KH Ahmad Musfofa Bisri kembali menulis Puisi. Setidaknya di tengah wabah dengan arus informasi yang deras dan simpang siur, Puisi Gus Mus selalu menenangkan. Serta selalu mengajak instrospeksi diri. Termasuk puis Gus Mus yang berjudul SABDA BUMI yang diposting ke akun instagram beliau s.kakung.
Ada bebarapa tulisan beliau yang sepertinya salah ketik, yaitu kata brentilah dan segra. Namun dalam teks puisi ini tetap ditulis seperti aslinya. Siapa tahu itu memang memiliki tujuan dan makna khusus terhadap pusi SABDA BUMI.
Seperti halnya puisi pertama tentang wabah virus yang menjalar ke seluruh penjuru dunia sebelumnya. Ada nilai-nilai universalnya dengan tetap meneduhkan dengan cara merenung dengan cara islam.
Teks Puisi SABDA BUMI di akun Instagram Gus Mus (instagram.com/s.kakung) |
Berikut Puisi Gus Mus yang berjudul SABDA ALAM:
SABDA BUMI
Barangkali bumi telah lelah
oleh ulah khalifahnya yang berulah
Seoalah-olah meluapkan keluh-kesah:
Istirahatlah, wahai khalifah
Brentilah melelah
nafkah tak berkah
Berkelahi sesama hamba Allah menguras bukan
mengurus bumimu yang semakin parah.
Segra mikrajlah seperti pemimpin agungmu yang
rendah hati
Naik ke langit untuk merahmati yang di bumi.
Sampaikan langsung kepasrahan dan ketundukanmu
kepadaNya --
Attahiyyatul mubaaraktus shalwaatut thayyibatu liLlaah.
Assalamu'alaika ayyuhanNabiyyu warahmatullahi
wabarakatuh. Assalaamu 'alainaa wa'alaa ibaadiLlahish-shalihiin--
Semoga kedamaian melimpah
Kepada kita dan hamba-hambaNya yang patut dan layak
Rembang, 27.07.1441/22.03.2020
Memahami puisi di atas harus mengetahui beberapa kata penting yang perlu. Terutama adalah kata 'khalifah'. Tentu yang dimaksud bukan 'khalifah' dalam sistem negara 'khilafah' yang diusung oleh saudara-saudara seiman tapi kurang sepaham tentang konsep negara.
Khalifah dalam dalam baris puisi SABDA BUMI karya Gus Mus di atas sepadan dengan firman Allah dalam surat Albaqarah ayat 30. Yang menjelaskan bahwa Tuhan menjadikan khalifah di bumi.
Jadi, khalifah dalam konteks puisi di atas adalah 'manusia'. Yang sedang ditegur oleh bumi.
Untuk lebih jelas pemaknaan puisi SABDA BUMI karya Gus Mus ini, perlu diberikan kata penjelas dalam bentuk parafrase.
Parafrase Puisi SABDA BUMI Karya Gus Mus
SABDA BUMI
(kejadian wabah ini) Barangkali (sebagai peringatan bahwa) bumi telah lelah
oleh ulah khalifahnya (yaitu para manusia) yang berulah
Seoalah-olah (bumi sedang) meluapkan keluh-kesah (dan berkata):
Istirahatlah, wahai khalifah
Brentilah me(mbuat) lelah (diri dan bumi)
(berhentilah mencari)nafkah (yang) tak berkah
(berhentilah) Berkelahi sesama hamba Allah (dalam) menguras (ekayaan bumi), bukan
mengurus bumimu yang (keadaannya) semakin parah.
Segra mikraj(naiklah)lah (jiwa dan pikiranmu) seperti pemimpin agungmu (Nabi Muhammad) yang
rendah hati
(me)Naik(kan) (doa) ke (pencipta dan penguasa) langit (memohon) untuk merahmati (semua) yang (ada) di bumi.
