A. Klasifikasi Copepoda
Secara taksonomi, copepoda termasuk ke dalam penjabaran sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthtropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Maxillopoda
Subkelas : Copepoda
Superordo : Gymnoplea (Giesbrecht 1882)
Ordo : Calanoida (Sars 1903)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthtropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Maxillopoda
Subkelas : Copepoda
Superordo : Gymnoplea (Giesbrecht 1882)
Ordo : Calanoida (Sars 1903)
B. Morfologi Copepoda
Umumnya Copepoda mempunyai ukuran badan kurang dari 2 mm. bentuk badan Copepoda yaitu berbentuk torpedo (prosome), dengan ekor pendek di belakang (urosome) yang membulat, berbuku-buku dan bersegmen. Kepala sejati punyai 5 psg anggota badan yaitu ; antena pertama, antena kedua, mandible, maxilla, dan maxillipeds.
Kepala antena pertama (25 segmen) berfungsi sebagai alat sensor, gerak dan proses pembuahan/copulasi (jantan), antenna ini mempunyai ukuran ang sangat panjang. Antena kedua lebih pendek & hanya berfungsi sebagai alat sensor. Mandible merupakan istilah umum untuk rahang yang berfungsi dalam memproses makanan. Sedangkan maxilla dan maxillipeds berfungsi mendorong kuliner kea rah mandible.
Copepoda mempunyai 5 pasang kaki renang yang berfungsi untuk berenang dengan sangat cepat dan menyentak-nyentak Copepoda jantan umumnya lebih kecil dibandingkan Copepoda betina. copepod yang bersifat ektoparasit biasanya berukuran lebih besar, contohnya Panella sebagai ektoparasit pada ikan bahari dan ikan paus sanggup mencapai panjang 32 cm. Biasanya badan copepoda transparan dan tidak berwarna, beberapa spesies berwarna merah, ungu, biru cemerlang atau hitam. Warna hijau umumnya disebabkan warna kuliner di akses pencernaan.
C. Ekologi dan Fisiologi
Copepoda merupakan kelompok entomostraca dengan jumlah spesies terbesar, yaitu sekitar 8.405 spesies. Sebagian besar hidup bebas dan sekitar 25% nya sebagai ektoparasit. Kebanyakan copepoda terdapat di bahari yakni lebih dari 12.000 spesies dan sebagian lagi di air tawar. Karena copepoda yaitu biomassa terbesar di lautan. Beberapa menyebut mereka serangga laut. Mereka berkeliaran bebas di air, liang melalui sedimen di dasar laut, ditemukan pada flat pasang surut dan dalam parit bahari dalam dan beberapa spesies hidup dalam hamparan
lumut dan humus. Kebanyakan copepoda planktonik di luar terdapat pada lapisan permukaan hingga kedalaman 50 m, namun banyak spesies dijumpai hingga 2.000 m, bahkan beberapa spesies lebih dalam lagi. Banyak spesies copepoda melaksanakan migrasi vertikal,dan dalam hal ini dipengaruhi cahaya.
Copepoda bahari jenis Tigriopus brevicornis, sanggup hidup pada kisaran salinitas yang cukup luas yakni mulai dari 10 hingga 40 ppt, namun pada salinitas 10 ppt tidak didapatkan copepoda yang bertelur. Hasil penelitian menyatakan bahwa copepoda sanggup dikultur di air bahari dengan salinitas 25-30 ppt. Copepoda di perairan umum sanggup hidup pada salinitas antara 26,50 ppt dan 35,67 ppt. Dengan demikian, salinitas yang optimum untuk perkembangan copepoda bahari belum diketahui secara pasti. Namun Copepoda jenis Tigriopus brevicornis (merupakan jenis copepoda yang hidup di air laut), sanggup hidup pada kisaran salinitas yang luas yakni 10-40 ppt. Pada salinitas 10 ppt, proses pertumbuhan dan reproduksi copepoda tersebut terhambat dan mortalitas cukup tinggi pada tahap awal adaptasi. Proses penghambatan tersebut disebabkan adanya proses osmoregulasi copepoda terhadap salinitas baik salinitas rendah maupun tinggi. Pada salinitas 20 dan 30 ppt, memperlihatkan pertumbuhan copepoda yang cukup baik, tetapi salinitas yang paling baik untuk tumbuh dan berkembangnya yaitu 30 ppt. Adapun salinitas yang layak bagi pertumbuhan copepoda dalam acara budidaya yaitu 35 ppt, tetapi bisa mentolerir salinitas antara 15 dan 70 ppt. Masa hidup copepoda (Acartia clausa) yang memakai lumpur sebagai sedimen mencapai sekitar 100 hingga 165 hari dengan suhu 5ºC dan tanpa sedimen dengan suhu 20ºC, masa hidupnya hanya sekitar 70 hingga 75 hari.
