Secara kaidah
Kata tapi termasuk dalam kata sambung yang digunakan untuk menunjukkan kontradiksi atau perlawanan atau hal kebalikan dari suatu kata. Ada kesan positif dan negatif dari pemakaian kata tapi ini. Namun sebelum membahas wacana kesan tersebut ada baiknya kita bahas dulu wacana penggunaan kata ini sesuai kaidahnya penulisannya.
Kata sambung namun, tetapi, dan tapi . Ketiga konjungsi ini kerap saling dipertukarkan dalam penggunaannya. Sebenarnya, ada perbedaan arti dan penggunaan ketiga kata ini.
Kata Namun yaitu konjungsi antarkalimat untuk menyambungkan dengan kalimat sebelumnya. Ia diletakkan di awal kalimat dan diikuti oleh koma. Dalam bahasa Inggris, konjungsi yang setara dengan namun yaitu however. Ungkapan akan tetapi sanggup digunakan sebagai sinonim namun.
Kata Tetapi yaitu konjungsi intrakalimat untuk menyambungkan dua unsur setara di dalam suatu kalimat. Ia diletakkan di tengah kalimat dan didahului oleh koma. Dalam bahasa Inggris, konjungsi yang setara dengan tetapi yaitu but.
Kata Tapi yaitu bentuk tidak baku dari tetapi. Konjungsi ini sebaiknya dihindari pemakaiannya dalam ragam formal.
Contoh penggunaan yang tepat:
• Anak itu bergotong-royong pandai. Namun, ia malas.
• Anak itu bergotong-royong pandai, tetapi malas.
Contoh penggunaan yang kurang tepat:
• Anak itu bergotong-royong pandai. Tetapi, ia malas.
• Anak itu bergotong-royong pandai, namun malas.
Secara sederhana, pola penulisan ketiga kata ini sanggup dituliskan menyerupai ini:
• Namun, ....
• ..., tetapi/tapi ....
Tetapi berasal dari kata Sanskerta 'tathapi'. Tapi saya duga sekadar pemendekan oleh pengguna. Asal kata namun belum saya temukan, mungkin memang orisinil bahasa indonesia?
Kesan positif dan negatifnya
Beberapa teladan diatas merupakan penggunaan kata tapi, tetapi dan namun. Dari segi cara penulisan mungkin benar. Dan jikalau kita gunakan dalam percakapan dengan kaidah itu seakan ‘lebur’ atau hilang. Yang ada tinggal ‘kesan’.
Dia kan berkesan baik, jikalau digunakan untuk menggambar suatu versus dari keburukan.
pertama, ada seorang anak yang digambarkan sebagai anak yang ‘kurang beruntung’. Badannya kurus, kulitnya hitam, kebiasaannya jelek bahkan anyir badannya sangat menyengat, tapi anak ini pandai bermain bola.
Dalam pembicaraan atau percakapan kesan ‘kurang beruntung’ malah hilang, dan timbul kesan positif, anak ini pandai bermain bola.
Pola-pola percakapan atau pembicaan menyerupai ini berbagai kita jumpai disekitar kita, dan mungkin kita juga termasuk dalam ‘praktisi’ didalamnya.
Cobalah inventarisir pola –pola pembicaraan menyerupai itu, kemudian renungkan kesan yang timbul, baiki itu menggunaan kata tapi, tetapi dan namun. Seakan tiga kata ini maknanya ‘sama’
Yang selanjutnya yaitu teladan penggunaan kata sebaiknya. Awal pembicaraan menggambarkan suatu hal yang baik kemudian sambunglah dengan kata tapi, atau namun dan atau tetapi. Semua yang baik tadi seakan lebur dan bermetamorfosis ‘buruk’.
kedua, ada seoarang anak yang sangat arif dalam semua bidang pelajaran, berwajah tampan, berpakaian menarik, bersuara bagus, tapi anak itu bahagia mencuri. Coba bayangkan kesan yang timbul. Semua citra awal yang baik tadi seakan hilang dan bermetamorfosis kesan yang tidak baik.
Dan cobalah inventarisir pola –pola pembicaraan menyerupai itu, kemudian renungkan kesan yang timbul, baik itu menggunaan kata tapi, tetapi dan namun. Seakan tiga kata ini maknanya ‘sama’.
Itulah kesan dari penggunaan tiga kata ini. Meskipun dalam ‘merasakan’ kesan kata ini berbeda beda setidaknya penggambaran kata sebaliknya akan ‘sangat tampak’, maka berhati hatikan memakai kata ini terutama dikala akan mendeskripsikan sikap atau sikap seseorang, baik teman, anak atau siapapun.
Efek Psikologisnya
Coba bayangkan. Ada seorang guru sedang berbicara kepada salah seorang siswanya yang berjulukan Affan syauqi. Affan, engkau sangat pandai, berprestasi disekolah, sopan kepada guru serta mempunyai banyak sahabat tapi engkau suka memukul temanmu.
