Menanti Berkah Operator Telekomunikasi Di Tempat Pinggiran Kota Dan Pedalaman Indonesia

Hamparan bumi yang luas, Indonesia, memang banyak dihuni  oleh banyak sekali macam suku dan ras. Aneka suku dan ras tersebut tinggal mulai di  daerah perkotaan, pinggiran kota hingga daerah pedalaman. Jika dilihat dari banyak sekali aspek kehidupan, taraf hidup dan kemajuan setiap daerah tentu berbeda. Kehidupan perkotaan yang penuh dengan banyak sekali macam fasilitas, hiburan dan kemajuan di banyak sekali bidang tentu sangat berbeda kalau dibandingkan dengan kehidupan di daerah pinggiran kota dan daerah pedalaman Indonesia. Kehidupan yang sangat sederhana dan terkadang terkesan primitf, dengan tingkat ekonomi dan pendidikan yang sangat rendah  melekat erat pada masyarakat pinggiran kota dan pedalaman Indonesia.

Potret Kehidupan Pinggiran kota dan Pedalaman Indonesia     

Taman Nasional Bukit 12 (TNB 12) Jambi yaitu salah satu dari sekian banyak daerah pingiran kota dan  pedalaman Indonesia. TNB 12 terletak di daerah pinggiran kota Jambi. Daerah ini mempunyai luas sekitar 60.500 hektar yang berupa daerah perbukitan dataran rendah dan berada pada ketinggian ± 30 – 430 m dpl dan merupakan tempat hutan hujan tropis. Secara administratif, daerah ini lerletak pada tiga wilayah kabupaten, yaitu Sarolangun, Muaratebo dan Batanghari Provinsi Jambi. Di daerah Taman Nasional Bukit 12, menetap sebuah suku yang berjulukan Suku Anak Dalam (SAD) yang telah hidup di daerah TNB 12 selama puluhan tahun. Warga provinsi Jambi biasa memanggil suku ini dengan sebutan Orang Rimba, Sanak dan juga Suku Kubu.

Kehidupan SAD sangatlah berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Mereka hidup mengandalkan potensi hutan yang ada pada TNB 12. Mulai dari tempat tinggal hingga masakan mereka peroleh dari hutan. SAD memperoleh masakan sehari-hari melalui  berburu, meramu dan mengumpulkan buah-buahan di hutan . Sangat kental dengan moral istiadat, yaitu salah satu ciri khas SAD. Dalam kehidupan sehari-hari mereka berpakaian berdasarkan moral yang mereka anut, yaitu berpakaian seadanya. Pada ketika mereka berada pada kelompok mereka, mereka hanya akan menutupi bagian-bagian tertentu saja  pada badan mereka. Akan tetapi, kalau mereka berada pada pemukiman masyarakat, mereka akan berpakaian  seperti masyarakat pada umumnya. Hutan bagi SAD yaitu sebuah tempat pengembaraan. Kepercayaan ini menciptakan mereka hidup secara nomaden atau berpindah-pindah  dari satu tempat dan ketempat lain pada area hutan TNB 12.

Hidup di daerah pinggiran kota dan pedalaman, tidaklah menciptakan SAD jauh dari kemajuan. Kehidupan SAD ketika ini sangat jauh berbeda dengan kehidupan SAD puluhan tahun yang lalu. Kemajuan yang mereka peroleh tidak lepas dari tugas pemerintah setempat dan beberapa komunitas Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang peduli dengan nasib mereka. Walaupun memperoleh kemajuan di beberapa aspek kehidupan, akan tetapi kehidupan yang mereka jalani masih jauh berbeda dengan warga perkotaan.

Gambar 1. Suku Anak Dalam (SAD) Jambi

Dari segi perekonomian, SAD mengalami kemajuan yang luar biasa. Mata pencarian mereka ketika ini bukan hanya berburu dan mengumpulkan buah-buahan. Dengan adanya dukungan pemerintah setempat berupa pemberian dukungan tanaman karet menetap, menciptakan SAD mempunyai mata pencarian yang lebih baik (Jambiprov, 2013). Meningkatnya perekonomian  memberikan dampak positif  yang luar biasa, salah satunya  keinginan  SAD untuk hidup berpindah-pindah menjadi berkurang. Kemajuan inipun tidak luput dari kemauan SAD sendiri untuk membuka susukan dan mendapatkan pihak luar yang peduli dengan kehidupan mereka.
Gambar 2, Suku Anak Dalam (SAD) Sedang Belajar

