Standard WLAN 802.11 disahkan oleh IEEE pada tahun 1997. Standard ini berlaku untuk kecepatan 1 Mbps dan 2MBps. Standard ini difokuskan pada lapisan 1 dan 2 dari model OSI yaitu physical layer dan data link layer. Untuk memenuhi kebutuhan kecepatan yang lebih tinggi maka pada tahun 1999 dikeluarkan standar 802.11b dengan kecepatan 5.5Mbps dan 11Mbps. Keuntungan Penggunaan Wireless Dunia perjuangan dalam banyak sekali ukuran sangat beruntung dengan mengoperasikan sistem WLAN yang bisa menunjukkan kombinasi yang baik antara truput yan mendekati jaringan kabel, jalan masuk mobile, dan konfigurasi yang fleksible. Keuntungan hemat yang akan diperoleh sanggup mencapai US$16,000 / user (di US) – di ukur dari produktifitas pekerja, effisiensi organisasi, keuntungan, dan penghematan biaya – di bandingkan alternatif memakai kabel. Beberapa laba utama WLAN adalah: * Mobilitas yang akan meningkatkan produktifitas dengan jalan masuk real-time terhadap informasi, tidak peduli lokasi pekerja, semoga lebih cepat & lebih effisien dalam pengambilan keputusan. * Setup jaringan lebih cost effective daripada lokasi yang sulit di pasang kabel menyerupai gedung bau tanah atau bangunan dengan tembok yang masif. * Pengurangan cost of ownership – terutama di lingkungan yang dinamis yang membutuhkan modifikasi yang sangat sering – kita harus berterima kasih alasannya sedikitnya wiring dan biaya instalasi per alat dan per user. * WLAN memerdekakan user dari ketergantungan pada jalan masuk kabel ke backbone jaringan, menunjukkan mereka jalan masuk jaringan kapan saja, dimana saja. Kebebasan untuk roaming ini menunjukkan banyak laba dalam banyak sekali lingkungan pekerjaan, seperti: o Akses gosip secara eksklusif di samping tempat tidur pasien bagi dokter & staff rumah sakit. o Kemudahan, jalan masuk jaringan secara real-time untuk auditor / konsultan on-site. o Kemudahan jalan masuk database bagi supervisor yang bergerak, menyerupai manager di production line, auditor gudang, maupun engineer di konstruksi. o Membuat konfigurasi jaringan lebih simpel tanpa perlu keterlibatan orang MIS untuk setup sementara menyerupai di festival atau ruang konferensi. o Akses yang lebih cepat kepada gosip perihal pelanggan oleh vendor / retailer yang menjadikan perbaikan layanan pelanggan dan perbaikan customer satisfaction. o Akses ke jaringan yang tidak terikat pada lokasi bagi direktur jaringan, untuk fasilitas pinjaman on-site pada ketika troubleshooting & support. o Akses real-time bagi pertemuan-pertemuan kelompok berguru untuk siswa / mahasiswa. Oleh alasannya itu kelebihan yang ditawarkan oleh WLAN, terutama protable, fasilitas instalasi and kepraktisan. Faktor yang sangat menarik dari WLAN yakni kemudahan, alasannya beliau memungkinkan fleksibilitas dan roaming. Seorang user tidak harus terikat dalam sebuah LAN, beliau sanggup bergerak tanpa perlu terputus kekerabatan komunikasinya. Di samping itu, WLAN juga gampang untuk di instalasi, untuk membangun seluruh jaringan diharapkan waktu beberapa jam saja di bandingkan beberapa hari kalau kita memakai kabel. Juga, WLAN sanggup di instalasi di tempat dimana rewriring tidak memungkinkan. Sistem tanpa kabel ini sanggup di instalasi di banyak sekali lingkungan, dan user sanggup berkomunikasi dengan jaringan yang memakai kabel melalui access point (AP) atau wireless adapter. Konfigurasi WLAN WLAN terdiri dari 2 perangkat yaitu: * Wireless Station (WS) : dekstop, laptop maupun PDA yang dilengkapi dengan wireless NIC * Access Point (AP) : berfungsi sebagai bridge antara jaringan LAN konvensional dan WLAN .. Terdapat 2 jenis mode operasi WLAN yaitu: * Infrastucture Mode, terdiri dari o Basic Service Set (BSS), hanya terdapat satu Access Point o Extented Service Set (ESS), dua BSS atau lebih membentuk satu buah subnet * Ad-hoc Mode, terdiri dari beberapa wireless station yang berkomunikasi secara eksklusif (peer-to-peer) tanpa memakai AP.
