Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat |
Masalah perbatasan Indonesia-Malaysia kembali mengemuka. Kali ini perbatasan antara Sambas (Kalbar) dan Serawak yang menjadi sengketa. Aku ingin bercerita dari sudut pandangku bagaimana kondisi daerah -daerah perbatasan bedasar kunjunganku ke salah satu desa yang berbatasan wilayah dengan Malaysia di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat pada tahun 2010. Kunjungan tersebut dalam rangka Outreach Eye's Cases dokter-dokter seorang hebat mata dari RS Bethesda Serukam, Kalimantan Barat.
Siding desa yang terletak di Kabupaten Bengkayang, akan menjadi sasaran sasaran pelayanan kami. Tim kami membekali diri dengan peralatan investigasi mata portable, portable slit lamp, puluhan kacamata gratis dengan banyak sekali ukuran, 2 dokter seorang hebat mata, 2 dokter umum ialah saya dan dr. Susi yang bertugas sebagai dokter PTT di Siding, serta beberapa perawat dari Klinik Mata RS Bethesda.
Perjalanan menuju Siding tidaklah mudah, kami memulai perjalanan dengan naik kendaraan beroda empat menuju Bengkayang. Kami melewati daerah perbukitan dengan kondisi jalan yang naik turun meliuk dengan naungan hutan yang lebat Kalimantan. Setiba di kota Bengkayang kami membeli perbekalan sebab kami akan menginap beberapa hari di Siding. Kota Bengkayang tidaklah terlalu besar. didominasi oleh pasar yang dikelilingi bangunan kuno serta sebuah klenteng.
Perjalanan nasih berlanjut terus ke utara, sehabis kami mencapai Sanggauledo perjalanan menjadi semakin menantang. Aspal yang tadinya masih selapis tipis kali ini "punah" diganti tanah merah becek. Kadang ditempatkan batu-batu besar di tengah jalan untuk mencegah timbulnya kubangan. Total perjalanan dari Bengkayang hingga Seluas ditempuh dalam 3-4 jam.
Seluas merupakan kota kecamatan, terletak di tepian sungai dimana terdapat jembatan menuju Jagoibabang (Salah satu pintu perbatasan Indonesia-Malaysia) yang katanya sudah tidak terlalu jauh lagi. Namun kami tidak melintas melewati jembatan tersebut melainkan menyusuri sungai dengan bahtera motor menuju ke hulu sungai selama 3 jam menuju desa Siding. Sungguh mengenaskan bukan nasib daerah "etalase" negara kita.
Siding bukan satu-satunya desa yang sulit diakses. ada beberapa desa lagi yang jalan masuk nya melalui sungai tersebut. bahkan ada beberapa desa yang hanya sanggup diakses dengan bejalan kaki atau jalur udara (menggunakan pesawat perintis dan mendarat darurat)
Sepanjang perjalanan sungai menuju Siding kami disuguhi dengan hutan hujan tropis alami -One of the Heart of Borneo was here- Rimbunnya hutan, tumbuhan paku raksasa dan rumpun pakis di sepanjang alirannya yang coklat menjadi daya tarik tersendiri.
[[ Pada kunjungan lainnya ke Siding, saya melewati sungai ini malam hari. Ya! MALAM hari, kami berangkat jam 6 sore dan datang pukul 21.30. Kunang-kunang kadang muncul selintas memberi penawar rasa cemas melewati pekatnya sungai rimba dengan hanya diterangi 2 buah cahaya senter. Kadang kami harus turun sebab bahtera kandas, kami harus mendorong bahtera melawan arus hingga bahtera datang di daerah yang cukup dalam. Pada kunjungan kedua tersebut kami pergi berlima; Aku, seorang penduduk lokal dan 3 perempuan -hahaha saya harus memastikan 3 perempuan tersebut tidak lebih kuatir dari diriku malam itu melewati pekatnya sungai di rimba Borneo.]]