Dalam bidang pendidikan, warga SAD telah memperoleh kemajuan yang cukup fantastis kalau dibandingkan dengan kondisi pengetahuan meraka pada zaman dahulu. Para Orang Rimba SAD juga telah memperoleh pendidikan yang mereka dapatkan dari orang-orang yang sangat peduli dengan nasib mereka. Mulai dari LSM hingga sukarelawan lainnya telah memperlihatkan pendidikan yang luar biasa pada mereka. Walau dengan kondisi seadanya, tanpa bangunan sekolah dan kemudahan yang memadai, mereka tetap bersemangat untuk belajar. Besudut, salah satu warga SAD, telah berhasil lulus UN. Besudut yaitu warga SAD pertama yang  akan mencicipi dunia pendidikan di perguruan tinggi tinggi dengan dukungan beasiswa dan pemerintah setempat (Kemdiknas, 2013). Walaupun tidak semua masyarakat SAD mempunyai kemampuan baca tulis yang baik, akan tetapi setidaknya prestasi  Besudut telah berhasil meretas stigma masyarakat yang menganggap bahwa anak rimba SAD akan selalu keterbelakang dalam segi pendidikan. 

Saat ini warga SAD telah mengenal hanphone. Hal ini yaitu suatu kemajuan dalam bidang telekomunikasi.  Akan tetapi HP yang mereka miliki terkadang hanya  mereka gunakan untuk mendengarkan musik atau nada yang ada di HP tersebut. Fenomena ini sangat masuk akal terjadi alasannya yaitu sinyal ponsel seluler pada area TNB 12 belum maksimal. Sinyal yang tidak mengecewakan  hanya bisa diperoleh oleh SAD yang tinggal tidak jauh dari pedesaan yang berada di sekitar TNB 12.

Potret kehidupan SAD diatas yaitu sebuah citra yang bisa kita jadikan contoh bahwa masyarakat daerah pinggiran kota dan pedalaman Indonesia masih bisa mempunyai kehidupan yang lebih baik dalam banyak sekali bidang, mulai dari bidang ekonomi, pendidikan, telekomunikasi dan lainnya.  Kehidupan yang lebih baik tersebut tidaklah bisa mereka peroleh sendiri. Mereka memerlukan dukungan dan kepedulian dari semua pihak mulai dari pemerintah, LSM hingga operator telekomunikasi.

Hubungan antara Pendidikan, Ekonomi dan Telekomunikasi

Negara dengan sumber daya alam yang melimpah tidaklah menjadi jaminan bagi kemajuan suatu bangsa. Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu faktor utama sebuah bangsa untuk memperoleh kemajuan yang pesat. Tanapa SDM yang berkualitas, maka sumber daya alam yang melimpah tidak akan bisa dikelola dan difungsikan secara baik dan maksimal.

Peningkatan kualitas pendidikan yaitu cara jitu untuk meningkatkan kualitas SDM. Oleh alasannya yaitu itu, pendidikan yaitu bab terpenting dalam proses pembangunan nasional. Pendidikan juga merupakan penentu ekonomi suatu negara. Tidak mengherankan kalau beberapa negara di dunia menanggapi betapa pentingnya SDM yang merupakan investasi jangka panjang. Sumber daya insan yang berpendidikan akan menjadi modal utama untuk meningkatkan kondisi ekonomi suatu bangsa.  Hal ini bisa dibuktikan dengan semakin tingginya pendapatan seseorang yang mempunyai pendidikan yang baik. Orang yang mempunyai pendidikan yang lebih baik akan lebih produktif kalau dibandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan. Produktifitas tersebut diperoleh alasannya yaitu dimilikinya ketrampilan teknis yang diperoleh dari dunia pendidikan. Maka dari itu, satu hal yang harus selalu ditekankan dari tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan ketrampilan hidup yang sanggup membantu untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.

