memecahkan permasalahan sosial di kelas atau di sekolah mereka dengan cita-cita setiap siswa akan merasa “terpanggil” untuk mempelajari dan bertingkah laris sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku, contohnya dalam cara berkomunikasi dengan guru atau personel sekolah lainnya, menyikapi peraturan-peraturan di kelas atau di sekolah, mengamalkan hak-hak dan kewajiban siswa dan sebagainya.
2. The open-ended meeting
Para siswa berbincang mengenai persoalan apapun yang bekerjasama dengan kehidupan mereka sehari-hari. Baik yang bekerjasama dengan sekolah, rumah, atau lingkungan sekitar.
3. The educational-diagnosis meeting
Para siswa berbincang mengenai pelajaran di kelas untuk saling mengoreksi pemahaman mereka atas pelajaran yang telah diterimanya. Tujuannya semoga masing-masing anggota memperoleh pemahaman yang lebih baik atau benar.
Para siswa terkadang menolak metode diskusi ini lantaran mereka menganggap bahwa guru merekalah yang lebih ahli, profesional, dan berpengalaman. Mereka cenderung menganggap siswa lainnya sama tidak mengertinya dengan mereka dan bahkan lebih terbelakang dari diri mereka sendiri.
High-Consensus versus Low-Consensus Fields
Dalam high-consensus fields dimana materi berkaitan dengan ilmu pasti, contohnya matematika, teknik dan lain-lain, tujuan utama metode diskusi yaitu untuk memberikan pengetahuan. Sedangkan pada low-consensus fields dimana materi berkaitan dengan ilmu sosial, contohnya psikologi, sejarah, ekonomi, dan sebagainya, para siswa juga membutuhkan pengetahuan tetapi mereka membutuhkan pengertian yang luas. Mereka perlu memahami kontroversi yang ada, mengembangkan, dan mempertahankan pandangan mereka mengenai kontroversi tersebut.
Komunikasi satu arah, baik melalui buku-buku atau ceramah guru, baik diterapkan pada high-consensus fields. Metode diskusi sendiri dipandang lebih sesuai untuk low-consensus fields.
Controversiality and Attitudes
Metode diskusi sanggup menjadi sarana yang baik untuk mengubah perilaku dan tingkah laris para siswa, lantaran dalam metode diskusi para siswa terlibat secara aktif dan dituntut untuk memilih perilaku dan keputusannya sendiri. hal tersebut tidak sanggup ditemui dalam metode pengajaran pada umumnya, dimana komunikasi berjalan satu arah.
Kepribadian dan Tindakan Guru
Keberhasilan dari metode diskusi ini juga dipengaruhi oleh kepribadian dari guru. Seorang guru yang menuntut keteraturan atau struktur, tidak sesuai memakai metode diskusi, lantaran dalam metode diskusi fleksibilitas dan kedinamisan kelas menjadi hal yang sangat penting. Seorang guru juga harus sanggup memfokuskan para siswanya pada materi yang sedang didiskusikan.
Hal ini penting untuk mencegah timbulnya ide-ide yang tidak relevan dengan materi diskusi. Seorang guru hendaknya sanggup menurukan tingkat kekuasaannya di dalam kelas dengan cara memperlihatkan kebebasan pada siswa untuk mengemukakan wangsit atau pendapat mereka.
Adapun tindakan yang perlu dilakukan guru sebelum mengadakan metode diskusi yaitu :
1. Menentukan Topik Diskusi
Topik yang sanggup dipakai yaitu topik kontroversial atau non-kontroversial. Topik yang non-kontroversial yaitu topik dimana terdapat kecenderungan dari siswa untuk mempunyai perilaku yang sama terhadap isu tersebut. Sedangkan topik kontroversial yaitu topik yang belum mempunyai sebuah kebenaran atau ketepatan yang universal, dengan kata lain, topik yang masih dalam perdebatan. Topik kontroversial lebih sempurna dipakai dalam metode diskusi.
