 |
| Scorpius |
Malam itu yaitu malam takbiran di Desa Batugoyang. Sebagian warga telah berkumpul di mesjid desa dan dari rumah-rumah mulai tercium wangi makanan ringan bagus yang mulai dipanggang untuk menyambut Idul Fitri. Aku tertarik dengan keramaian tersebut dan keluar dari Puskesmasku menuju Mesjid yang terletak di tepian pantai Timur Batugoyang. Aku pergi bersama 2 temanku Angki dan Doya dan menyadari bahwa mesjid terlalu hiruk pikuk malam itu dan kami memutuskan untuk duduk bercerita di sebuah kapal nelayan yang sedang terapung di erat pantai.
Bulan gelap malam itu. Seperti biasa kelip bintang akan menghiasi langit hitam pekat Maluku alasannya yaitu sorot sinar lampu listrik masih menjadi barang langka disini. Perahu kecil yang kami tuju berjulukan "Selgwadan Manis". Perahu tersebut biasa digunakan oleh Doya bersama beberapa kerabatnya untuk melaut sepanjang malam untuk menjaring ikan. Namun malam ini bahtera tersebut mengambil jatah cuti tahunannya alasannya yaitu besok akan ada perayaan Idul Fitri.
Perahu tersebut mengapung agak ke tengah. Perlu menggulung celana pendek kami supaya tidak lembap terkena air laut. Laut malam itu sangat gelap, dasar bahari terlihat pekat namun dikala itulah saya melihat kilauan cahaya hijau fosfor tiap kali saya menyibakan air dan melangkah menuju ke perahu. Doya menyampaikan fenomena tersebut : Kunang-kunang laut. Aku tak tahu apakah fenomena tersebut umum terjadi, dan sehabis ku search di google, nampaknya hal tersebut berasal dari proses Bioluminescence. Setiap kami mengayunkan langkah, cahaya hijau tersebut selalu tertinggal kolam butiran pasir yang terhambur di laut. Cahaya itu kemudian kembali hilang lenyap dan diganti kepekatan tepat alasannya yaitu Bulan sama sekali tak muncul di malam itu.
Aku melangkahkan kaki lebih cepat, bahkan kadang sengaja mengecipakan air dengan tangan untuk memunculkan kunang-kunang laut tersebut dan kadang dibantu oleh ikan dan kepiting yang bersliweran di pantai menciptakan garis dan riak kehijauan tersebut semakin banyak. Aku hanya sanggup menyaksikan hal menyerupai itu di Pantai Batugoyang, dikala bulan tertutup sempurna. Indahnya..... Semoga sanggup mengulangi lagi perasaan bebas dan tenang tersebut
Setibanya di kapal ada hal yang lebih istimewa lagi. Kurebahkan punggungku di atap kapal dan menatap langit : JUTAAN BINTANG tersebar disertai lembutnya awan langit (Nebula) yang sangat tinggi. Hari itu yaitu malam yang tepat untuk melihat bintang. Doya menunjukanku rasi bintang Salib Selatan yang berfungsi sebagai titik navigasi, alasannya yaitu garis vertikalnya kalau ditarik ke bahari akan tepat mengarah ke selatan. Scorpio malam itu bertengger di puncak langit, dan saya sanggup dengan gampang mengenali 3 bintang sejajar yang menjadi kepalanya kemudian mengikuti lekuk ekornya yang indah. Scorpio yaitu Rasi bintang yang paling gampang saya kenali semenjak malam itu.
Pergilah ke Kepulauan Aru kalau anda ingin melaksanakan make a wish upon the shooting star, alasannya yaitu malam itu bintang jatuh cukup banyak di langit. Aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri betapa seringnya kilatan cahaya tersebut meluncur menoreh langit. Hanya ada bunyi dialog ringan kami bertiga dikala itu (aku, Doya dan Angki), sesekali kami berteriak beradu cepat menunjuk arah dan siapa melihat bintang jatuh tersebut terlebih dahulu. Hening, gelap namun penuh kilauan baik diatas langitku maupun dibawah lautku. Kulalui malam itu dengan ribuan ucapan syukur, rasa kagum yang tak terhingga pada Tuhanku dan segaris rasa tenang yang masih sanggup kukenang hingga dikala ini.
Pantai Timur Batugoyang,
Terapung dibuai ombak di kapal Selgwadan Manis //
Related Articles :
A Journey Through Aru Islands
Salarem, Grand Canyon nya Maluku
Longgar dan Apara -2 Desa di tepian Indonesia-
Perahu tersebut mengapung agak ke tengah. Perlu menggulung celana pendek kami supaya tidak lembap terkena air laut. Laut malam itu sangat gelap, dasar bahari terlihat pekat namun dikala itulah saya melihat kilauan cahaya hijau fosfor tiap kali saya menyibakan air dan melangkah menuju ke perahu. Doya menyampaikan fenomena tersebut : Kunang-kunang laut. Aku tak tahu apakah fenomena tersebut umum terjadi, dan sehabis ku search di google, nampaknya hal tersebut berasal dari proses Bioluminescence. Setiap kami mengayunkan langkah, cahaya hijau tersebut selalu tertinggal kolam butiran pasir yang terhambur di laut. Cahaya itu kemudian kembali hilang lenyap dan diganti kepekatan tepat alasannya yaitu Bulan sama sekali tak muncul di malam itu.
Aku melangkahkan kaki lebih cepat, bahkan kadang sengaja mengecipakan air dengan tangan untuk memunculkan kunang-kunang laut tersebut dan kadang dibantu oleh ikan dan kepiting yang bersliweran di pantai menciptakan garis dan riak kehijauan tersebut semakin banyak. Aku hanya sanggup menyaksikan hal menyerupai itu di Pantai Batugoyang, dikala bulan tertutup sempurna. Indahnya..... Semoga sanggup mengulangi lagi perasaan bebas dan tenang tersebut
Setibanya di kapal ada hal yang lebih istimewa lagi. Kurebahkan punggungku di atap kapal dan menatap langit : JUTAAN BINTANG tersebar disertai lembutnya awan langit (Nebula) yang sangat tinggi. Hari itu yaitu malam yang tepat untuk melihat bintang. Doya menunjukanku rasi bintang Salib Selatan yang berfungsi sebagai titik navigasi, alasannya yaitu garis vertikalnya kalau ditarik ke bahari akan tepat mengarah ke selatan. Scorpio malam itu bertengger di puncak langit, dan saya sanggup dengan gampang mengenali 3 bintang sejajar yang menjadi kepalanya kemudian mengikuti lekuk ekornya yang indah. Scorpio yaitu Rasi bintang yang paling gampang saya kenali semenjak malam itu.
 |
| Twilight in Batugoyang |
Pantai Timur Batugoyang,
Terapung dibuai ombak di kapal Selgwadan Manis //
 |
| Pantai Selatan Batugoyang |
Related Articles :
A Journey Through Aru Islands
Salarem, Grand Canyon nya Maluku
Longgar dan Apara -2 Desa di tepian Indonesia-
0 Komentar untuk "Hymn To The Sea And Sky"