Banyak faktor pendudukung kemajuan pendidikan suatu bangsa yang kemudian memperlihatkan imbas besar terhadap kemajuan ekonomi. Salah satunya yaitu telekomunikasi. Hubungan telekomunikasi dengan pendidikan sangatlah  erat. Seperti yang sudah disepakati bahwa fungsi utama telekomunikasi yaitu informatif, edukatif, persuasif, dan rekreatif (entertainment). Telekomunikasi berfungsi memberi keterangan, memberi data, atau fakta yang mempunyai kegunaan bagi segala aspek kehidupan manusia. Seseorang bisa banyak tahu alasannya yaitu banyak mendengar, banyak membaca, dan banyak berkomunikasi. Oleh alasannya yaitu itu, antara ekonomi, pendidikan dan telekomunikasi mempunyai hubungan yang sangat erat bahkan tidak bisa dipisahkan.

Operator telekomunikasi adalah  pemain drama yang mempunyai peranan  penting dalam kemajuan suatu sistim telekomunikasi suatu bangsa yang nantinya akan memperlihatkan dampak sangat besar pada kemajuan pendidikan dan ekonomi. Hal ini dikarenakan operator telekomunikasi yaitu sentra pengatur layanan dan jaringan yang dipakai masyarakat untuk berkomunikasi. 

Menanti  Berkah Operator Telekomunikasi  dalam Memajukan  Pendidikan dan Perekonomian di Daerah Pinggiran Kota dan Pedalaman Indonesia

Pemakaian telepon seluler ketika ini sudah sangat merakyat. Mulai dari daerah perkotaan hingga daerah pinggiran kota dan pedalaman Indonesia, penduduknya banyak yang telah memakai ponsel. Mulai dari pedagang kecil, kantoran hingga Suku Anak Dalam Jambi telah memakai telepon seluler. Pada tahun 2011 saja, pengguna telepon seluler mencapai angka 240 juta (Teknojurnal, 2012).  Hal ini alasannya yaitu telah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya komunikasi dan informasi. Seiring tingginya minat dan kesadaran masyarakat akan pentingnya telepon seluler, para operator telekomunikasi berlomba-lomba untuk memperlihatkan pelayanan dan tarif yang murah.

Pelayanan dan tarif murah dari operator telekomunikasi sangat gampang dirasakan oleh masyarakat perkotaan. Sangat gampang untuk memperoleh sinyal yang berpengaruh untuk menelepon ataupun memperoleh susukan internet. Hal ini sangat memperlihatkan imbas faktual bagi kualitas pendidikan dan ekonomi masyarakat  perkotaan. Dengan mudahnya bagi warga kota untuk melaksanakan transaksi jual beli mulai dari via telepon hingg internet yang ketika ini populer dengan istilah jual beli online. Bagi pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum perkotaan, sumber alternatif berguru mereka bukanlah hanya berasal  dari dingklik sekolah saja. Berbagai macam kemudahan berguru online bisa mereka peroleh dengan mudah. Sangat gampang bagi masyarakat perkotaan untuk menembus jarak, ruang dan waktu.
Sangat berbeda dengan masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran kota dan pedalaman Indonesia. Bagi mereka dunia begitu gelap. Jangankan untuk memperoleh layanan berguru online dan jual beli online, memperoleh sinyal untuk SMS saja sulit bagi mereka. Hal ini yaitu salah satu faktor yang menyebabkan kesenjangan pendidikan dan ekonomi antara perkotaan dan pedalaman. Polemik ini haruslah menjadi perhatian semua pihak, terutama operator telekomunikasi itu sendiri. Banyak cara yang bisa dilakukan operator telekomunikasi biar masyarakat pinggiran kota dan pedalaman Indonesia bisa mencicipi berkah dari operator telekomunikasi guna meningkatnya pendidikan dan ekonomi.
Pemberian tarif murah yaitu salah satu cara yang bisa dilakukan operator telekomunikasi. Tarif yang murah akan sangat membantu masyarakat pinggiran kota dan pedalaman yang ingin memakai telepon seluler guna menigkatkan kondisi  ekonomi dan pendidikan mereka. Hal ini telah banyak dilakukan oleh para operator telekomunikasi di Indonesia. Membanjirnya tawaran paket SMS, telepon hingga internet unlimeted ketika ini yaitu bukti perjuangan para operator telekomunikasi di Indonesia guna membantu masyarakat.

