Hakikat Media Dalam Pembelajaran

A. PEMBELAJARAN SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan banyak sekali sumber untuk belajar. Pembelajaran sanggup melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran ialah terjadinya proses mencar ilmu (learning process). Sebab sesuatu dikatakan hasil mencar ilmu kalau memenuhi beberapa ciri berikut : (1) mencar ilmu sifatnya disadari, dalam hal ini siswa merasa bahwa dirinya sedang belajar, timbul dalam dirinya motivasi-motivasi untuk mempunyai pengetahuan yang diharapkan sehingga tahapan-tahapan dalam mencar ilmu hingga pengetahuan itu dimiliki secara permanen (retensi) betul-betul disadari sepenuhnya. (2) hasil mencar ilmu diperoleh dengan adanya proses, dalam hal ini pengetahuan diperoleh tidak secara spontanitas, instant, namun sedikit demi sedikit (sequensial). Seorang anak bisa membaca tentu tidak diperoleh hanya dalam waktu sesaat namun berproses cukup lama, kemampuan membaca diawali dengan kemampuan mengeja, mengenal huruf, kata dan kalimat. Seseorang yang tiba-tiba mempunyai kecakapan ibarat lari dengan kecepatan tinggi lantaran akhir doping, bukanlah hasil dari kegiatan belajar, namun imbas dari obat atau zat kimia yang dikonsumsinya. (3) Belajar membutuhkan interaksi, khususnya interaksi yang sifatnya manusiawi. Seorang siswa akan lebih cepat mempunyai pengetahuan lantaran pinjaman dari guru, pelatih ataupun instruktur. Dalam hal ini terjadi komunikasi dua arah antara siswa dan guru.
Kaitannya bahwa mencar ilmu membutuhkan interaksi, hal ini membuktikan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, artinya didalamnya terjadi proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan), Kemp (1975:15) menggambarkan proses komunikasi sebagai berikut :


Pesan yang dikirimkan biasanya berupa informasi atau keterangan dari pengirim (sumber) pesan. Pesan tersebut diubah dalam bentuk sandi-sandi atau lambang-lambang ibarat kata-kata, bunyi-bunyi, gambar dan sebagainya. Melalui kanal (channel) ibarat radio, televisi, OHP, film, pesan diterima oleh si peserta pesan melalui indera (mata dan telinga) untuk diolah, sehingga pesan yang disampaikan oleh penyampai pesan sanggup diterima dan dipahami oleh si peserta pesan. Lihatlah gambar di bawah ini :


Berdasarkan gambar di atas membuktikan bahwa komunikasi merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat beberapa komponen yang terlibat, diantaranya komunikator, komunikan, channel, message, feed back dan noise /barier. Pesan yang disampaikan oleh komunikator diteruskan oleh kanal atau channel hingga ke komunikan sebagai peserta pesa. Dipahami atau tidaknya sebuah pesan oleh komunikan tergantung dari feed back yang diberikan oleh komunikan. Feedback positif membuktikan bahwa pesan dipahami dengan baik, sebaliknya feedback negatif membuktikan pesan mungkin saja tidak dipahami dengan benar. Untuk membantu penyampaian pesan ini dibutuhkan kanal berupa media pembelajaran. Faktor yang sanggup menimbulkan pesan tidak dipahami dengan baik lantaran adanya noise dan barier atau kendala dan gangguan, noise ini sanggup dialami oleh komunikator, bisa terjadi pada komunikan , pada pesan juga pada channel. Misalnya siswa tidak mengerti apa yang dijelaskan guru lantaran kondisi perut sedang sakit, berarti gangguan ada pada komunikan, siswa tidak mendapatkan materi dengan terang lantaran ketika itu sedang ada pembangunan sehingga suasana berisik mengganggu pendengaran, hal ini salurannya yang terganggu. Guru tidak entusias, tidak kasar dalam mengajar sehingga siswa kurang mengerti apa yang diterangkan gurunya lantaran guru teresebut sedang ada duduk perkara keluarga, hal ini gangguan pada komunikator.
Selain faktor-faktor tersebut, terdapat juga beberapa faktor yang sanggup menghipnotis efektivitas sebuah komunikasi, baik faktor yang terjadi pada pengirim maupun pada peserta pesan. Ishak (1995:3) menjelaskan diantaranya :

1. Kemampuan berkomunikasi penyampai pesan ibarat kemampuan bertutur dan berbahasa dan kemampuan menulis. Sedangkan faktor dari peserta pesan diantaranya kemampuan untuk mendapatkan dan menangkap pesan ibarat mendengar, melihat, dan menginterpretasikan pesan.