Sampaikan langsung (jadilah manusia yang penuh) kepasrahan dan ketundukanmu
kepadaNya --
Attahiyyatul mubaaraktus shalwaatut thayyibatu liLlaah.
Assalamu'alaika ayyuhanNabiyyu warahmatullahi
wabarakatuh. Assalaamu 'alainaa wa'alaa ibaadiLlahish-shalihiin--
Semoga kedamaian melimpah
Kepada kita dan hamba-hambaNya yang patut dan layak
Baca Juga: PUISI GUS MUS 'TALBIYAH DALAM KESENDIRIAN'
Baca Juga: PUISI GUS MUS 'TALBIYAH DALAM KESENDIRIAN'
Makna Puisi SABDA BUMI
Puisi SABDA BUMI menggambarkan seolah-olah bumi memberikan teguran dan wejangan kepada manusia. Dalam pusi SABDA BUMI tersebut, Gus Mus menggambarkan teguran dalam bagian awal puisi.
Sementara bagian akhir Puisi SABDA BUMI, merupakan doa Gus Mus terhadap kondisi yang digambarkan oleh tersebut, yaitu adanya Wabah virus Corona (Covid19) di Indonesia dan seluruh dunia.
Dari konteks tersebut, maka makna puisi Sabda Bumi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Wabah Corona (Covid19) ini adalah peringatan dari (pemilik) bumi bahwa bumi telah lelah. Lelah oleh perbuatan manusia. Manusia yang lebih banyak mencari nafkah dengan cara saling menghancurkan sesama manusia, dan menghancurkan bumi.
Wabah ini seharusnya juga menjadi teguran, bagi manusia yang saling berkelahi, bersaing, berlomba-lomba dalam menguras kekayaan bumi. Sehingga keadaan dan daya dukung bumi semakin parah.
Dalam kondisi wabah seperti ini, hendaknya manusia itu punya keimanan dan akhlak yang tinggi, seperti Nabi Muhammad. Diwujudkan dengan kerendahan hati.
Memohon kepada Tuhan agar memberikan rahmat kepada manusia beserta seluruh isi alam. Permohonan itu harus diwujudkan dalam kepasrahan yang penuh dan ketundukan yang penuh kepada Tuhan.
Setelah menggambarkan 'kekesalan' bumi kepada manusia, Gus Mus mengajak untuk berdoa dengan membaca bacaan tahiyat dalam salat:
Attahiyyatul mubaaraktus shalwaatut thayyibatu liLlaah.
Assalamu'alaika ayyuhanNabiyyu warahmatullahi
wabarakatuh. Assalaamu 'alainaa wa'alaa ibaadiLlahish-shalihiin--
Artinya:
Segala penghormatan yang berkat salat yang baik adalah untuk Allah. Sejahtera atas engkau wahai Nabi dan rahmat Allah serta keberkatannya. Sejahtera ke atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang saleh.
Pada bait terakhir, Gus Mus berdoa:
Semoga kedamaian melimpah
Kepada kita dan hamba-hambaNya yang patut dan layak
Melalui puisi ini, Gus Mus mengajak seluruh umat manusia (khususnya umat Islam) untuk menjadi hamba yang patut dan layak. Tentu yang patut dan layak sesuai tuntunan ajaran agama.
Kata Khalifah
Mengapa Gus Mus menggunakan kata 'Khalifah' dalam Puisi SABDA BUMI?
Dengan menggunakan kata 'khalifah' Gus Mus dengan mudah mengingatkan kita semua, seluruh manusia, bahwa sebenarnya manusia diciptakan oleh Allah sebagai pemimpin di bumi. Yang selain untuk memanfaatkan, juga harus menjaganya. Sebagai pemberian dari Allah.
Wallahua'lambissawab....
0 Komentar untuk "Puisi Gus Mus: SABDA BUMI Puisi Kedua Karya Gus Mus di Masa Wabah"