Sejak tahun 2020 wacana pemberlakuan Full Day School (FDS) atau 5 hari sekolah dalam sepekan sudah dihembuskan pihak Kemdikbud. Pro kontra mewarnai wacana FDS secara nasional tersebut. Makin kencang sesudah Kemdikbud mengeluarkan Permendikbud nomor 23 tahun 2020 yang mengatur problem FDS tersebut. Kebanyakan pihak menolak dengan banyak sekali alasan termasuk manusia pendidik. Nah berikut beberapa alasan mengapa FDS banyak ditolak oleh banyak sekali kalangan
Full Day School |
Setelah menyimak bermacam-macam informasi, baik komentar, media, dan pendapat para ahli, sanggup saya simpulkan 15 alasan kegiatan Full Day School (FDS) ditentang banyak pihak, yakni:
1. FDS tidak didukung dengan pemberian pinjaman yang cukup kepada sekolah, ibarat penyediaan sarana olahraga, kesenian, keagamaan dan lain-lain.
2. Guru mustahil menunggui para siswanya alasannya memang tidak menguasai kegiatan di luar ilmunya, ibarat mengaji, seni, olahraga dan lain-lain.
3. Sekolah tidak mempunyai uang untuk menyediakan makan siang bagi para siswa, guru, dan instruktur alasannya dana BOS dihentikan dipakai untuk kegiatan itu.
4. Uang saku para siswa SD dan Sekolah Menengah Pertama sangat terbatas, adalah berkisar 5000 - 10.000/ hari sehingga mereka akan kelaparan jikalau mesti pulang jam 4 sore.
5. Demografi belum dewasa berasal dari perdesaan dan pedalaman sehingga orang tuanya akan kesulitan menjemput anak-anaknya.
6. Geografi belum dewasa melintasi tempat berbahaya yang bisa mengancam keselamatan, ibarat tempat hutan, sungai, daerah merah dan lain-lain.
7. Orang renta tidak bisa lagi melatih anak-anaknya bekerja, ibarat jaga adiknya di rumah, jaga toko orang tuanya, membantu ke sawah dan lain-lain yang sebetulnya itu sangat berkhasiat untuk membentuk jiwa mandiri.
8. Hak sosialisasi belum dewasa dengan teman bermain sekampungnya hilang alasannya belum dewasa berada di sekolah seharian.
9. Anak-anak tak lagi bisa mengikuti TPA, kursus, sekolah musik, sekolah sepak bola, bela diri dan lain-lain alasannya sudah kelelahan akhir seharian di sekolah.
10. Masjid, surau, madrasah, dan budaya kearifan lokal menjadi sepi, bahkan bisa mati, alasannya belum dewasa sudah kelelahan sesudah seharian di sekolah.
11. Anak-anak guru yang masih balita menjadi tak terurus akhir orang tuanya pulang sore hari, bahkan petang.
12. FDS diduga melanggar UUGD alasannya mewajibkan guru berada di sekolah sampai 67,5 jam pelajaran di sekolah, sedangkan ketentuannya maksimal 40 jam pelajaran.
13. Guru bukan karyawan pabrik dan bukan pula robot, melainkan profesi yang berhadapan dengan pembentukan abjad belum dewasa sebagai calon pemimpin sehingga memerlukan ilmu pedagogik.
14. Guru honorer tidak sanggup mencari pelengkap penghasilan alasannya seharian berada di sekolah tanpa pelengkap honor.
15. Kemampuan setiap sekolah dan guru berbeda-beda sehingga FDS mestinya tidak diberlakukan ke semua sekolah.
FDS memang berhasil baik diterapkan di beberapa sekolah swasta alasannya sekolah swasta boleh menarik iuran dari orang renta siswa. Jika menarik iuran dari orang renta siswa, sekolah negeri bisa dipidana.
FDS berhasil diterapkan di Sekolah Menengan Atas dan Sekolah Menengah kejuruan alasannya para siswanya sudah besar dan bisa menjaga diri.
FDS berhasil diterapkan di negara maju alasannya sarana dan prasarananya sangat memadai, serta didukung oleh transportasi dan keamanan yang sangat baik. Selain itu, jumlah siswa di setiap kelas pun relatif sedikit.
Guru tidak menentang kegiatan FDS, tetapi justru berusaha memperlihatkan citra potensi kegagalan di depan mata.
Jika memang FDS tetap akan diterapkan di semua SD dan Sekolah Menengah Pertama seluruh Indonesia, sebaiknya kita sediakan kendaraan yang baik sebelum menyuruh sopir untuk menjalankan mobilnya.
Oke demikian tadi mengapa FDS banyak ditolak dan ditentang oleh banyak sekali kalangan masyarakat. Diambil dari FP: Guru Menulis
0 Komentar untuk "15 Alasan Mengapa Full Day School Banyak Ditentang"