BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan yang sering dihadapi oleh para guru di sekolah ialah masih rendahnya hasil berguru siswa. Masalah ini menjadi duduk kasus klasik yang secara terus menerus dihadapi oleh guru – guru di sekolah. Sekalipun banyak pakar yang memperlihatkan sejumlah solusi atas permasalahan tersebut, namun dalam tataran teknis sepertinya duduk kasus ini belum juga teratasi.
Banyak faktor yang menghipnotis hasil berguru siswa. Jika siswa dinyatakan sebagai raw input, pembelajaran sebagai proses, dan hasil belajar sebagai output, maka input dan proses harusnya ialah faktor – faktor itu. Dalam diri siswa terdapat minat, bakat, kemampuan, motivasi dan lain sebagainya. Lingkungan disekitar siswa menyerupai orang tua, kemudahan dirumah, teman bermain, masyarakat sekitar juga ikut kuat terhadap hasil berguru siswa. Begitu pun dengan proses pembelajaran, terdapat banyak faktor yang menghipnotis seperti kompetensi guru, fasilitas sekolah, kepala sekolah, dan lain sebagainya termasuk media pembelajaran yang rancang dan dipakai oleh guru selama pembelajaran.
Media pembelajaran ialah segala sesuatu yang sanggup dipakai untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga sanggup mendorong proses belajar. Penggunaan media dalam pembelajaran ialah dalam meningkatkan pengalaman berguru semoga menjadi lebih positif (Zainal Aqib, 2010:58). Pengalaman berguru yang lebih positif diperlukan bisa mendorong efektivitas berguru sehingga berdampak pada hasil belajar. Sederhananya, penggunaan media diperlukan bisa meningkatkan hasil berguru siswa.
Sebagai alat bantu dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran, maka penggunaan media pembelajaran harus diubahsuaikan dengan kondisi pembelajaran yang telah dirancang guru, alasannya ialah tidak semua pembelajaran membutuhkan media yang sama.
Media dalam pembelajaran merupakan alat bantu, bukan tujuan pembelajaran itu sendiri. Karena kiprahnya sebagai alat bantu maka media pembelajaran harus diubahsuaikan dengan jenis materi asuh yang disampaikan, situasi dan kondisi yang ada, serta kemampuan pengguna media itu sendiri. Tidak semua media sempurna dipakai untuk seluruh materi yang diajarkan. Guru harus bisa menentukan media yang sempurna untuk pembelajaran yang ia gunakan.
Edgar Dale (dalam Zainal Aqib, 2010 : 59) memandang nilai media dalam pembelajaran berdasarkan nilai pengalaman. Menurutnya, terdapat dua belas tingkat pengalaman dengan yang paling tinggi nilainya ialah pengalaman yang paling positif yaitu melalui kontak eksklusif dengan lingkungan, objek, binatang, insan dan sebagainya melalui perbuatan langsung. Tingkatan kedua ialah pengalaman yang diperoleh dari kontek melalui model, benda tiruan, atau simulasi. Dan menurutnya, tingkatan yang paling rendah ialah pembelajaran lisan yang hanya melalui penuturan kata – kata. Di sinilah pentingnya media dalam proses pembelajaran, yaitu menimbulkan pengalaman berguru siswa menjadi lebih positif dan bermakna.
Dalam praktiknya, media pembelajaran banyak sekali ragamnya, mulai insan itu sendiri, materi cetak, audio visual, visual, elektronik, dan juga aneka macam bentuk dari teknologi informasi menyerupai internet, handphone, tv dan sebagainya.
Syarif Hidayat (2012 : 164) mengidentifikasikan media pembelajaran ke dalam tiga unsur pokok yaitu, suara, gambar dan gerak. Berdasarkan identifikasi tersebut, maka media diklasifikasikan menjadi media audio visual gerak, media audio visual diam, media audio semi gerak, media visual gerak, media visual diam, media visual semi, media audio, dan media cetak.
Oemar Hamalik (dalam Syarif Hidayat, 2012 : 165) mengklasifikasikan media menjadi empat belahan yaitu alat visual, alat auditif, alat yang bisa didengar dan dilihat, serta dramatisasi.
Berkaitan dengan pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Cikeusal, duduk kasus rendahnya hasil berguru juga menjadi duduk kasus pokok yang harus segera diatasi. Maka dalam kaitan tersebut, penulis berkeyakinan bahwa penggunaan media sanggup meningkatkan hasil berguru siswa. Untuk menguji efektivitas media dalam meningkatkan hasil berguru tersebut, dilaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan memakai media visual pada materi Perang Dunia II. Karena PT ini mengungkap efektivitas penggunaan media visual, maka laporan PTK ini diberi judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Media Visual Pada Materi Perang Dunia II Mata Pelajaran IPS Kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Cikeusal”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan duduk kasus penelitian ini ialah : “Apakah penggunaan media visual dalam materi Perang Dunia II sanggup meningkatkan hasil berguru IPS pada siswa kelas IX SMPN 1 Cikeusal?”
C. Tindakan Yang Dipilih
Dalam upaya meningkatkan hasil berguru siswa, peneliti berkeyakinan bahwa penggunaan media visual pada materi Perang Dunia II sanggup meningkatkan hasil berguru IPS pada siswa kelas IX SMPN 1 Cikeusal.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Berdasarkan rumusan duduk kasus di atas, maka tujuan umum penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah penggunaan media visual pada materi Perang Dunia II sanggup meningkatkan hasil berguru IPS pada siswa kelas IX SMPN 1 Cikeusal
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui :
a. jenis media visual yang sempurna dipakai dalam meningkatkan hasil berguru IPS pada siswa kelas
IX SMPN 1 Cikeusal
b. apakah terdapat perubahan signifikan antara skor hasil berguru IPS antara sebelum penggunaan
media visual dengan setelah memakai media visual
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini ialah :
1. Menambah acuan dalam pengembangan pembelajaran yang bisa dilakukan guru IPS
2. Bahan kajian untuk melaksanakan penelitian selanjutnya
3. Bagi siswa hasil penelitian ini sanggup dipakai untuk membantu meningkatkan hasil belajar
Semoga bermanfaat ....
0 Komentar untuk "Laporan Ptk : Upaya Meningkatkan Hasil Mencar Ilmu Siswa Melalui Penggunaan Media Visual Pada Bahan Perang Dunia Ii Mata Pelajaran Ips Kelas Ix Smpn 1 Cikeusal"