Infrastucture Mode
Ad-hoc Mode
Koneksi dalam BSS
Proses terbentuknya koneksi dari WS ke AP dalam suatu BSS yakni sebagai berikut:
* AP mengirim sinyal beacon yang berisi SSID (Service Set Identifier). SSID merupakan setting di AP yang dipakai mengelompokkan WS dalam suatu segmen jaringan. Hanya WS yang mengetahui SSID tersebut yang sanggup bergabung dalam jaringan tersebut. SSID sanggup dianggap sebagai shared password.
* Ketika WS berada dalam tempat cakupan sebuah atau beberapa AP, maka WS akan menentukan salah satu AP menurut besar lengan berkuasa sinyal dan error rate yang diterima. Secara periodik WS akan memantau untuk mengetahui sinyal yang paling kuat. Jika ditemukan maka WS akan menentukan AP yang gres tersebut.
* Untuk bergabung dalam jaringan, maka WS harus melaksanakan koneksi ke AP. WS harus menyebutkan SSID yang sesuai untuk bergabung dengan AP yang telah dipilih tersebut. Beberapa AP yang mempunyai SSID yang sama akan membentuk ESS.
* Beberapa NIC WS bisa diset SSID nya dengan Any atau * (asterik) sehingga beliau sanggup bergabung dengan AP mana saja yang paling besar lengan berkuasa sinyalnya tanpa mempedulikan SSID.
Sinyal WLAN
WLAN memakai sinyal radio pada frekuensi 2.4Ghz. Dalam implementasi WLAN, letak AP diatur sedemikian sehingga hanya mempunyai cakupan tertentu yaitu wilayah operasi pemakai WLAN yang sah contohnya satu lantai tertentu dalam suatu gedung. Namun sinyal radio ini sanggup merambat menembus dinding dan lantai bangunan meskipun sinyal menjadi lemah. Dengan demikian sangat mungkin sinyal tersebut keluar dari tempat cakupan yang semestinya. Luberan sinyal ini sanggup merambat keluar hingga beberapa ratus meter dari gedung apalagi kalau AP diletakkan tanpa memperhatikan duduk kasus luberan sinyal ini contohnya ditempatkan erat dengan jendela yang menghadap luar gedung.
Dengan memakai antena terarah (directional) dan kalau perlu memakai penguat sinyal sinyal radio (RF amplifier) maka sinyal radio yang telah lemah tadi sanggup ditangkap kembali pada tempat yang relatif jauh.
Infrastucture Mode
Ad-hoc Mode
Koneksi dalam BSS
Proses terbentuknya koneksi dari WS ke AP dalam suatu BSS yakni sebagai berikut:
* AP mengirim sinyal beacon yang berisi SSID (Service Set Identifier). SSID merupakan setting di AP yang dipakai mengelompokkan WS dalam suatu segmen jaringan. Hanya WS yang mengetahui SSID tersebut yang sanggup bergabung dalam jaringan tersebut. SSID sanggup dianggap sebagai shared password.
* Ketika WS berada dalam tempat cakupan sebuah atau beberapa AP, maka WS akan menentukan salah satu AP menurut besar lengan berkuasa sinyal dan error rate yang diterima. Secara periodik WS akan memantau untuk mengetahui sinyal yang paling kuat. Jika ditemukan maka WS akan menentukan AP yang gres tersebut.
* Untuk bergabung dalam jaringan, maka WS harus melaksanakan koneksi ke AP. WS harus menyebutkan SSID yang sesuai untuk bergabung dengan AP yang telah dipilih tersebut. Beberapa AP yang mempunyai SSID yang sama akan membentuk ESS.
* Beberapa NIC WS bisa diset SSID nya dengan Any atau * (asterik) sehingga beliau sanggup bergabung dengan AP mana saja yang paling besar lengan berkuasa sinyalnya tanpa mempedulikan SSID.
Sinyal WLAN
WLAN memakai sinyal radio pada frekuensi 2.4Ghz. Dalam implementasi WLAN, letak AP diatur sedemikian sehingga hanya mempunyai cakupan tertentu yaitu wilayah operasi pemakai WLAN yang sah contohnya satu lantai tertentu dalam suatu gedung. Namun sinyal radio ini sanggup merambat menembus dinding dan lantai bangunan meskipun sinyal menjadi lemah. Dengan demikian sangat mungkin sinyal tersebut keluar dari tempat cakupan yang semestinya. Luberan sinyal ini sanggup merambat keluar hingga beberapa ratus meter dari gedung apalagi kalau AP diletakkan tanpa memperhatikan duduk kasus luberan sinyal ini contohnya ditempatkan erat dengan jendela yang menghadap luar gedung.
Dengan memakai antena terarah (directional) dan kalau perlu memakai penguat sinyal sinyal radio (RF amplifier) maka sinyal radio yang telah lemah tadi sanggup ditangkap kembali pada tempat yang relatif jauh.
0 Komentar untuk "Dasar Wifi Dan Wlan"