Harus diperhatikan bahwa nilai dari diskusi perihal topik yang kontroversial tidak terletak pada dihasilkannya satu balasan yang tepat, melainkan dari: Motivasi para siswa meningkat. Timbul dari rasa ingin tahu dan konflik dari ide-ide sehingga memperlihatkan kekuatan pada para siswa untuk menemukan informasi baru, mengorganisasikan pemikiran mereka, dan menuntaskan konflik tersebut.
Para siswa berguru mempertahakan pendapat lantaran adanya kebutuhan untuk bertahan dari tekanan logika dan informasi orang lain. Hal ini juga membuat para siswa sanggup memahami dengan baik pandangan orang lain. Pemahaman para siswa mengenai logika, informasi, dan posisi mereka sendiri akan lebih tajam. Hal ini diperoleh para siswa melalui interaksi mereka dengan orang lain.
Walaupun topik yang kontroversial cocok dipakai dalam metode diskusi, para guru seringkali menghindar dari topik ini. Diskusi mengenai aborsi, kiprah gender dan politik, misalnya, biasanya dihindari oleh guru. Hal ini sanggup menghambat para siswa untuk berbagi kemampuan argumentasi, memberikan nilai-nilai dan berhipotesis, lantaran mereka hanya disuguhi masalah-masalah ringan.
2. Menetapkan Dasar Umum
Setelah memilih topik, maka para siswa dan guru harus mempunyai dasar umum semoga sanggup memahami topik yang telah ditentukan. Dasar umum tersebut sanggup muncul dari penetapan materi bacaan atau hal lainnya yang sanggup menunjang pemerolehan informasi, pemahaman dari topik tersebut, mirip film, kegiatan televisi, museum, dan laboratorium. Guru diharapkan sanggup memfokuskan para siswa pada materi khusus yang akan didiskusikan.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Metode Diskusi Berlangsung
a. Peran GuruMenurut Suryosubroto, 1997, dalam diskusi, kiprah guru yaitu sebagai berikut :
1. Guru sebagai ahli
Dalam diskusi yang bertujuan untuk memecahkan masalah, maka guru sanggup berperan sebagai spesialis yang mempunyai lebih banyak informasi daripada siswanya. Di sini guru sanggup memberi tahu, menjawab pertanyaan atau mengkaji segala sesuatu yang sedang didiskusikan oleh para siswa. Hal ini sangat penting bila terjadi konflik atau penyimpangan informasi. Sesuai dengan kiprah utamanya, di sini guru berperan sebagai agent of instruction.
2. Guru sebagai pengawas
Agar diskusi dalam masing-masing kelompok kecil berjalan lancar, benar dan mencapai tujuan, maka guru, selain bertindak sebagai sumber informasi, juga harus bertindak sebagai pengawas dan penilai di dalam proses berguru mengajar lewat format diskusi ini. Guru juga sebaiknya membuat catatan, mengikuti jalannya diskusi, menganalisa, dan mengevaluasi diskusi—apakah relevan, sesuai dengan logika dan kenyataan atau tidak.
3. Guru sebagai penghubung kemasyarakatan
Walaupun topik sudah dibatasi, persoalan yang dibahas dalam diskusi seringkali masih bekerjasama dengan aspek yang luas dari kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini guru sanggup memperjelasnya dan memperlihatkan jalan-jalan pemecahannya sesuai dengan kriteria yang ada di masyarakat. Peranan guru di sini yaitu sebagai socializing agent.
4. Guru sebagai pendorong (fasilitator)
Terutama bagi siswa-siswa yang belum bisa mencerna pengetahuan dan pendapat orang lain, merumuskan serta mengeluarkan pendapatnya sendiri dengan baik, maka guru perlu membantu dan mendorong setiap siswa untuk membuat dan berbagi kreativitas semoga diskusi sanggup berjalan dengan baik. Berbicara, diam, atau memperlihatkan komentar yaitu pilihan dari seorang guru lantaran hal tersebut merupakan kekuasaan dari guru. Semakin sering guru berbicara, maka akan semakin sedikit kesempatan siswa untuk berpartisipasi. Hal ini akan mengurangi laba yang didapat siswa dari diskusi. Oleh lantaran itu, akan lebih baik jikalau seorang guru meminimalkan partisipasinya dalam diskusi.
