Pangkur Sagu

Bapangkur menggunakaan Nani dan Dedagam
Apa masakan pokok orang Maluku dan Papua??? dan belum dewasa SD itu pun serentak menjawab "Sagu". Ya, memang benar, sebagian wilayah di Maluku dan Papua masih mengandalkan sagu sebagai masakan pokoknya walau ketika ini sudah sebagian tergantikan dengan beras. Namun apa itu sagu? Berasal dari tanaman apakah sagu? Bagaimana wujudnya? Apa rasa nya? Semua nya terjawab ketika saya tinggal di Maluku selama 2 tahun.

Aku bertugas sebagai dokter PTT di Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Aku mengabdi di sana pada tahun 2007-2009. Cukup menantang dalam menjalani proses pembiasaan di Maluku. Namun saat-saat PTT tersebut merupakan moment terkaya dan takkan terlupakan.

Puskesmas Batu Goyang
Longgar-Apara dan bertugas disana 1,5 tahun lamanya. Dua Puskesmas tersebut terletak di potongan selatan Aru dan digolongkan ke daftar Puskesmas terjauh dari ibukota Aru : Dobo.

Penduduk di Batugoyang masih hidup secara tradisional. Mereka mengandalkan maritim sebagai mata pencahariannya. Sesekali mereka berburu rusa atau babi hutan dan pada saat-saat tertentu mereka pergi ke hutan untuk pangkur sagu.

Pangkur sagu yaitu serangkaian proses pengolahan yang dilakukan untuk mendapat tepung sagu. Mulai dari pemilihan pohon sagu yang sudah cukup umur, menebangnya, memangkurnya dan meramas hingga menjemur untuk mendapat tepung sagu.

Belum genap seminggu saya berada di Batugoyang saya mendengar pengumuman di gereja bahwa akan diadakan kerja bakti pangkur sagu yang uangnya akan dipakai untuk kas gereja. Tak sabar saya menunggu hari itu tiba, alasannya saya sendiri ingin tau dengan pangkur sagu sekaligus ingin kumanfaatkan sebagai ajang mencari mitra dan perkenalan dengan penduduk desa tempatku bertugas.

Hari yang dinantikan kesannya tiba. Sekitar jam 7 pagi kami semua sudah bersiap menuju dusun (sebutan mereka untuk tempat rumpun sagu berada). Kami berjalan menyusuri pantai berpasir putih ditemani sekelompok burung Talang yang terbang dengan sayap yang mengembang lebar. Tak usang kemudian kami berbelok melintasi padang rumput bersemak untuk masuk ke dalam hutan.

Habitat pohon sagu (Metroxylon sago Rottb.) yaitu di rawa-rawa. Biasanya tumbuh dengan sendirinya dan berkerumun dalam kelompok. Pohon sagu menyukai lingkungan yang berair, sehingga sering dipakai oleh penduduk lokal sebagai indikator untuk mencari sumber air. Apabila masyarakat hendak menciptakan sumur, maka mereka mencari tempat dimana pohon sagu tumbuh.di sekitar kampung mereka dan menggalinya disitu.

Kami telah menerobos hutan, mengarungi sungai-sungai kecil hingga benar-benar berada di rawa tempat 4 pohon sagu yang akan kami pangkur hari itu berada. Pohon Sagu termasuk golongan tanaman palem, mempunyai pelepah yang berduri dan batang yang cukup kokoh dan tegak. Sagu yang biasa dikonsumsi masyarakat Maluku berasal dari potongan batangnya yang akan dihancurkan dan diambil pati nya. Sagu yang akan dipangkur harus telah cukup bau tanah yang ditandai dengan telah keluarnya pucuk bunga pada potongan mahkotanya.

Pekerjaan awal dimulai dengan merubuhkan pohon sagu. Kemudian dilakukan pengupasan kulit pohon potongan terluar sehingga terlihat potongan dalam dari pohon sagu yang berwarna putih dan cukup empuk layaknya pohon palem-paleman. Semua dilakukan secara gotong royong dan memakai peralatan tradisional.

Batang yang telah terkupas tersebut kemudian dipukul-pukul dengan Nani supaya hancur menjadi menyerupai serbuk kayu bernafsu (Ela). Nani yaitu kayu dengan lempeng besi berbentuk cincin di ujungnya. Ia dikaitkan dengan Dedagam sebagai tongkat pemegang. sehingga kalau disatukan keduanya tampak menyerupai kayu bersiku 90 derajat namun bertali. Ujung lempeng besi pada nani berkhasiat untuk melumatkan kayu sagu. Perlu waktu beberapa hari untuk menghancurkan keseluruhan batang sagu itu menjadi Ela.