2. Sikap dan pandangan penyampai pesan kepada peserta pesan dan sebaliknya. Misalnya , rasa benci, pandangan negatif, prasangka, merendahkan satu diantara keduabelah pihak, sehingga akan menimbulkan kurangnya respon terhadap isi psan yang disampaikan.

3. Tingkat pengetahuan baik peserta maupun penyampai pesan. Sumber pesan yang kurang memahami informasi yang ingin dicapai akan menghipnotis gaya dan perilaku dalam proses penyampai pesan. Sebaliknya, peserta pesan yang kurang mempunyai pengetahuan dan pengalaman terhadap informasi yang disampaikan tidak akan mempu mencerna informasi dengan baik.

4. Latar belang sosial budaya dan ekonomi penyampai pesan serta peserta pesan. Ketanggapan peserta pesan dalam merespon informasi tergantung dari siapa dan oleh siapa pesan itu disampaikan.

Berdasarkan uraian di atas, terang tergambar bahwa media merupakan potongan dari proses komunikasi. Baik buruknya sebuah komunikasi ditunjang oleh penggunaan kanal dalam komunikasi tersbut. Saluran / channel yang dimaksud di atas ialah media. Karena intinya pembelajaran merupakan proses komunikasi, maka media yang dimaksud ialah media pembelajaran.


Bagan di atas memperlihatkan bahwa dalam proses pembelajaran itu terdapat pesan-pesan yang harus dikomunikasikan. Pesan tersebut biasanya merupakan isi dari suatu topik pembelajaran. Pesan-pesan tersebut disampaikan oleh guru kepada siswa melalui suatu media dengan memakai mekanisme pembelajaran tertentu yang disebut metode.
Dalam sistem pembelajaran modern ketika ini, siswa tidak hanya berperan sebagai komunikan atau peserta pesan, bisa saja siswa bertindak sebagai komunikator atau penyampai pesan. Dalam kondisi ibarat itu, maka terjadi apa yang disebut dengan komunikasi dua arah (two way traffic communication) bahkan komunikasi banyak arah (multi way traffic communication). Dalam bentuk komunikasi pembelajaran manapun sangat dibutuhkan kiprah media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian tujuan/kompetensi. Artinya, proses pembelajaran tersebut akan terjadi apabila ada komunikasi antara peserta pesan dengan sumber/penyalur pesan lewat media tersebut. Menurut Berlo (1960), komunikasi tersebut akan efektif kalau ditandai dengan adanya “area of experience” atau tempat pengalaman yang sama antara penyalur pesan dengan peserta pesan

B. KEDUDUKAN MEDIA DALAM SISTEM PEMBELAJARAN
Sebelum membahas wacana sistem pembelajaran, kita pahami terlebih dahulu kata sistem. Sistem ialah suatu totalitas yang terdiri dari sejumlah komponen atau potongan yang saling berkaitan dan saling menghipnotis satu dengan yang lainnya. Pembelajaran dikatakan sebagai sistem lantaran didalamnya mengandung komponen yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Komponen – komponen tersebut mencakup : tujuan, materi, metode, media dan evaluasi. Masing-masing kompone saling berkaitan erat merupakan satu kesatuan. Untuk lebih memahami sistem pembelajaran lihatlah gambar di bawah ini :


Proses perancangan pembelajaran selalu diawali dengan perumusan tujuan instruksional khusus sebagai pengembangan dari tujuan instruksional umum. Dalam kurikulum 2006 perumusan indikator selalu merujuk pada kompetensi dasar dan kompetensi dasar selalu merujuk pada standar kompetensi. Usaha untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dibantu oleh penggunaan alat bantu pembelajaran yang sempurna dan sesuai karakteristik komponen penggunannya. Setelah itu guru memilih alat dan melaksansakannya evaluasi. Hasil dari penilaian sanggup menjadi materi masukan atau umpan balik kegiatan yang telah dilaksanakan. Apabila ternyata hasil mencar ilmu siswa rendah, maka kita mengidentifikasi bagian-bangain apa yang mengakibatkannya. Khususnya dalam penggunaan media, maka perlu melihat bagaimana efektivitas apakah yang menjadi faktor penyebabnya.