Partisipasi guru yang terlalu banyak dalam proses diskusi sanggup mengurangi efektivitas small-group discussion, kiprah guru yang terlalu sedikit pun akan mengurangi manfaat diskusi. Apabila campur tangan guru pada jalannya diskusi terlalu sering, maka para siswa akan kehilangan kesempatan untuk berguru memecahkan permasalahan secara independen.
Di sisi lain, jikalau campur tangan guru tiba terlambat, maka akan muncul rasa frustrasi diantara para siswa.Terdapat beberapa saran yang sanggup dipakai guru untuk memilih kapan dikala yang sempurna untuk ikut campur tangan dalam jalannya diskusi:
Apakah penyimpangan berlangsung dalam waktu yang terlalu lama?
Apakah jeda antara pendapat satu dengan yang lain terlalu lama?
Apakah kesalahan justru diterima?
Jika kesalahan tersebut memberi dampak yang serius pada validitas dari diskusi, maka guru harus sanggup memperbaikinya.
Apakah kesalahan berpikir yang serius tidak terdeteksi?
Kesalahan berpikir yaitu hal yang sulit untuk dideteksi dan sanggup merusak validitas dari diskusi. Maka dari itu, dibutuhkan kiprah guru untuk mengintervensinya.
Jika terdapat siswa yang memperlihatkan pertanyaan kepada gurunya mengenai topik yang sedang didiskusikan, maka kemungkinan yang muncul yaitu guru tidak menjawab pertanyaan tersebut. Jika guru memperlihatkan jawaban, maka untuk selanjutnya siswa akan selalu bertanya atau mengecek kebenaran mengenai pemikiran mereka kepada orang yang telah hebat di bidangnya, yaitu guru mereka sendiri. Hal ini akan membuat tujuan yang diinginkan, yaitu munculnya pemikiran para siswa, menjadi terhambat.
Cara yang sanggup dilakukan guru dikala para siswa mulai bertanya kepadanya dikala diskusi berlangsung yaitu merencanakan suatu teknik semoga siswa sanggup saling membantu satu sama lain. Untuk melihat seberapa baik siswa sanggup saling berinteraksi satu sama lain, cara yang sanggup dipakai yaitu mengobservasi teladan kontak mata mereka. Apabila mata mereka selalu mengarah pada guru sehabis mereka mengemukakan pendapat atau bahkan dikala mereka tidak menyampaikan apapun, maka sanggup dikatakan bahwa guru tersebut mempunyai kontrol dalam proses kelompok meskipun guru tersebut tidak banyak berbicara.
b. Peran Siswa
Para siswa harus mendapatkan pemahaman yang eksplisit mengenai kiprah mereka. Dalam diskusi, para siswa harus bisa menyatakan pendapat pribadi mereka perihal suatu permasalahan, kemudian mengelaborasinya dengan instruksi dari guru dan siswa lain. Komentar dari siswa sebaiknya juga dievaluasi oleh siswa lainnya dan setiap siswa harus berpartisipasi dalam mengevaluasi pendapat siswa lainnya.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Setelah Diskusi Berlangsung
Guru harus membuat catatan dan penilaian mengenai insiden yang tidak sanggup diantisipasi yang muncul selama diskusi berlangsung. Guru juga harus mencatat hal-hal penting, definisi, masalah, dan kesalahan berpikir yang mengakibatkan kesulitan selama diskusi. Memberitahukan hal tersebut pada para siswa di kesempatan diskusi berikutnya sanggup membuat mereka lebih sadar mengenai proses diskusi (Gage & Berliner, 1998).