Unforgetable Night Cruise with Yuli, Kak Iin, Dewi & Baban |
Journey to Siding |
Terdapat beberapa perkampungan suku dayak di sepanjang pemikiran sungai tersebut. Kadang kami sesekali berpapasan dengan bahtera penduduk lokal yang ingin menuju Seluas membawa hasil bumi. dan pada perjalanan kali ini kami kurang beruntung, hujan turun seolah ingin mengambarkan bahwa kami berada di "kawasan Hutan HUJAN Tropis". saya salut dengan dr. Steve Anderson dan dr. Edy. Dua Spesialis mata dari RS Bethesda Serukam itu rela berbasah ria bahkan tersenyum menyambut hujan di bahtera kecil. I'm proud of You Docs!
Siding merupakan sebuah desa ibukota Kecamatan, di desa tersebut terdapat Puskesmas dan pos tentara perbatasan. Aroma Malaysia berasa kental disana. mulai dari mata uang ringgit, beberapa barang made in Malaysia, tabung gas Petronas. Sebagian cowok disini pun bekerja di Malaysia Timur. Malaysia sanggup diraih dengan berjalan kaki sebab letaknya hanya di balik gunung Anggas.
Ironis nya ketika saya tanya apa ibukota Indonesia ke belum dewasa yang sedang bermain; mereka hanya menggeleng. "Indonesia mereka hanya sebesar Siding, Tamong dan Seluas" (yang merupakan nama desa sekitar). Jangankan membayangkan kegemerlapan Jakarta, mendengar kata Pontianak pun mereka asing. Ironis!
Puskesmas Siding, Kab. Bengkayang |
Malam itu kami istirahat di Puskesmas Siding. Gelap, damai namun merdu sebab bunyi serangga hutan mengiringi kami terlelap.
Esoknya Puskesmas kebanjiran pasien, mereka tampak antusias. Namun lain hal nya dengan pegawai Puskesmas yang seringkali alpa berminggu-minggu menjalankan kiprah dengan alasan tempat kiprah yang sangat terpencil, komunikasi yang sulit dan urusan keluarga. Memang sanggup dipahami tapi tidak untuk dimaklumi.
Pasien disini sangat bervariasi, bahkan beberapa masalah yang sangat jarang ditemukan ada disini. mulai dari masalah kelainan refraksi, katarak hingga keganasan dan lainnya. Untungnya kami membawa stok kacamata gratis cukup banyak dan ada follow up dan screening bagi pasien katarak untuk dioperasi gratis di RS Bethesda, termasuk seorang gadis dengan kelainan kelopak mata yang akan dioperasi pula di Serukam. Namun ada rasa duka juga ketika kami harus memvonis seorang anak bahwa ia tidak akan sanggup melihat dari sisi medis. Kontan sang ibu eksklusif menangis dan kami membantunya berdoa.
Pengalaman yang berkesan. Senang melihat contoh dari sejawat yang peduli terhadap orang lain di tengah sorotan masyarakat terhadap profesi dokter yang semakin tergadai dengan komersialisme.
Pengalaman yang berkesan pula dari sudut pandang : "Melihat rumput tetangga lebih hijau" sebab ternyata memang itulah yang terjadi di tempat-tempat ibarat Siding. Aku hanya sanggup mengelus dada sambil protes, salah satunya dengan menulis artikel ibarat ini berharap sanggup terdengar oleh pak pejabat yang supaya selain bermulut anggun namun ringan tangan dalam menjalankan tugasnya.
dr, Steve and dr. Edy in action |
dr, Susi (dokter PTT Pkm. Siding), Me, dr. Steve |
Masih terbayang-bayang rasa tumis pakis malam itu |
Sungai di muka kampung Siding |
Gunung Anggas, Siding, Kalimantan Barat |
0 Komentar untuk "Outreach Eye's Cases : Siding, Kalimantan Barat"