Untuk mempertahankan diri terhadap lingkungan buruk, beberapa caponoid dan harpaticoid air tawar menghasilkan telur dengan cangkang tipis dan telur dorman dengan cangkang tebal. Selain untuk mempertahankan diri terhadap lingkungan buruk, telur dorman juga merupakan sarana penyebaran keturunan.
Copepoda yang hidup sebagai benalu lebih dari 1000 spesies. Kebanyakan sebagai ektoparasit, namun banyak juga sebagai endoparasit dalam badan polychaeta, usus leli laut, akses pencernaan tunica dan kerang, bahkan pada crustacea lain. Sebagai ektoparasit copepod terdapat pada permukaan tubuh, sirip dan insang inang, memakan cairan badan atau jaringan inang. Hanya yang betina hidup sebagai ektoparasit, sedangkan stadia muda dan yang jantan hidup bebas. Yang betina acapkali tampak dari kantung telurnya.
Copepoda planktonik umumnya bersifat filter feeder dan memakan fitoplankton. Banyak pula jenis yang menangkap organisme lebih besar disamping sebagai filter feeder, bahkan beberapa spesies merupakan predator. Beberapa genera Cyclopoida ibarat beberapa spesies Cyclops juga predator. Kebanyakan harpacticoida benthic memakan kuman dan detritus. Cadangan kuliner dalam bentuk butir-butir minyak merupakan penyebab utama warna merah cerah pada beberapa spesies Diaptomus.
Copepod hidup bernafas dengan permukaan tubuh. Kelenjar makila merupakan alat ekskresi. Tidak ada jantung ataupun pembuluh darah. Darah beredar dalam hemocoel lantaran adanya gerakan otot, apendik akses pencernaan. Hanya calanoid yang mempunyai jantung semacam kantung. Susunan syaraf terpusat, dan benang syaraf tidak melewati thorax.
Copepod yang hidup bebas berperan penting dalam rantai kuliner sebagai penghubung antara bakteri, ganggang dan protozoa disatu pihak dengan predator (termasuk ikan) di pihak lain. Copepod lebih mayoritas sebagai kuliner ikan laut, Copepoda tidak dipakai sebagai kuliner anak ikan lantaran berenangnya terlalu cepat sehingga sukar ditangkap. Copepoda juga merupakan inang mediator penyakit cacing pita ikan Dibothriocephalus latus dan cacing guinea Dracunculus medinensis.
D. Reproduksi Copepoda
Reproduksi dan perkembangan Copepoda yaitu Dioecious. Betina mempunyai sebuah atau sepasang ovary dan sepasang seminal receptacle. Copepod jantan yang hidup bebas biasanya mempunyai sebuah testes dan membentuk spermatofora. Pada waktu kopulasi, copepod jantan memegang yang betina dengan antenna pertama atau kaki renang keempat atau kelima yang berbentuk capit, dan melekatkan spermatofora pada betina pada pembuahan seminal receptacle. Sekali kopulasi sanggup dipakai untuk membuahi 7 hingga 13 kelompok telur. Telur yang telah dibuahi dierami dalam sebuah atau sepasang kantung telur. Tiap kantung telur berisi antara 5 hingga 50 butir telur. Copepod mengerami telur hingga selama 12 jam hingga 5 hari, maka kantung telur hancur dan keluarlah larva yang disebut nauplius. Kemudian copepod betina tersebut akan menghasilkan kantung gres dan kelompok telur baru. Stadia nauplius sebanyak 5 atau 6 instar, kemudian menjadi copepodidi sebanyak 5 instar, dan kesudahannya menjadi dewasa. Copepod remaja tidak mengalami pergantian kulit. Perkembangan dari telur hingga remaja memakan waktu antara satu ahad hingga satu tahun. Copepod hidup bebas berumur antara 6 bulan hingga satu tahun lebih
0 Komentar untuk "Mengenal Copepoda Si Pakan Alami Bagi Ikan"