Dilaporkan Sebab Mendidik! Sebuah Ironi (Edisi Curhat)

Beberapa waktu yang kemudian saya disuguhkan aneka macam dongeng perihal guru yang dilaporkan oleh siswanya sendiri. Misal kasus Bapak Samhudi di Sidoarjo yang dilaporkan mencubit siswa. Berita tersebut menjadi sangat viral di sosial media. Dan masih banyak lagi kasus lain siswa melaporkan guru. Saya sangat prihatin dengan kondisi ini.
Saya sangat setuju, ketika ada yang beropini bahwa mendidik tidak perlu dengan kekerasan. Banyak teknik mendidik yang sanggup diambil seorang guru dalam mengatasi siswa "bermasalah" di sekolah. Namun demikian, guru juga insan biasa, yang kadang hilap dan lepas kontrol. Kesabaran seorang guru memang di uji di sini. Dan saya sangat yakin seyakin - yakinnya, bahwa marahnya guru (sejatinya) niscaya bertujuan baik, mendidik siswanya semoga menjadi masyarakat yang baik. Tidak ada niatan untuk melaksanakan penganiayaan atau sejenisnya.

Jika belakangan saya hanya sanggup menyaksikan dilayar beling atau membaca di dunia maya, kini saya sanggup menyaksikan sendiri seorang guru dilaporkan siswanya. Hari kamis, 15/12/2020, rekan kerja saya, dua orang guru sekaligus, resmi dilaporkan ke kantor polsek terdekat alasannya yakni dianggap melaksanakan penganiayaan terhadap siswa kelas 9 yang berjulukan Denox (nama samaran).

Bermula dari pertandingan classmeeting cabang futsal, Denox dengan lawan mainnya terjadi percekcokan. Awalnya, bola futsal dianggap keluar dari lapangan pertandingan. Kemudian Denox merasa bola belum keluar dan melaksanakan protes. Entah alasannya yakni terprovokasi atau apa, Denox melaksanakan sikutan terhadap lawan main yang berjulukan Fajjin (nama samaran). Fajjin tidak menanggapi, ia cuma menyampaikan "selow dong Den!" . Mendengar kalimat tersebut, emosi Denox semakin memuncak dan mengejar Fajjin. Fajjin dipukul pada dada bawah sebelah kiri. Fajjin sendiri tidak melaksanakan perlawanan. Teman - teman yang lain mencoba memisahkan mereka semoga tidak berlanjut. Pertandingan pun dilanjutkan. Tapi ternyata sepertinya Denox masih belum puas dan kembali mengejar Fajjin dan kembali melaksanakan pemukulan. Lagi - lagi Fajjin tidak melawan. Mereka dipisahkan rekannya yang lain. Tapi sepertinya emosi Denox belum juga reda. Sehingga hasilnya dua orang guru yang mengamati dari jauh ikut turun tangan mendamaikan mereka.

Pak AD pun menghampiri Denox dan membawa Denox dengan di rangkul alasannya yakni Denox terus meronta - ronta alasannya yakni ingin melanjutkan kemarahannya. Karena terus meronta, Pak AD pun sedikit menepak kepala Denox semoga diam. Tujuan Pak AD yakni semoga Denox dan Fajjin berbicara baik - baik di ruang guru semoga tidak berlanjut diluar sekolah.

Denox di bawa ke depan ruang guru yang kebetulan di sana ada Pak SD. Oleh SD dengan triknya sebagai guru menawarkan shock therapy dengan kalimat bentakan. Maksudnya yakni semoga Denox tenang dan jangan "ngamuk". Sampai Pak SD pun merangkul Denox semoga ia sanggup mengendalikan diri. Denox lepas dari rangkulan, ia berlari ke pintu gerbang sambil mengancam akan membawa orang tuanya ke sekolah. 