Selagi menghancurkan batang sagu menjadi ela, beberapa orang beburu dan yang lainnya menciptakan Rungut dan menjahit Goti. Goti yaitu semacam saringan yang terbuat dari serabut anyaman pada sela-sela pohon sagu. fungsi goti sanggup digantikan oleh kain. Goti kemudian dijahit di salah satu ujung pelepah sagu, fungsinya persis menyerupai saringan. Sedang Rungut yaitu pelepah sagu yang diatur sedemikian rupa sehingga membentuk susukan mulai dari tempat memeras sagu hingga tempat menadah endapan sagu. Semua perlengkapan untuk pangkur dibentuk dengan materi yang berasal dari pohon sagu itu sendiri mulai dari pelepah, serabut antar pelepah, daun (yang akan dijadikan pembungkus tumang), bahkan duri pohon sahu mereka gunakan layaknya paku untuk menyambung pelepah membentuk rungut. 

Bila ela sudah terkumpul cukup maka dilakukan pemerasan. Ela dicampur dengan air, kemudian diremas hingga keluar pati sagunya. Biasa proses memangkur sagu dilakukan di erat air alasannya proses ini membutuhkan banyak air. Pada ketika itu mereka memakai air rawa sekitar untuk dicampur dengan ela dan diremas, sehingga rentan terhadap kontaminasi dan kotoran. Pemerasan ela dilakukan berulang hingga air perasan berwarna agak jernih. Air pati tersebut tersaring ketika melewati goti dan mengucur ke Rungut. Di rungut, air tersebut akan mengendap dan air jernih di atas endapan tersebut akan terdorong dengan air remasan ela yang baru. begitu seterusnya berulang-ulang.

Seekor Kangguru hasil buruan ketika pangkur sagu
Endapan yang terkumpul di Rungut tersebut kemudian didiamkan sejenak hingga cukup kaku dan agak mengering. Satu proses talah selesai. mereka memasukkan sagu endapan yang masih agak lembap ke ember-ember yang terbuat dari daun sagu dan dinamai Tumang. Yang dilakukan selanjutnya yaitu membiarkan air dari tumang itu menetes keluar sehingga tumang menjadi padat. Atau menghamparkan isi tumang tersebut untuk dijemur supaya diperoleh tepung sagu. Dan selesailah rangkaian pembuatan sagu.

Tumang
Sagu yang telah dihasilkan sanggup diolah menjadi beberapa jenis makanan. Umumnya mereka menciptakan papeda sebagai masakan pokok mereka. papeda dibentuk dengan melarutkan tepung sagu ke dalam air mendidih hingga terbentuk lem. Biasa papeda disajikan dengan ikan kuah asam atau masakan berkuah lainnya untuk mencegah papeda menempel pada dasar piring. Perlu gata-gata atau dua batang menyerupai sumpit untuk mengambil papeda. Dengan gerakan memutar menyerupai memintal maka lem itu sanggup diangkat dari mangkuk untuk dihidangkan ke piring yang telah berisi ikan kuah asam. Rasa nya kenyal dan sedikit masam dan segar berkat kuah ikannya. Telanlah pribadi papeda tanpa mengunyah nya, alasannya memang begitulah cara memakannya.
Papeda, Olahan Sagu yang menjadi masakan pokok Maluku dan Papua
Papeda, Ikan Kuah Asam, Colo-colo, Sayur Bunga pepaya  (Maluku banget tuh)

Makanan pokok dari sagu yang saya suka yaitu Senoli. Terbuat dari kelapa dan sagu, kemudian disangrai hingga terbentuk gumpalan-gumpalan liat yang kecil. Setelah matang senoli dihambur dengan sedikit gula pasir dan dimakan dengan ikan bakar. Senoli bertekstur kering tidak menyerupai papeda yang lengket. Rasa bagus dan gurih nya senoli ditambah bacin hangus jawaban disangrai memang sangat cocok untuk disantap bersama ikan bakar. 

Sagu juga sanggup dibentuk menjadi camilan bagus pompom yang kering. caranya dangan memasukan sagu tersebut ke pipa besi khusus kemudian dipanaskan kemudian dipotong memanjang menjadi 6 bagian. Pompom sangatlah keras, biasa disajikan ketika sarapan dengan dicelup air teh bagus atau kopi supaya ia mengembang dan melunak. Rasanya tawar. 

Sagu biasa dijual dan ditemui dalam bentuk lempeng atau dalam ukuran per tumang. Di Aru yang populer yaitu penjualan dalam wujud tumang, namun di Ambon tampaknya sebaliknya.

Namun ada mitos bahwa sekali makan papeda Aru maka akan menempel dan teringat dengan tanah Aru, Dan setidaknya terbukti ketika saya menulis artikel ini, saya antusias, rindu dan masih mengingat terperinci alasannya sebagian hatiku masih tertempel di tanah Maluku oleh lengketnya papeda. Makara silahkan dicoba menikmati masakan khas Indonesia Timur ini.

Pangkur Sagu oleh Penduduk Batu Goyang
Related article :
Longgar dan Apara -2 Desa di Tepian Indonesia-
A Journey Through Aru Islands
Beauty and the Beach : Maluku Tenggara, Pulau Ambon, Maluku UtaraAmbuyat : Bruneian's Iconic Cuisine Heritage

Related : Pangkur Sagu

0 Komentar untuk "Pangkur Sagu"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close