Kira-kira bagaimana perasaan Affan Syauqi mendengar klarifikasi guru tersebut. Tentu saja diawal pembicaraan Affan akan sangat bahagia alasannya beliau sedang ‘disanjung’. Namun diakhir perkataan guru tadi, semua perasaan bahagia itu akan lenyap dalam sekejap. Semua sanjungan yang disampaikan diawal menciptakan hati Affan melambung tinggi ke angkasa, namun diakhir perkataan, Affan tampaknya 'dijatuhkan' dengan sengaja.
Penulis kira model perkataan menyerupai teladan diatas sangat banyak ditemui disekitar kita. Bagaimana jikalau hal tersebut mengena pada diri kita. Rasa direndahkan dan dijatuhkan akan sangat terasa meskipun hal itu mungkin benar. Tapi dampak psikologis yang dialami siswa itu mungkin sanggup menciptakan siswa tersebut kecewa dan sanggup jadi sanggup merubah ‘semua sikap baik’ yang dimiliki anak itu. Kenapa? Karena kecewa dan tersakiti dengan kata-kata.
Sekali lagi saya katakan, meskipun semua hal yang disampaikan itu benar. dan perkataan menyerupai itu bukan hanya digunakan guru tapi siapapun.
Bila dilihat dari pola penggunaan kata 'tapi', bergotong-royong seseorang yang menyampaikan kata tapi tersebut mungkin ingin 'mendeskripsikian seseorang' mulai dari hal positif dan hal negatif yang dimiliki oleh orang yang dibicarakan itu. Dan mungkin juga, seseorang berkata dengan pola 'tapi' tersebut memang berniat ingin 'menjatuhkan seseorang'. terlepas dari dari kesan positif dan negatisnya ternyata kata 'tapi' dengan pola menyerupai diatas mempunyai dampak psikologis yang kurang baik.
Ganti kata 'tapi' dengan kata 'dan'
bila niatan penggunaan kata 'tapi' untuk menjelaskan semua sifat positif dan negatif seseorang dalam arti ingin menjelaskan 'totalitas' aksara seseorang, maka coba ganti kata 'tapi dengan kata 'dan'. maka kesan 'menjatuhkan seseorang itu akan hilang, sedangkan niatan ingin mendeskripsikan karakterpun akan tetap tercapai.
contoh, Affan, engkau sangat pandai, berprestasi disekolah, sopan kepada guru serta mempunyai banyak sahabat tapi engkau suka memukul temanmu. Diganti, Affan, engkau sangat pandai, berprestasi disekolah, sopan kepada guru serta mempunyai banyak sahabat dan engkau suka memukul temanmu.
coba inventarisir pola kata dengan kata 'tapi' dan gantiklah dengan kata 'dan'. dan lihatlah kesan yang timbul. maka akan 'terlihat' terang perbedaan.
penggunaan kata 'dan' jauh lebih 'ringan', tidak menyudutkan dan menjatuhkan.
Semoga hal ini sanggup jadi materi renungan.
semoga bermanfaat.
Sidig Purnomo, S.Pd.I
Kata tapi termasuk dalam kata sambung yang digunakan untuk menunjukkan kontradiksi atau perlawanan atau hal kebalikan dari suatu kata. Ada kesan positif dan negatif dari pemakaian kata tapi ini. Namun sebelum membahas wacana kesan tersebut ada baiknya kita bahas dulu wacana penggunaan kata ini sesuai kaidahnya penulisannya.
Kata sambung namun, tetapi, dan tapi . Ketiga konjungsi ini kerap saling dipertukarkan dalam penggunaannya. Sebenarnya, ada perbedaan arti dan penggunaan ketiga kata ini.
Kata Namun yaitu konjungsi antarkalimat untuk menyambungkan dengan kalimat sebelumnya. Ia diletakkan di awal kalimat dan diikuti oleh koma. Dalam bahasa Inggris, konjungsi yang setara dengan namun yaitu however. Ungkapan akan tetapi sanggup digunakan sebagai sinonim namun.
Kata Tapi yaitu bentuk tidak baku dari tetapi. Konjungsi ini sebaiknya dihindari pemakaiannya dalam ragam formal.
Contoh penggunaan yang tepat:
• Anak itu bergotong-royong pandai. Namun, ia malas.
• Anak itu bergotong-royong pandai, tetapi malas.
Contoh penggunaan yang kurang tepat:
• Anak itu bergotong-royong pandai. Tetapi, ia malas.
• Anak itu bergotong-royong pandai, namun malas.
Secara sederhana, pola penulisan ketiga kata ini sanggup dituliskan menyerupai ini:
• Namun, ....
• ..., tetapi/tapi ....
Tetapi berasal dari kata Sanskerta 'tathapi'. Tapi saya duga sekadar pemendekan oleh pengguna. Asal kata namun belum saya temukan, mungkin memang orisinil bahasa indonesia?
