Permasalahan Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah

Oleh: Della Anggraini*)
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang di ajarkan di sekolah tingkat SD, SMP, Sekolah Menengan Atas bahkan tingkat mahasiswa. Walaupun terlihat gampang, tetapi mata pelajaran ini dihentikan dianggap remeh. Fakta mengambarkan masih banyak permasalahan yang ada pada ketika pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung. Tidak hanya di jenjang sekolah saja permasalahan tersebut muncul, tetapi juga di lingkungan mahasiswa. Secara tidak langsung, permasalahan tersebut sudah menjadi budaya dan terkesan didiamkan saja.

Permasalahan tersebut antara lain yaitu yang pertama yaitu kurangnya semangat siswa ketika mengikuti pelajaran, semangat yaitu hal utama yang menciptakan siswa sanggup memahami pelajaran yang telah disampaikan dengan baik. Jika siswa sudah merasa malas di awal pembelajaran, maka itu akan besar lengan berkuasa pada hasil pemahaman siswa terhadap materi. Kurangnya semangat siswa tersebut sanggup muncul contohnya ketika pembelajaran Bahasa Indonesia dilakukan sesudah jam mata pelajaran olah raga atau mata pelajaran Bahasa Indonesia diadakan ketika jam terakhir atau siang hari.
 Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang di ajarkan di sekolah tin Permasalahan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah

Pada saat-saat tersebut, siswa dalam keadaan lelah sesudah berolah raga. Siswa mengalami lelah fisik yang mengakibatkan siswa mengantuk, sedangkan ketika jam-jam terakhir atau siang hari siswa mengalami lelah fisik sekaligus lelah pikiran lantaran sudah seharian melaksanakan pelajaran. Atau bahkan semangat siswa menurun jawaban tidak menyukai guru yang mengampu mata pelajaran tersebut. Entah lantaran guru tersebut membosankan atau galak sehingga menjadi bahaya bagi siswa yang melaksanakan pelanggaran.

Permasalahan yang kedua, kurangnya keterampilan siswa dalam berbicara dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal tersebut dikarenakan masih terpengaruhnya bahasa yang dipakai siswa sehari-hari, termasuk bahasa tempat masing-masing yang belum tentu semua siswa mengerti. Siswa cenderung menganggap bahwa seperti mereka hanya bercakap-cakap dengan temannya menyerupai biasa.

Ketiga, kurangnya keterampilan siswa dalam mengungkapkan ide. Siswa kurang mempunyai keberanian dalam mengungkapkan gagasannya, mereka menganggap bahwa gagasannya tidak penting sehingga tidak perlu untuk diutarakan. Padahal bila ditinjau lebih lanjut ternyata gagasan tersebut penting dan sanggup menjadi bahan ketika ujian. Ada juga masalah siswa yang mengutarakan idenya dengan cara yang salah, sehingga maksud yang ia kemukakan tidak sanggup dipahami dengan jelas. Hal tersebut bukan menciptakan siswa menjadi jelas, tetapi menjadi semakin bingung.

Selain itu, siswa kurang terampil dalam memakai Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Khususnya ketika pembelajaran Bahasa Indonesia, masih banyak siswa yang memakai bahasa tempat sehari-hari . Untuk meningkatkan keterampilan berbicara, siswa perlu diberi banyak latihan, contohnya diberi kesempatan bertanya, lebih sering disuruh maju ke depan kelas untuk membaca puisi, bermain drama dan lain-lain. Hal tersebut dimaksudkan melatih mental para siswa biar berani tampil di depan kelas. Kalau mental siswa sudah anggun tinggal membimbing dan membina kemampuan dan keterampilan siswa dalam berbicara.

Pada umumnya, keterampilan berbicara seseorang didukung oleh pengetahuan dan wawasan yang ia miliki, terkadang seseorang galau apa yang harus ia ungkapkan dan bicarakan lantaran tidak adanya pengetahuan yang ia miliki. Oleh lantaran itu, untuk meningkatkan keterampilan berbicara, siswa perlu menambah pengetahuan dan memperluas wawasan sehingga siswa sanggup berbicara dengan baik. Kegiatan pembelajaran dalam bentuk diskusi juga turut membantu melatih latihan siswa untuk mengemukakan pendapatnya, sanggahan, alasan dan argumentasi secara lisan.

