- Semua Guru pastinya menginginkan siswa siswi didkannya menjadi Pintar. Banyak cara yang dilakukan untuk itu dimulai dari Metode Pembelajaran, Model Pembelajaran, Pengelolaan kelas yang baik hingga dengan adanya bimbingan berguru dan les di sekolah tentu dengan menyita waktu yang cukup banyak.
Namun sebelumnya harus diketahui bahwa kemampuan siswa (anak) tidak semuanya sama, maka dari itu kami akan mencoba membahas secara detail dan lengkap dalam artikel 3 Kriteria Siswa Pintar dan Rahasianya.
1. Kriteria psikoafektif, merupakan perilaku-perilaku yang memenuhi unsur-unsur sopan santun atau nilai-nilai yang ditunjukkan oleh siswa, di antaranya:
a. Siswa mempunyai respons terhadap setiap bahan pelajaran. Indikatornya:
2. Kriteria psikomotorik, merupakan acara siswa yang ditunjukkan melalui keterampilan yang memenuhi unsur estetika dari sebuah karya, di antaranya:
a. Kemampuan memberikan pendapat/ide dan gagasan yang ditunjukkan melalui argumentasi. Indikatornya:
a. Kemampuan menuntaskan problem dengan baik dan menjawab soal dengan benar. Indikatornya:
Banyak kejadian yang kita dengar, bahwa siswa-siswa ini yaitu siswa bodoh. Namun ketika kita bertanya, menyerupai apakah jenis kebodohan siswa-siswa itu? Jawabannya adalah, mereka mempunyai nilai sangat rendah pada pelajaran tertentu. Saat siswa-siswa lain, mempunyai nilai tertinggi pada pelajaran tertentu, namun dengan kelemahan sikap sosial dan emosional, mereka tetap dianggap anak yang pintar. Sepertinya: paradigma sesat ini telah menjadi kebudayaan sekolah/guru dan orangtua di Indonesia.
Berikut sebuah kisah mengenai kapan yang pandai menjadi ndeso yang diceritakan Goleman dalam Emotional Question.
“Jason H: siswa kelas dua yang nilainya selalu A di SMU Coral Spring, Florida, bercita-cita masuk Fakultas Kedokteran. Bukan sekadar Fakultas Kedokteran—ia memimpikan Harvard. Tetapi, Pologruto, guru isikanya, memberi Jason nilai 80 pada sebuah tes. Karena yakin bahwa nilai itu yang hanya B—akan menghalangi cita-citanya, Jason membawa sebilah pisau dapur ke sekolah dan, dalam suatu pertengkaran dengan Pologruto di laboratorium isika, ia menusuk gurunya di tulang selangka sebelum sanggup ditangkap dengan susah payah.
Hakim tetapkan bahwa Jason tidak bersalah, alasannya pada ketika itu ia dianggap absurd untuk sementara selama insiden tersebut— Sebuah panel terdiri atas empat psikolog dan psikiater bersumpah bahwa ia absurd selama perkelahian itu. Jason menyampaikan bahwa, ia telah berencana untuk bunuh diri alasannya nilai tersebut, dan pergi menemui Pologruto untuk menyampaikan kepadanya bahwa ia akan bunuh diri alasannya nilai yang jelek itu. Pologruto memberikan kisah yang berbeda: “Saya rasa ia betul-betul mencoba membunuh saya dengan pisau itu,” alasannya ia sangat murka atas nilai tersebut.
Setelah pindah ke sekolah swasta, Jason lulus dua tahun kemudian sebagai juara kelas. Nilai tepat dari kelas reguler akan memberinya angka A bulat, rata-rata 4,0, tetapi alasannya Jason telah mengikuti cukup banyak kursus lanjutan maka nilai rata-ratanya menjadi 4,614—jauh di atas A+. Meskipun Jason lulus dengan nilai terbaik, guru isikanya yang lama, David Pologruto, mengeluh bahwa Jason tak pernah minta maaf atau mau bertanggung jawab atas serangan tersebut.”
Daniel Goleman, mengidentiikasikan mengenai “kapan yang pandai menjadi bodoh” yaitu ketika kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga biar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa; dan administrasi sabar ketika tercipta kondisi emosional. Jelas bahwa, sikap ndeso tidak ditunjukkan oleh perolehan angka dari hasil ulangan, tetapi dari ketidakmampuan mengolah sikap emosional.
Itulah kiranya menyebarkan Informasi mengenai "3 Kriteria Siswa Pintar dan Rahasianya" semoga bisa menjadi Bahan bacaan yang bermanfaat untuk lebih baik lagi dalam melayani akseptor didik di sekolah. Sekian dan Terima Kasih.
Namun sebelumnya harus diketahui bahwa kemampuan siswa (anak) tidak semuanya sama, maka dari itu kami akan mencoba membahas secara detail dan lengkap dalam artikel 3 Kriteria Siswa Pintar dan Rahasianya.
3 Kriteria Siswa Pintar
Secara sederhana, fungsi sekolah dan kiprah guru yaitu membentuk siswa berakal dengan indikator 3 kriteria. Seperti apa klasiikasi 3 kriteria itu? Berikut indikatornya:a. Siswa mempunyai respons terhadap setiap bahan pelajaran. Indikatornya:
- Respons siswa terhadap bahan pelajaran yang ditunjukkan melalui perhatian ketika guru menerangkan.
- Respons siswa terhadap umpan balik dalam menjawab pertanyaan guru.
- Respons siswa terhadap pengumpulan kiprah sesuai jadwal yang diberikan guru.
- Respons siswa terhadap suasana kelas, khususnya dalam suasana berguru mengajar.
- Siswa menghargai dan menghormati guru, melalui ucapan salam dan salim.