Karena takut berlanjut terjadi perkelahian diluar sekolah antara Denox dan Fajjin, Pak SD dan Pak AD pergi ke rumah Denox untuk memberikan permasalahan yang ada. Ternyata Denox sendiri belum hingga ke rumah. Seteleh beberapa usang berbincang dengan keluarga, Denox tiba dan menangis mahir seolah sangat teraniaya sehingga kakaknya yang berjulukan Saprol (nama samaran) murka besar dan mengajak kedua guru tersebut untuk berduel. Untung masih banyak yang menghalang- halangi. Akhirnya pihak keluarga yang lain meminta Pak AD dan Pak SD untuk pulang dan mereka akan membereskan permasalahnya di rumah.

Setelah kembali ke sekolah, setengah jam kemudian ternyata Saprol melaporkan Pak AD dan Pak SD ke kantor Polsek. Tuduhannya yakni Pak AD dan Pak SD melaksanakan penganiayaan. Yaitu pemukulan, mencekik, menendang, dan melaksanakan pengancaman. Sampai goresan pena ini dibuat, Pak AD dan Pak SD menjadi terlapor dan belum dilakukan pemanggilan atas keduanya.

Melihat secara pribadi insiden ini, saya sangat sedih. Sedih alasannya yakni permasalahan yang seharusnya sanggup dimusyawarahkan atau dibicarakan baik - baik kalau seandainya ada rasa ketidakterimaan atas perlakukan guru tapi ini pribadi dibawa ke ranah hukum. Padahal ini kejadiannya di sekolah dan masih banyak pihak berwenang di sekolah yang sanggup menjadi penengah. Kadang saya berpikir, apa motif dibalik melaporkan guru menyerupai ini.

Melalui goresan pena ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa kalau untuk mendidik dengan memisahkan siswa berkelahi dengan cara - cara tertentu yang saya yakin bukan kriminal, kemudian guru harus menjadi terlapor, rasa - rasanya guru akan takut untuk mendidik siswa dengan sepenuh hati. Salah - salah ia menjadi salah dan menjadi terlapor. Jujur, dengan insiden ini saya menjadi merasa tidak nyaman mengajar atau mendidik siswa saya. 

Apakah seharusnya siswa berkelahi, siswa melaksanakan kriminal atau tindak kejahatan lain di sekolah kita biarkan saja. Yah, mungkin harusnya menyerupai itu. Faktanya mereka bukan anak kandung. Mau mereka sukses atau tidak, apalah untungnya buat guru. Mau mereka badung atau tidak, apalah ruginya buat guru. Mungkin seharusnya kita biarkan saja semua siswa bermasalah di sekolah. Guru cukup melaksanakan kiprah yang dibebankan negara menyerupai mempersiapkan pembelajaran, melaksanakan, mengevaluasi dan melaksanakan tindak lanjut. Selebihnya abaikan saja kalau ujungnya harus dibui. Apa menyerupai ini harusnya pendidikan kita?

Rasa - rasanya, idealisme saya sebagai guru tidak baiklah dengan pendapat di atas. Sebagai guru, jiwa saya terpanggil untuk mendidik siswa, bukan hanya mengajar siswa. Tapi bagaimana dengan rekan yang lain? Seandainya banyak yang mempunyai pemikiran menyerupai di atas, bagaimana nasib Indonesia ke depan. Jika guru sudah mulai masa kolot dengan hanya melaksanakan kiprah seadanya, tak terbayangkan Bangsa Indonesia ke depan menyerupai apa. Ataukah adanya aneka macam kasus menyerupai ini yakni skenario abnormal yang sengaja ingin menghancurkan Indonesia di masa depan?. Allahualam.

Saya berharap, pemerintah sanggup menawarkan rasa nyaman kepada guru dalam mendidik. Lindungi kami sebagai pendidik. Sekalipun terdapat undang - undang guru dan dosen serta peraturan lain yang mengatur perihal dukungan guru, tapi dalam tataran teknis, kami merasa khawatir dan cemas. Kami tidak merasa nyaman. Apalagi banyak kasus yang dimunculkan menyerupai ini. Lalu, siapa lagi yang akan jadi korban berikutnya?







Related : Dilaporkan Sebab Mendidik! Sebuah Ironi (Edisi Curhat)

0 Komentar untuk "Dilaporkan Sebab Mendidik! Sebuah Ironi (Edisi Curhat)"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)