Tokoh intelektual muslim, Buya Syafii Maarif kembali menyorotin sistem pendidikan Indonesia. Menurutnya, sistem pendidikan ketika ini belum mencerminkan rasa merdeka. Sebab sarjana-sarjana Indonesia masih terbelenggu dan tidak mempunyai jiwa kewirausahaan
"Pendidikan di Indonesia tidak membuat lapangan kerja, tapi justru merengek-rengek meminta pekerjaan, sarjana kita selalu mengandalkan lowongan kerja, berbondong-bondong melamar menjadi PNS,” ujar Profesor Syafii Maarif dalam pidatonya di kampus Universitas Sanata Dharma (USD), dalam program "Indonesia 70 Tahun: Kemerdekaan, Demokrasi dan Partisipasi Masyarakat", di Yogyakarta, Jumat (21/8) malam.
Kemerdekaan, ujar Buya, masih diartikan sebatas mengusir penjajah. Sedang duduk kasus kemiskinan, korupsi, ketimpangan pembangunan kota dan desa, kerusakan ekologi, intoleransi, masalah pelanggaran HAM dan kekerasan berlatar SARA tetap menjadi prolem keseharian bangsa kita yang membuat kita tetap tertindas dan terpenjara.
Syafii kemudian mengutip isi pidato Bung Karno yang disiarkan RRI dan televisi beberapa waktu lalu. Dalam pidato itu, Bung Karno menyampaikan melawan penjajah itu mudah, tapi melawan bangsa sendiri itu sulit.
Buya mengatakan, sifat penjajah itu yakni eksploitatif, memeras dan diskriminatif. Meski kini ini Indonesia sudah tidak dijajah Belanda dan Jepang namun justru di jajah oleh "londo ireng".
"Sekarang dilakukan oleh londo ireng dan masih berlangsung," kata Buya.
Buya kembali menegaskan, tujuan merdeka yakni kesejahteraan umum, mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia. Namun, selama 70 tahun merdeka, keadilan sosial belum dijadikan anutan utama dalam pembangunan.”Semua itu yakni salah kita sendiri. Jangan ada pikiran untuk menyalahkan pihak lain,” ujar Buya. beritasatu.com
"Pendidikan di Indonesia tidak membuat lapangan kerja, tapi justru merengek-rengek meminta pekerjaan, sarjana kita selalu mengandalkan lowongan kerja, berbondong-bondong melamar menjadi PNS,” ujar Profesor Syafii Maarif dalam pidatonya di kampus Universitas Sanata Dharma (USD), dalam program "Indonesia 70 Tahun: Kemerdekaan, Demokrasi dan Partisipasi Masyarakat", di Yogyakarta, Jumat (21/8) malam.
Kemerdekaan, ujar Buya, masih diartikan sebatas mengusir penjajah. Sedang duduk kasus kemiskinan, korupsi, ketimpangan pembangunan kota dan desa, kerusakan ekologi, intoleransi, masalah pelanggaran HAM dan kekerasan berlatar SARA tetap menjadi prolem keseharian bangsa kita yang membuat kita tetap tertindas dan terpenjara.
Syafii kemudian mengutip isi pidato Bung Karno yang disiarkan RRI dan televisi beberapa waktu lalu. Dalam pidato itu, Bung Karno menyampaikan melawan penjajah itu mudah, tapi melawan bangsa sendiri itu sulit.
Buya mengatakan, sifat penjajah itu yakni eksploitatif, memeras dan diskriminatif. Meski kini ini Indonesia sudah tidak dijajah Belanda dan Jepang namun justru di jajah oleh "londo ireng".
"Sekarang dilakukan oleh londo ireng dan masih berlangsung," kata Buya.
Buya kembali menegaskan, tujuan merdeka yakni kesejahteraan umum, mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia. Namun, selama 70 tahun merdeka, keadilan sosial belum dijadikan anutan utama dalam pembangunan.”Semua itu yakni salah kita sendiri. Jangan ada pikiran untuk menyalahkan pihak lain,” ujar Buya. beritasatu.com
0 Komentar untuk "Kritikan Pedas Syafii Maarif Terhadap Sistem Pendidikan Indonesia"