Kesan positif dan negatifnya
Beberapa teladan diatas merupakan penggunaan kata tapi, tetapi dan namun. Dari segi cara penulisan mungkin benar. Dan jikalau kita gunakan dalam percakapan dengan kaidah itu seakan ‘lebur’ atau hilang. Yang ada tinggal ‘kesan’.
Dia kan berkesan baik, jikalau digunakan untuk menggambar suatu versus dari keburukan.
Dalam pembicaraan atau percakapan kesan ‘kurang beruntung’ malah hilang, dan timbul kesan positif, anak ini pandai bermain bola.
Pola-pola percakapan atau pembicaan menyerupai ini berbagai kita jumpai disekitar kita, dan mungkin kita juga termasuk dalam ‘praktisi’ didalamnya.
Cobalah inventarisir pola –pola pembicaraan menyerupai itu, kemudian renungkan kesan yang timbul, baiki itu menggunaan kata tapi, tetapi dan namun. Seakan tiga kata ini maknanya ‘sama’
Yang selanjutnya yaitu teladan penggunaan kata sebaiknya. Awal pembicaraan menggambarkan suatu hal yang baik kemudian sambunglah dengan kata tapi, atau namun dan atau tetapi. Semua yang baik tadi seakan lebur dan bermetamorfosis ‘buruk’.
kedua, ada seoarang anak yang sangat arif dalam semua bidang pelajaran, berwajah tampan, berpakaian menarik, bersuara bagus, tapi anak itu bahagia mencuri. Coba bayangkan kesan yang timbul. Semua citra awal yang baik tadi seakan hilang dan bermetamorfosis kesan yang tidak baik.
Dan cobalah inventarisir pola –pola pembicaraan menyerupai itu, kemudian renungkan kesan yang timbul, baik itu menggunaan kata tapi, tetapi dan namun. Seakan tiga kata ini maknanya ‘sama’.
Itulah kesan dari penggunaan tiga kata ini. Meskipun dalam ‘merasakan’ kesan kata ini berbeda beda setidaknya penggambaran kata sebaliknya akan ‘sangat tampak’, maka berhati hatikan memakai kata ini terutama dikala akan mendeskripsikan sikap atau sikap seseorang, baik teman, anak atau siapapun.
Efek Psikologisnya
Coba bayangkan. Ada seorang guru sedang berbicara kepada salah seorang siswanya yang berjulukan Affan syauqi. Affan, engkau sangat pandai, berprestasi disekolah, sopan kepada guru serta mempunyai banyak sahabat tapi engkau suka memukul temanmu.
Kira-kira bagaimana perasaan Affan Syauqi mendengar klarifikasi guru tersebut. Tentu saja diawal pembicaraan Affan akan sangat bahagia alasannya beliau sedang ‘disanjung’. Namun diakhir perkataan guru tadi, semua perasaan bahagia itu akan lenyap dalam sekejap. Semua sanjungan yang disampaikan diawal menciptakan hati Affan melambung tinggi ke angkasa, namun diakhir perkataan, Affan tampaknya 'dijatuhkan' dengan sengaja.
Sekali lagi saya katakan, meskipun semua hal yang disampaikan itu benar. dan perkataan menyerupai itu bukan hanya digunakan guru tapi siapapun.
Bila dilihat dari pola penggunaan kata 'tapi', bergotong-royong seseorang yang menyampaikan kata tapi tersebut mungkin ingin 'mendeskripsikian seseorang' mulai dari hal positif dan hal negatif yang dimiliki oleh orang yang dibicarakan itu. Dan mungkin juga, seseorang berkata dengan pola 'tapi' tersebut memang berniat ingin 'menjatuhkan seseorang'. terlepas dari dari kesan positif dan negatisnya ternyata kata 'tapi' dengan pola menyerupai diatas mempunyai dampak psikologis yang kurang baik.
Ganti kata 'tapi' dengan kata 'dan'
bila niatan penggunaan kata 'tapi' untuk menjelaskan semua sifat positif dan negatif seseorang dalam arti ingin menjelaskan 'totalitas' aksara seseorang, maka coba ganti kata 'tapi dengan kata 'dan'. maka kesan 'menjatuhkan seseorang itu akan hilang, sedangkan niatan ingin mendeskripsikan karakterpun akan tetap tercapai.
contoh, Affan, engkau sangat pandai, berprestasi disekolah, sopan kepada guru serta mempunyai banyak sahabat tapi engkau suka memukul temanmu. Diganti, Affan, engkau sangat pandai, berprestasi disekolah, sopan kepada guru serta mempunyai banyak sahabat dan engkau suka memukul temanmu.
coba inventarisir pola kata dengan kata 'tapi' dan gantiklah dengan kata 'dan'. dan lihatlah kesan yang timbul. maka akan 'terlihat' terang perbedaan.
penggunaan kata 'dan' jauh lebih 'ringan', tidak menyudutkan dan menjatuhkan.
Semoga hal ini sanggup jadi materi renungan.
semoga bermanfaat.
Sidig Purnomo, S.Pd.I
0 Komentar untuk "Bahaya Kata : Tapi"