Konsep Geografi Kontemporer

Bintarto dan Hadisumarno (1979) mengemukakan bahwa perkembangan konsep geografi dari waktu ke waktu sangat dipengaruhi oleh keragaman corak lingkungan geografi dan perbedaan tingkat perkembangan budaya, ekonomi, dan penguasaan teknologi. Kondisi tersebut perlu disikapi dengan sifat dinamik yang sesuai dengan keperluan pemecahan problem yang nyata-nyata dihadapi. Kait mengkait antara problem yang satu dengan yang lainnya dipermukaan bumi ini, mengharuskan kajian geografi dihentikan memisahkan diri dari disiplin yang lain.

Geografi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena keruangan fisik dan insan dipermukaan bumi, berupa persamaan dan perbedaannya, serta interaksi antara insan dengan lingkungan kehidupannya menurut pendekatan keruangan, ekologis, dan kompleks kewilayahan (Suharyono dan Amien, 1994; Peet, 1998). Kajian geografi sebagai ilmu keruangan terfokus pada fenomena ruang permukaan bumi yang disusun oleh geosfer. Tema keruangan meliputi lokasi, wilayah, hubungan insan dan bumi, proses, serta daerah (Christopherson, 2006). Fenomena geosfer yang membentuk geosistem meliputi litosfer, atmosfer, hidrosfer, serta biosfer yang terdiri dari pedosfer dan antroposfer menjadi objek material dalam geografi (Bintarto, 1988; Christopherson, 2006; Holloway, 2006).

Pendekatan utama dalam kajian geografi berbasis pada tiga pendekatan, yaitu keruangan, ekologis, dan kompleks kewilayahan (Hagget, 2001). Pendekatan ini merupakan objek formal untuk kajian geografi, alasannya ialah objek material geografi juga dipelajari oleh ilmu lain (Sutanto, 1994). Hagget (2001) dan Yunus (2010) lebih lanjut menjelaskan pendekatan geografi menyerupai uraian berikut. Pendekatan keruangan merupakan analisis yang menekankan pada perbedaan antara ruang dan eksistensi ruang sebagai wadah untuk mengakomodasikan kegiatan insan dalam menjelaskan fenomena geosfer. Pendekatan ekologis merupakan analisis yang menekankan pada hubungan antara insan sebagai makhluk berbudidaya beserta aktivitasnya dengan lingkungan daerah keberadaannya. Pendekatan kompleks kewilayahan merupakan analisis yang menekankan pada integrasi pendekatan keruangan dan ekologis dalam suatu ruang muka bumi yang mempunyai keterkaitan dengan ruang muka bumi lainnya.

Menurut Strahler dan Strahler (2006) geografi secara sistematis dibagi dalam dua kelompok besar yaitu geografi fisik dan geografi manusia. Geografi fisik didefinisikan sebagai studi distribusi dan saling hubungan fenomena-fenomena alami dari litosfer, atmosfer, hidrosfer, dan biosfer (Slaymaker dan Spencer, 1998). Menurut Blij dan Muller (1993), geografi fisik tidak hanya sekedar mempelajari kondisi fisik permukaan bumi, akan tetapi meliputi studi perihal tanah, lautan, atmosfer, batuan, air, vegetasi, dan binatang. Lima bidang besar geografi fisik meliputi klimatologi, geomorfologi, geografi pesisir dan kelautan, geografi tanah, dan biogeografi, sementara itu sumberdaya air dan evaluasi peristiwa merupakan bidang terapan yang penting bagi geografi fisik (Strahler dan Strahler, 2006).

Geografi insan merupakan studi perihal kegiatan insan di permukaan bumi dalam kaitannya dengan lingkungan (Gregory et al., 2009). Lebih lanjut dijelaskan bahwa cabang-cabang ilmu geografi insan antara lain geografi penduduk, geografi sosial, geografi ekonomi, geografi politik, geografi permukiman, geografi perkotaan, geografi perdesaan, geografi sumberdaya, dll. Hubungan insan dan alam meliputi deterministik atau environmentalist, probabilistik, dan possibilistik. Hubungan insan dengan lingkungan sangat terkait dengan sikap insan (human behaviour), kondisi fisik (physical condition), kondisi sosial ekonomi (socio economic condition), dan teknologi (Witherick et.al., 2001). Ilmu geografi insan sangat dinamis, terkait dengan paradigma yang dipakai, konsepsi perihal ruang, tingkatan analisis, dan pemanfaatan peta.

Uraian diatas memperjelas posisi keilmuan geografi yang berorientasi pada insan sebagai makhluk berbudidaya didalam ruang permukaan bumi yang kehidupannya berinteraksi dengan komponen biotik maupun abiotik. Interaksi antara insan dengan komponen geosfer lainnya sangatlah kompleks, sehingga kajian secara komprehensif sulit dilakukan. Oleh alasannya ialah itu kajian geografi perlu batasan tingkat kedalaman kajian yang tergantung dari skala ruang dan jumlah komponen geosfer yang dikaji.

*) Sebagian besar goresan pena ini dikutip dari Disertasi Bapak Nugroho Hari Purnomo dengan judul “Resiko Bencana Longsorlahan pada Lahan Pertanian di Wilayah Kompleks Gunungapi Strato Kuarter Arjuno Jawa Timur” Fakultas Geografi UGM 2012.

Related : Konsep Geografi Kontemporer

0 Komentar untuk "Konsep Geografi Kontemporer"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close