Pertengkaran Divan dengan Tio
Diruang Ekstrakulikuler teater, Divan, Riyan, Sinta, dan Tio sedang berkumpul. Mereka sedang membahas tugas bahasa Indonesia yang di berikan oleh Bu Farika.
Sinta : “Wah, kamu hebat, Yan. Lagi-lagi kamu dapat sembilan.”
Riyan : “Ah, biasa saja. Ini juga berkat belajar bersama-sama kalian.”
Tio : “Tapi... aneh ya ? Nilai Divan kok kurang bagus ya ?” (meledek)
Divan : “Maksudnyaaa ?”
Tio : “Kamu waktu ulangan kemarin dapat nilai lima, kan ? Huh, payah.”
Riyan : “Ya, mungkin Divan kurang konsentrasi saat mengerjakan ulangan itu.”
Sinta manggut-manggut. Ia melangkah menuju meja penyimpanan dispenser untuk mengambil air minum.
Tio : “Halah, paling dia tidak pernah belajar. Makanya, Van (menepuk bahu Divan). Jangan kebanyakan nonton Doraemon, hahahahaha !!! Jadi mirip Nobita deh !”
Divan terdiam. Wajahnya terlihat muram dan kesal. Akhirnya ia pun angkat bicara.
Divan : “Aku cuma kurang konsentrasi saja, teman-teman. (Berusaha untuk meredam emosi) ”
Sinta : “Memangnya ada masalah apa, Van ?”
Divan ragu untuk bicara
Riyan : “Bicara saja, Van. Bukanlah kita harus saling terbuka ?”
Divan : “Aku... Aku.... baru saja ditolak oleh Nurma. Tepatnya satu minggu yang lalu.”
Tiba-tiba tawa Tio meledak. Dia terlihat puas atas apa yang di alami Diva. Otomatis, Divan pun merasa tersinggung.
Mendadak, Divan kehilangan kendali atas emosinya. Dia segera menyerang Tio. Dia mendorongnya hingga jatuh ke lantai. Mereka pun berguling-guling. Riyan berusaha untuk memisahkan. Sementara Sinta terlihat histeris.
Divan”(Sambil menarik-narik kerah baju Tio) Kamu ini maunya apa ? Sejak tadi terus menyudutkan aku. Aku punya salah apa, hah ? Rasakan ! (memukul wajah Tio)”
Tio membalasnya. Merekapun saling memukul, menarik, dan menjambak.
Tio : “Kamu payah, Van ! kamu payah... !!!”
Tiba-tiba Riyan mengguyurkan air minum dalam gelas yang dipegang Sinta. Divan dan Tio pun berhenti. Mereka terengah-engah.
Riyan : “Kalian ini apa-apaan ? Memangnya lucu, hah ? Grow up !!!”
Beberapa saat, mereka semua terdiam.
Tio : “Oke. Maaf. Memang aku yang salah. Tapi. Asal kalian tahu aku bicara seperti tadi demi Divan juga.”
Sinta mengompres lebam di pipi Divan. Divan sedikit meringis menahan sakit di wajahnya.
Tio : (Kepada Divan) “Van, kamu ini benar-benar payah. Sebetulnya aku sudah tahu kalau kamu baru di tolak oleh Nurma. Aku tahu kalau itu adalah penyebab anjloknya nilai-nilai kamu akhir-akhir ini. Tapi, apa pantas seorang Divan jadi drop hanya gara-gara ditolak Nurma ? Hah ? Si Nurma mungkin biasa-biasa saja, have fun dengan pacar barunya. Tapi kamu ? Kamu jadi seperti ini ? Kamu laki-laki bukan, hah ? Lembek !”
Riyan : “Tio !”
Tio “Maaf... Maaf... sebetulnya aku tidak bermaksud.... aku peduli sama kamu, Van. Aku ini sahabat kamu... kamu seharusnya.....”
(Tiba-tiba Divan memotong pembicaraan)
Divan : “Ya... ya... aku tahu.. (tersenyum hangat) Terima kasih Yo. Kamu sudah menyadarkan aku. Aku seharusnya tidak mengorbankan prestasi belajarku hanya karena ahl sepele seperti itu. Sekali lagi. Sekali lagi, terima kasih Yo. Terima kasih teman-teman.... auuu !!! sakit !!!” (Divan meringis karena Sinta terlalu kuat menekan kompresan)
Diruang Ekstrakulikuler teater, Divan, Riyan, Sinta, dan Tio sedang berkumpul. Mereka sedang membahas tugas bahasa Indonesia yang di berikan oleh Bu Farika.