1. Intellectual Pitfalls
Intellectual pitfalls merujuk pada kesalahan-kesalahan selama diskusi yang sumbernya bekerjasama dengan intelektualitas. Contohnya yaitu adanya bias dalam diskusi, dimana terdapat pertolongan tanda atau kata kunci dari siswa yang sanggup menumbangkan objektivitas mereka. Terdapat pula kecenderungan di antara siswa untuk menyetujui pandangan kelompok meskipun bersama-sama siswa tersebut menyadari bahwa pendapat kelompok tidak tepat.
2. Social-Emotional Pitfalls
Permasalahan sosial dan emosional sanggup muncul dari para siswa, orang lain, dan guru. Permasalahan ini sanggup mengurangi nilai dari metode diskusi. Permasalahan yang termasuk di dalamnya yaitu nonparticipation dan uneven participation.
a. Nonparticipation
Hal-hal yang sanggup dilakukan oleh seorang guru apabila para siswa tidak memperlihatkan respon terhadap pertanyaan yang diajukan :
Wait the silence out
Situasi membisu merupakan hal yang tidak menyenangkan dan juga memalukan bagi para siswa. Menunggu sekitar 30 detik atau lebih sanggup dijadikan solusi, lantaran mungkin saja para siswa membutuhkan lebih banyak waktu untuk berpikir mengenai apakah yang akan mereka katakan sanggup diterima atau tidak.
Ask what the silence means
Guru menanyakan apakah perilaku membisu mereka merupakan wujud dari rasa kebingungan atau lantaran mereka membutuhkan waktu untuk berpikir.
Guess out loud what the silence meansGuru sanggup menanyakan kepada para siswanya apakah sangat beresiko untuk menjadi orang yang pertama kali berbicara?
Break the group into smaller
groupsKelompok kecil sanggup meningkatkan kemungkinan para siswa untuk berpartisipasi dan menurunkan tingkat kecemasan mereka untuk berbicara.
"Go around the table"
Mewajibkan kepada semua siswa untuk berbicara. Menanyakan ide-ide dan reaksi mereka.
b. Uneven Participation
Hal ini sanggup muncul di setiap kelompok diskusi, yaitu dikala seorang siswa berbicara lebih banyak dibandingkan dengan siswa lainnya. Uneven participation tidak selalu menjadi hal yang buruk, lantaran setiap siswa sanggup berbeda dalam hal pengetahuan, rasa ketertarikan dan lain sebagainya sehingga hal ini sanggup mensugesti partisipasi mereka dalam diskusi.
Akan tetapi jikalau seorang siswa selalu berpartisipasi aktif dalam aneka macam topik diskusi sedangkan siswa lainnya selalu saja pasif, maka guru harus meragukan adanya faktor emosional dan sosial yang tidak rasional yang mensugesti jalannya diskusi.
Status mirip pria-wanita, tua-muda, mayoritas-minoritas sanggup mensugesti partisipasi siswa dalam berdiskusi. Anggota kelompok yang mempunyai status tinggi seringkali mengontrol jalannya diskusi, setidaknya pada dikala permulaan diskusi.
Status dari anggota kelompok tidak hanya muncul lantaran kompetensi konkret mereka tetapi juga lantaran persepsi anggota kelompok lain mengenai kompetensi mereka.
Assign roles
Dapat mengarahkan pada pengharapan yang positif mengenai kompetensi siswa yang mempunyai status yang rendah dengan cara memperlihatkan kiprah pada tiap siswa.
Introduce a referent actorReferent actor yaitu seseorang yang berasal dari luar kelompok, yang mempunyai status rendah, tetapi mempunyai kompetensi yang tinggi terhadap tugas.
Act as a high-status evaluator
Guru sanggup meningkatkan pengharapan dari kedua anggota kelompok, baik lebih banyak didominasi maupun minoritas dengan cara memuji kompetensi, penampilan, dan donasi siswa dari kelompok yang minoritas.