- Siswa berperangai baik (soleh dan solehah), yang ditunjukkan melalui ketaatan terhadap hukum sekolah.
- Siswa menunjukkan sikap akrab kepada semua teman.
- Siswa menunjukkan sikap menghormati ke sesama teman.
- Siswa berempati terhadap sobat ditunjukkan melalui acara tolong-menolong.
- Lingkungan sekolah yang bersih.
- Siswa membuang sampah pada tempatnya.
- Siswa menjaga kebersihan lingkungan sekolah yang ditunjukkan lewat piket kebersihan yang terjadwal.
- Berperilaku disiplin.
- Berperilaku sopan dan santun terhadap guru.
- Berperilaku taat terhadap hukum sekolah (taat aturan).
2. Kriteria psikomotorik, merupakan acara siswa yang ditunjukkan melalui keterampilan yang memenuhi unsur estetika dari sebuah karya, di antaranya:
a. Kemampuan memberikan pendapat/ide dan gagasan yang ditunjukkan melalui argumentasi. Indikatornya:
- Siswa terampil dalam berargumentasi secara lisan.
- Siswa terampil menuangkan ide/gagasan serta pendapat melalui bahasa goresan pena yang ditunjukkan melalui karya ilmiah, opini, artikel atau melalui surat pembaca.
- Siswa terampil melaksanakan acara percobaan/eksperimen laboratorium.
- Siswa terampil dalam hal seni, seperti: memainkan alat musik, bernyanyi.
- Menghasilkan karya-karya seni, seperti: lukisan dan karya olah tangan lainnya.
- Siswa terampil dalam bidang olahraga.
- Siswa terampil dalam memainkan alat-alat olahraga.
a. Kemampuan menuntaskan problem dengan baik dan menjawab soal dengan benar. Indikatornya:
- Nilai mata pelajaran memenuhi ketuntasan.
Rahasia Siswa Pintar
Ketika tampil pada program Kick Andy, Yohanes Surya membuktikkan bahwa tidak ada anak yang bodoh, yang ada yaitu mereka belum menemukan guru terbaik dan metode yang tepat. Alhasil, keempat siswa yang dianggap paling ndeso dari Papua menjuarai Olimpiade matematika-sains tingkat Asia, sesudah mereka berguru sesuai cara otak insan belajar.Banyak kejadian yang kita dengar, bahwa siswa-siswa ini yaitu siswa bodoh. Namun ketika kita bertanya, menyerupai apakah jenis kebodohan siswa-siswa itu? Jawabannya adalah, mereka mempunyai nilai sangat rendah pada pelajaran tertentu. Saat siswa-siswa lain, mempunyai nilai tertinggi pada pelajaran tertentu, namun dengan kelemahan sikap sosial dan emosional, mereka tetap dianggap anak yang pintar. Sepertinya: paradigma sesat ini telah menjadi kebudayaan sekolah/guru dan orangtua di Indonesia.
Berikut sebuah kisah mengenai kapan yang pandai menjadi ndeso yang diceritakan Goleman dalam Emotional Question.
“Jason H: siswa kelas dua yang nilainya selalu A di SMU Coral Spring, Florida, bercita-cita masuk Fakultas Kedokteran. Bukan sekadar Fakultas Kedokteran—ia memimpikan Harvard. Tetapi, Pologruto, guru isikanya, memberi Jason nilai 80 pada sebuah tes. Karena yakin bahwa nilai itu yang hanya B—akan menghalangi cita-citanya, Jason membawa sebilah pisau dapur ke sekolah dan, dalam suatu pertengkaran dengan Pologruto di laboratorium isika, ia menusuk gurunya di tulang selangka sebelum sanggup ditangkap dengan susah payah.
Hakim tetapkan bahwa Jason tidak bersalah, alasannya pada ketika itu ia dianggap absurd untuk sementara selama insiden tersebut— Sebuah panel terdiri atas empat psikolog dan psikiater bersumpah bahwa ia absurd selama perkelahian itu. Jason menyampaikan bahwa, ia telah berencana untuk bunuh diri alasannya nilai tersebut, dan pergi menemui Pologruto untuk menyampaikan kepadanya bahwa ia akan bunuh diri alasannya nilai yang jelek itu. Pologruto memberikan kisah yang berbeda: “Saya rasa ia betul-betul mencoba membunuh saya dengan pisau itu,” alasannya ia sangat murka atas nilai tersebut.
Setelah pindah ke sekolah swasta, Jason lulus dua tahun kemudian sebagai juara kelas. Nilai tepat dari kelas reguler akan memberinya angka A bulat, rata-rata 4,0, tetapi alasannya Jason telah mengikuti cukup banyak kursus lanjutan maka nilai rata-ratanya menjadi 4,614—jauh di atas A+. Meskipun Jason lulus dengan nilai terbaik, guru isikanya yang lama, David Pologruto, mengeluh bahwa Jason tak pernah minta maaf atau mau bertanggung jawab atas serangan tersebut.”
Daniel Goleman, mengidentiikasikan mengenai “kapan yang pandai menjadi bodoh” yaitu ketika kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga biar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa; dan administrasi sabar ketika tercipta kondisi emosional. Jelas bahwa, sikap ndeso tidak ditunjukkan oleh perolehan angka dari hasil ulangan, tetapi dari ketidakmampuan mengolah sikap emosional.
Itulah kiranya menyebarkan Informasi mengenai "3 Kriteria Siswa Pintar dan Rahasianya" semoga bisa menjadi Bahan bacaan yang bermanfaat untuk lebih baik lagi dalam melayani akseptor didik di sekolah. Sekian dan Terima Kasih.
0 Komentar untuk "3 Kriteria Siswa Terpelajar Dan Rahasianya"