Sinta : “Wah, kamu hebat, Yan. Lagi-lagi kamu dapat sembilan.”
Riyan : “Ah, biasa saja. Ini juga berkat belajar bersama-sama kalian.”
Tio : “Tapi... aneh ya ? Nilai Divan kok kurang bagus ya ?” (meledek)
Divan : “Maksudnyaaa ?”
Tio : “Kamu waktu ulangan kemarin dapat nilai lima, kan ? Huh, payah.”
Riyan : “Ya, mungkin Divan kurang konsentrasi saat mengerjakan ulangan itu.”
Sinta manggut-manggut. Ia melangkah menuju meja penyimpanan dispenser untuk mengambil air minum.
Tio : “Halah, paling dia tidak pernah belajar. Makanya, Van (menepuk bahu Divan). Jangan kebanyakan nonton Doraemon, hahahahaha !!! Jadi mirip Nobita deh !”
Divan terdiam. Wajahnya terlihat muram dan kesal. Akhirnya ia pun angkat bicara.
Divan : “Aku cuma kurang konsentrasi saja, teman-teman. (Berusaha untuk meredam emosi) ”
Sinta : “Memangnya ada masalah apa, Van ?”
Divan ragu untuk bicara
Riyan : “Bicara saja, Van. Bukanlah kita harus saling terbuka ?”
Divan : “Aku... Aku.... baru saja ditolak oleh Nurma. Tepatnya satu minggu yang lalu.”
Tiba-tiba tawa Tio meledak. Dia terlihat puas atas apa yang di alami Diva. Otomatis, Divan pun merasa tersinggung.
Mendadak, Divan kehilangan kendali atas emosinya. Dia segera menyerang Tio. Dia mendorongnya hingga jatuh ke lantai. Mereka pun berguling-guling. Riyan berusaha untuk memisahkan. Sementara Sinta terlihat histeris.
Divan”(Sambil menarik-narik kerah baju Tio) Kamu ini maunya apa ? Sejak tadi terus menyudutkan aku. Aku punya salah apa, hah ? Rasakan ! (memukul wajah Tio)”
Tio membalasnya. Merekapun saling memukul, menarik, dan menjambak.
Tio : “Kamu payah, Van ! kamu payah... !!!”
Tiba-tiba Riyan mengguyurkan air minum dalam gelas yang dipegang Sinta. Divan dan Tio pun berhenti. Mereka terengah-engah.
Riyan : “Kalian ini apa-apaan ? Memangnya lucu, hah ? Grow up !!!”
Beberapa saat, mereka semua terdiam.
Tio : “Oke. Maaf. Memang aku yang salah. Tapi. Asal kalian tahu aku bicara seperti tadi demi Divan juga.”
Sinta mengompres lebam di pipi Divan. Divan sedikit meringis menahan sakit di wajahnya.
Tio : (Kepada Divan) “Van, kamu ini benar-benar payah. Sebetulnya aku sudah tahu kalau kamu baru di tolak oleh Nurma. Aku tahu kalau itu adalah penyebab anjloknya nilai-nilai kamu akhir-akhir ini. Tapi, apa pantas seorang Divan jadi drop hanya gara-gara ditolak Nurma ? Hah ? Si Nurma mungkin biasa-biasa saja, have fun dengan pacar barunya. Tapi kamu ? Kamu jadi seperti ini ? Kamu laki-laki bukan, hah ? Lembek !”
Riyan : “Tio !”
Tio “Maaf... Maaf... sebetulnya aku tidak bermaksud.... aku peduli sama kamu, Van. Aku ini sahabat kamu... kamu seharusnya.....”
(Tiba-tiba Divan memotong pembicaraan)
Divan : “Ya... ya... aku tahu.. (tersenyum hangat) Terima kasih Yo. Kamu sudah menyadarkan aku. Aku seharusnya tidak mengorbankan prestasi belajarku hanya karena ahl sepele seperti itu. Sekali lagi. Sekali lagi, terima kasih Yo. Terima kasih teman-teman.... auuu !!! sakit !!!” (Divan meringis karena Sinta terlalu kuat menekan kompresan)
0 Komentar untuk "Teks Drama Bagian 7"