Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat untuk setiap orang semoga meningkatnya darajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sanggup terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasar pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata serta mempunyai manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, berusia bau tanah (lansia), dan keluarga miskin. (Renstra Kementerian Kesehatan, 2010).
Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang dikala ini sedang ulet melaksanakan pembangunan disegala bidang kesehatan. Seperti yang tertulis dalam Pemikiran Dasar Sistem Kesehatan Nasional, bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada hakekatnya yaitu penyelenggaraan upaya kesehatan oleh masyarakat untuk mencapai kemampuan untuk hidup sehat untuk setiap penduduk, semoga sanggup mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. (Depkes RI, 2008).
Hal ini selaras dengan tujuan pembangunan millennium atau Millennium Development Goals (MDGs) nomor 4 (empat), yaitu menurunkan angka janjkematian ibu dan anak hingga dua-pertiganya pada tahun 2020. Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, perkembangan dan peningkatan kualitas hidup anak yaitu upaya penting untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan peningkatan kuaalitas anak berperan penting semenjak masa dini kehidupan, yaitu masa dalam kandungan, bayi dan anak balita. (Renstra Kementerian Kesehatan, 2010).
Kelangsungan hidup anak itu sendiri sanggup diartikan bahwa anak, hakikat pembangunan nasional yaitu membuat insan Indonesia seutuhnya serta pembangunan seluruh masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasar pancasila dan undang-undang dasar 1945. Salah satu indikator untuk memilih derajat kesehatan suatu bangsa ditandai dengan tinggi rendahnya angka janjkematian ibu dan bayi. Hal ini yaitu suatu fenomena yang mempunyai dampak besar pada keberhasilan pembangunan kesehatan. Berdasarkan laporan Analisis Uji Coba di Indonesia pada tahun 2005-2006 yang disusun oleh WHO (World Health Organization) yang bekerja sama dengan Deperteman Kesehatan Republik Indonesia, tetanus masih merupakam penyebab utama janjkematian dan kesakitan maternal dan neonatal. Kematian akhir tetanus di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan Negara maju.
Di Indonesia 9,8% (18.032) dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi janjkematian alasannya yaitu cakupan imunisasi Tetanus Toksoid yang rendah. (Depkes RI-WHO, 2010). Imunisasi dilakukan dengan maksud untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas yang yaitu salah satu kegiatan dari Puskesmas. Bila ibu hamil tidak mendapat imunisasi Tetanus Toksoid (TT) sanggup mengakibatkan bayi rentan pada penyakit Tetanus Neonatorium. Pada dikala ibu memeriksakan kehamilan, ibu hamil diberikan suntikan imunisasi Tetanus Toksoid. Pemberian vaksin tetanus toksoid melalui suntikan dibutuhkan untuk melindungi ibu dan bayi pada Tetanus Neonatorium. Sosialisasi imunisasi TT perlu dilakukan mengingat masih tidak sedikit ibu hamil yang belum mengetahui manfaat imunisasi TT untuk ibu itu sendiri dan bayi yang dikandungnya dan berapa kali proteksi imunisasi TT serta jarak antara proteksi imunisasi TT1 dan TT2.
Berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan tahun 2020, cakupan imunisasi TT di Indonesia masih tergolong cukup rendah, ini sanggup dilihat dengan jumlah ibu hamil sebanyak 5.290.235 yang melaksanakan TT1 sebanyak 1.239.173 (23,4%) dan untuk TT2 sebanyak 1.155.907 (21,8%). (Kemenkes RI, 2020). Provinsi Sumatera Utara berdasar hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk mencapai 12.985.075 jiwa, dengan jumlah penduduk wanita 6.506.024 jiwa. Cakupan imunisasi Tetanus Toksoid tahun 2013 dengan jumlah ibu hamil sebanyak 331.834, pencapaian imunisasi TT1 131.034 (39,6%) dan TT2 112.027 (33,8%). Pada tahun 2020 dengan jumlah ibu hamil sebanyak 338.258 untuk TT1 38.689 (11.4%) dan TT2 35.548 (10,5%). (Dinkes Propsu, 2020).
Kesadaran masyarakat khususnya ibu-ibu hamil untuk melaksanakan Imunisasi Tetanus Toksoid masih sangat rendah, hal ini sanggup dilihat dengan rendahnya cakupan imunisasi Tetanus Toksoid. Kabupaten Mandailing Natal tahun 2013 dengan jumlah ibu hamil sebanyak 12.500 orang dengan cakupan imunisasi TT1 538 (4,3%) dan TT2 1.522 (12,2%) dan pada tahun 2020 dengan jumlah ibu hamil sebesar 16.407 dengan cakupan imunisasi TT1 318 (1,9%) dan TT2 274 (1,7%).
Untuk wilayah kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi dengan jumlah penduduk 19.018 jiwa dengan wilayah kerja 9 Desa,Pada Tahun 2013 dengan jumlah ibu hamil sebanyak 226 yang melaksanakan imunisasi TT1 sebanyak 42 (18,6%), yang melaksanakan TT2 sebanyak 31 (13,7%) dan pada tahun 2020 dengan jumlah ibu hamil sebanyak 210 yang melaksanakan imunisasi TT1 sebanyak 34 (16,2%),dan yang melaksanakan TT2 sebanyak 25 (11,9%). Keberhasilan kegiatan imunisasi masih terdapat hambatan yang berpotensi menurunkan pencapaian imunisasi yang sanggup mengakibatkan dalam peningkatan kasus/kejadian Luar Biasa (KLB) hingga wabah yang disebabkan oleh Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).Terdapat masalah Tetanus Neonatorum (TN) dibeberapa wilayah Indonesia, pada tahun 2013 terdapat 119 masalah tetanus neonatorum, sebanyak 83 masalah tetanus neonatorum dengan status imunisasinya tidak di imunisasi TT. Untuk tahun 2020 masalah Tetanus Neonatorum sebanyak 84 kasus, terdapat 54 masalah dengan status tidak di imunisasi. Untuk Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2013 terdapat 3 masalah Tetanus Neonatorum dan pada tahun 2020 Provinsi Sumatera Utara terdapat 1 kasus. (Kemenkes RI, 2020).
Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2013 khususnya wilayah kerja Puskesmas Maga terdapat 1 masalah dengan status imunisasi tidak diiimunisasi, sedangkan pada tahun 2020 Kabupaten Mandailing Natal masih ditemukan 1 masalah terdapat diluar wilayah kerja Puskesmas Maga.
Upaya ekselerasi eliminasi Tetanus Neonatorum ditargetkan sanggup menurunkan insiden Tetanus Neonatorum hingga kurang 1 per 1000 kelahiran hidup pertahun. Namun hingga kini insiden Tetanus Neonatorum masih dijumpai dan tidak sanggup teratasi. Walaupun kegiatan imunisasi TT sudah dilaksanakan, tetapi jangkauan imunisasi TT untuk ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas Maga masih jauh dari harapan, disebabkan masih kurangya informasi mengenai manfaat dan pelaksanaan kegiatan imunisasi TT.
Faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan imunisasi TT diwilayah kerja Puskesmas Maga yaitu kurangnya kegiatan promosi kesehatan di Puskesmas Maga serta rendahnya pengetahuan masyarakat pada imunisasi TT meskipun imunisasi itu sanggup diperoleh secara gratis ditempat pelayanan kesehatan pemerintah. Dari uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik melaksanakan penelitian mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)”.
0 Komentar untuk "Contoh Makalah Ihwal Imunisasi Di Indonesia"