Penyediaan sinyal yang baik dan merata juga cara yang baik yang  bisa dilakukan oleh operator telekomunikasi. Tarif murah akan menjadi sia-sia kalau kualitas sinyal jelek. Jika sinyal dan jaringan yang disediakan operator tidak merata tentu mamfaatnya tidak akan hingga ke pelosok negeri.  Dengan adanya sinyal yang baik, akan memperlihatkan ruang luas bagi masyarakat pinggiran kota dan pedalaman untuk mengakses informasi. Mereka bisa mendapatkan acuan berguru yang lebih banyak, melaksanakan transaksi jual beli yang lebih luas hingga hilanggnya istilah gagap teknologi bagi mereka. 

Akan tetapi fakta seakan terbalik, kebanyakan dari operator telekomunikasi di Indonesia merasa enggan untuk meningkatkan kualitas sinyal telepon seluler. Daerah perkotaan, ramai penduduk dan dengan keuntungan yang menjanjikan yaitu destinasi utama pembuatan Base Transciever Station (BTS). Lokasi yang jauh, biaya yang besar dan keuntungan yang sedikit bahkan bisa saja merugi menciptakan operator seluler enggan menciptakan  BTS di daerah pinggiran kota dan pedalam Indonesia.
Keberatan operator telekomunikasi dalam membangun BTS guna meningkatkan sinyal ponsel di daerah pinggiran kota dan pedalaman terkesan sangat wajar. Biaya sekitar Rp. 1 hingga 3 milliar untuk satu buah BTS memang sangat mahal (techno.okezone, 2012). Ditambah lagi dengan kualitas  jalan yang belum baik sehingga menciptakan biaya menjadi lebih membengkak. Akan tetapi, hendaknya operator telekomunikasi bersedia memikirkan aspek moral dan bukan hanya aspek untung dan rugi saja. Apabila biaya Rp. 1 hingga 3 milliar terlalu mahal untuk satu operator telekomunikasi, maka ada baiknya kalau para operator telekomunikasi bersedia berkerja sama untuk membangun BTS di daerah pinggiran kota dan pedalaman  Indonesia. Sehingga biaya yang ditanggung menjadi ringan. Polemik BTS mahal dan rasa berat kebanyakan operator untuk membangunnya, haruslah menjadi perhatian pemerintah. Mau tidak mau pemerintah harus mengambil alih pembuatan BTS tersebut sehingga masyarakat pinggiran kota dan pedalaman tetap sanggup mencicipi kemajuan dan tidak tertinggal jauh dengan masyarakat perkotaan.

Membuat program-program guna memajukan pendidikan dan ekonomi masyarakat pinggiran kota dan pedalaman Indonesia. Contohnya yaitu aktivitas komputer untuk sekolah. Dimana para operator telekomunikasi turun pribadi kelapangan guna memperkenalkan komputer dan internet. Sehingga gagap teknologi menjadi hilang. Selain itu dunia maya bukan menjadi hal yang abnormal bagi mereka dan  sanggup menciptakan pola pikir masyarakat di daerah pinggiran kota dan pedalaman menjadi lebih luas serta mendapatkan ide-ide kreatif guna menunjang taraf hidup mereka.  Jadi, Operator telekomunikasi mempunyai  memiliki tugas yang sangat besar dalam memajukan pendidikan dan perekonomian masyarakat di pinggiran kota dan pedalaman Indonesia.   

Daftar Pustaka


Jambiprov. 2013. Sekda Tekankan Intervensi Pemerintah Untuk Peningkatkan Kualitas Kehidupan SAD. Terbit tanggal 14 Mei 2014.

Kemdiknas. 2013. Besudut, Anak Rimba yang Petama Lulus UN Ingin Kaprikornus Guru. Terbit tanggal 13 Juni 2013.

Okezone. 2012. Berapa Biaya untuk Bangun Open BTS? Terbit tanggal 14 Februari 2012.

Teknojurnal. 2012. Jumlah Pelanggan Seluler di Indonesia Hampir Mendekati Jumlah Penduduk Indonesia. Terbit tanggal 18 Januari 2012.

Referensi Gambar

1. khairulhamdi. Wordpres.com
2. Kkiwarsi.wordpress.com

Related : Menanti Berkah Operator Telekomunikasi Di Tempat Pinggiran Kota Dan Pedalaman Indonesia

0 Komentar untuk "Menanti Berkah Operator Telekomunikasi Di Tempat Pinggiran Kota Dan Pedalaman Indonesia"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)