Hal ini disebabkan lantaran kurangnya kosakata Bahasa Indonesia yang dimiliki anak, kebiasaan siswa memakai bahasa tempat dalam kehidupan sehari-hari masih terbawa kedalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut, siswa perlu dibiasakan untuk memakai bahasa Indonesia dengan baik dan benar ketika pembelajaran. Siswa harus lebih banyak membuka kamus Bahasa Indonesia untuk mempelajari kosakata Bahasa Indonesia biar sanggup memakai pilihan kata yang tepat. Selain itu untuk melatih kemampuan siswa dalam berbahasa Indonesia, alangkah baiknya bila siswa banyak mendengarkan berita-berita dan pidato-pidato berbahasa Indonesia sehingga indera pendengaran anak terbiasa mendengar lafal-lafal yang tepat dalam Bahasa Indonesia

Kasus yang terakhir yaitu kurangnya pemahaman siswa dalam penulisan ejaan yang masih terpengaruh dengan bahasa lisan. Hal tersebut dikarenakan siswa hanya mengingat apa yang dikatakannya sehari-hari. Padahal bahasa yang dipakai sehari-hari merupakan bahasa yang tidak baku dan tidak sesuai dengan EYD, bahkan bahasa tempat pun masih diikut sertakan dalam bahasa tulisan. Selain itu juga kurang diperkenalkannya EYD secara lebih mendalam semenjak dini. Dalam bahasa tulis, masih banyak siswa yang tidak memahami perihal ejaan, contohnya penggunaan paragraf dan lain-lain. Belum lagi masalah bahasa tulis yang masih terbawa bahasa verbal yang merupakan bahasa daerah.

Kesalahan dalam bahasa tulis menyerupai penggunaan tanda baca, abjad besar, paragraph, dan lain-lain disebabkan lantaran siswa kurang mengetahui kaidah-kaidah yang benar. Oleh lantaran itu, penggunaan bahasa tulis yang benar perlu diajarkan pada siswa semenjak dini, selagi siswa masih kecil dan ingatannya masih anggun sehingga tertanam kemampuan menulis yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan pada diri anak, dan menjadi kebiasaan yang baik hingga anak dewasa, jangan sekali-kali guru membiarkan saja siswa yang melaksanakan kesalahan dalam bahasa tulis, guru perlu mengingatkan siswa dan menyuruh siswa memperbaikinya.

Solusi yang tepat untuk permasalahan tersebut adalah, pertama gunakan metode diskusi atau acara yang menuntut siswa untuk keluar dari lingkungan kelas. Sebagai pola guru sanggup memberi kiprah kepada siswa untuk mencari artikel atau buku di perpustakaan yang bekerjasama dengan pokok bahasan. Metode tersebut sanggup mengatasi rasa kantuk siswa dan menciptakan siswa tidak mencicipi lamanya waktu pelajaran. Guru juga perlu mengadakan pendekatan dengan siswa, biar siswa merasa bahwa guru tersebut bukan merupakan bahaya baginya dan menghilangkan kesan galak yang sudah tertanam pada pemikiran siswa. Pendekatan tersebut tidak hanya dilakukan ketika pembelajaran berlangsung, akan tetapi lebih baik bila dilakukan ketika diluar jam pelajaran juga.

Solusi yang kedua yaitu dengan membiasakan siswa untuk memakai Bahasa Indonesia yang baik dan benar ketika pelajaran sedang berlangsung. Baik itu berbicara dengan guru maupun sobat sekelas. Dengan begitu siswa juga bisa mengungkapkan pendapat nya dengan baik dan benar sekaligus bertahap menghilangkan bahasa tempat yang setiap tempat mempunyai makna berbeda.

Ketiga yaitu dengan menunjuk satu per satu siswa yang dirasa cenderung pasif untuk berbicara mengungkapkan apa yang tidak mereka pahami. Mekipun pada awalnya tidak mendapat reaksi yang positif, namun guru perlu melakukannya secara terus menerus biar siswa bertahap terdorong untuk berbicara. Solusi yang terakhir yaitu dengan memperkenalkan lebih dalam lagi buku EYD. Jika perlu setiap siswa wajib untuk memilikinya biar terbiasa memakai bahasa goresan pena yang sesuai dengan EYD. Tetapi jangan hingga menciptakan siswa menjadi ketergantungan dengan EYD. Hal tersebut sanggup diatasi dengan penggunaan EYD selama beberapa minggu, lalu di minggu-minggu selanjutnya melarang penggunaan EYD.

Penulis: Della Anggraini
Mahasiswi IAIN Ponorogo

Related : Permasalahan Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah

0 Komentar untuk "Permasalahan Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close