Create equal-status expectations for the group
Memberitahukan bahwa setiap orang harus saling mendengarkan dan juga mempunyai kesempatan yang sama untuk berbicara.
Multiple- ability tasks
Guru sanggup memperlihatkan tugas-tugas yang melibatkan aneka macam kemampuan, diantaranya kemampuan menalar, kreativitas, pemecahan masalah, dan sebagainya.
Kelebihan dan Manfaat dari Penggunaan Metode Diskusi
McCaslin dan Good (dalam Gage & Berliner, 1998) telah mengemukakan aneka macam dampak dari diskusi dan small-group method, yaitu:
- Dapat membuat kiprah sekolah ibarat kiprah dalam kehidupan nyata yang melibatkan lebih dari satu orang.
- Menyebarkan pengetahuan dari mereka yang berpengetahuan lebih kepada mereka yang mempunyai pengetahuan lebih sedikit.
- Membantu perkembangan perilaku positif melalui kerjasama.
- Membiarkan para siswa mendapatkan model dari siswa lain.
- Memberikan latihan untuk para siswa untuk berguru dari orang lain.
- Membantu para siswa dalam berinteraksi,
- Membantu siswa berbagi pemahaman mendasar, bukan hanya memperoleh balasan yang sempurna dari suatu masalah.
- Memungkinkan para siswa untuk berbagi pemahaman mengenai diri mereka sendiri dan juga orang lain.
Adapun berdasarkan Suryosubroto (1997), kelemahan-kelemahan metode diskusi yaitu :
- Suatu diskusi tak sanggup diramalkan bagaimana hasilnya lantaran tergantung kepada kepemimpinan siswa dan partisipasi anggotanya.
- Suatu diskusi memerlukan keterampilan- keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.
- Jalannya diskusi sanggup dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang menonjol.
- Tidak semua topik sanggup dijadikan pokok diskusi, hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang sanggup didiskusikan.
- Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu. Siswa dihentikan merasa dikejar-kejar waktu. Perasaan dibatasi waktu mengakibatkan kedangkalan dalam diskusi sehingga hasilnya tidak bermanfaat.
- Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalahnya.
- Dalam diskusi, siswa sering kurang berani mengemukakan pendapatnya.
- Jumlah siswa di dalam kelas yang terlalu besar akan mensugesti kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.
- Siswa-siswa dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok kecil. Kelompok kecil ini harus terdiri dari siswa yang bakir dan kurang pandai, yang bakir bicara dan kurang bakir bicara, siswa laki-laki dan siswa perempuan. Di samping itu, harus pula diperhatikan semoga siswa-siswa yang sekelompok itu benar-benar sanggup bekerja sama.
- Topik-topik atau problema yang akan dijadikan pokok-pokok diskusi sanggup diambil dari buku-buku pelajaran siswa, dari surat-surat kabar, dari insiden sehari-hari di sekitar sekolah, dan kegiatan masyarakat yang sedang menjadi sentra perhatian penduduk setempat.
- Mengusahakan adaptasi waktu dengan berat topik yang dijadikan pokok diskusi. Membagi-bagi diskusi di dalam beberapa hari atau ahad berdasarkan pembagian topik ke dalam topik-topik yang lebih kecil lagi.
- Keleluasaan berdiskusi sanggup pula dilakukan dengan menyelenggarakan suatu pekan diskusi dimana seluruh pekan itu dipergunakan untuk mendiskusikan problema-problema yang telah dipersiapkan sebelumnya.
- Menyiapkan dan melengkapi semua sumber data yang diperlukan, baik yang tersedia di sekolah maupun yang terdapat di luar sekolah.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber :
1. https://id.wikipedia.org/
2. https://blog.paperplane-tm.site/search?q=metode-diskusi-dalam-pembelajaran
0 Komentar untuk "Model Pembelajaran Metode Diskusi"