C. PENGERTIAN MEDIA
Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai media, sepakat kita simak dulu pengertiannya. Kata “media” berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti mediator atau pengantar. Akan tetapi kini kata tersebut digunakan, baik untuk bentuk jamak maupun mufrad. Kemudian telah banyak pakar dan juga organisasi yang memperlihatkan batasan mengenai pengertian media. Beberapa diantaranya mengemukakan bahwa media ialah sebagai berikut :
  • Teknologi pembawa pesan yang sanggup dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Makara media ialah ekspansi dari guru (Schram, 1977).
  • Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969).
  • Alat untuk memperlihatkan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses mencar ilmu (Briggs, 1970).
  • Segala bentuk dan kanal yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan (AECT, 1977).
  • Berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang sanggup merangsang siswa untuk mencar ilmu (Gagne, 1970).
  • Segala sesuatu yang sanggup digunakan untuk menyalurkan pesan yang sanggup merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk mencar ilmu (Miarso, 1989).

Menurut Heinich, (1993) media merupakan alat kanal komunikasi. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang secara harfiah berarti "perantara" yaitu mediator sumber pesan (a source) dengan peserta pesan (a receiver). Heinich mencontohkan media ini ibarat film, televisi, diagram, materi tercetak (printed materials), komputer, dan instruktur. Contoh media tersebut bisa dipertimbangkan sebagai media pembelajaran kalau membawa pesan-pesan (messages) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Heinich juga mengaitkan kekerabatan antara media dengan pesan dan metode (methods)
Selain pengertian media yang telah diuraikan di atas, masih terdapat pengertian lain yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Coba Anda perhatikan beberapa pengertian media pembelajaran berikut ini.
  1. Teknologi pembawa pesan yang sanggup dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Schramm, 1977).
  2. Sarana fisik untuk memberikan isi/materi pembelajaran ibarat buku, film, video, slide, dan sebagainya. (Briggs, 1977).
  3. Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969).
Media pembelajaran selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya (message/software). Dengan demikian perlu sekali Anda camkan, media pembelajaran memerlukan peralatan untuk menyajikan pesan, namun yang terpenting bukanlah peralatan itu, tetapi pesan atau informasi mencar ilmu yang dibawakan oleh media tersebut.
Perangkat lunak (software) ialah informasi atau materi didik itu sendiri yang akan disampaikan kepada siswa, sedangkan perangkat keras (hardware) ialah sarana atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan pesan/bahan didik tersebut. Untuk lebih jelasnya, sebaiknya perhatikan rujukan sederhana berikut ini : Pesawat televisi yang tidak mengandung pesan/bahan didik belum bisa disebut media pembelajaran, itu hanya peralatan saja atau perangkat keras saja. Agar sanggup disebut sebagai media pembelajaran maka pesawat televisi tersebut harus mengandung informasi atau pesan atau materi didik yang akan disampaikan. Ada pengecualian, apabila Anda contohnya saja memakai pesawat televisi sebagai alat peraga untuk menerangkan wacana komponen-komponen yang ada dalam pesawat televisi dan cara kerjanya, maka pesawat televisi yang Anda gunakan tersebut sanggup berfungsi sebagai media pembelajaran.
Dari banyak sekali pendapat di atas sanggup ditarik kesimpulan bahwa (a) media pembelajaran merupakan wadah dari pesan, (b) materi yang ingin disampaikan ialah pesan pembelajaran, (c) tujuan yang ingin dicapai ialah rposes pembelajaran. Selanjutnya penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi siswa untuk mencar ilmu lebih banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya lebih baik, dan meningkatkan penampilan dalam melaksanakan keterampilan sesuai dengan yang menjadi tujuan pembelajaran.
Pada awal sejarah pembelajaran, media hanyalah merupakan alat bantu yang dipergunakan oleh seorang guru untuk menerangkan pelajaran. Alat bantu yang mula-mula digunakan ialah alat bantu visual, yaitu berupa sarana yang sanggup memperlihatkan pengalaman visual kepada siswa, anatara lain untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak, dan mempertinggi daya serap atau retensi belajar. Kemudian dengan berkembangnya teknologi, khususnya teknologi audio, pada pertengahan masa ke-20 lahirlah lat bantu audio visual yang terutama memakai pengalaman yang kongkrit untuk menghindari verbalisme. Dalam perjuangan memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar Dale mengadakan penjabaran berdasarkan tingkat dari yang paling kongkrit ke yang paling abstrak.


Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama “kerucut pengalaman” dari Edgar Dale dan pada ketika itu dianut secara luas dalam memilih alat bantu yang paling sesuai untuk pengalaman belajar.
Pada final tahun 1950 teori komunikasi mulai menghipnotis penggunaan media, sehingga fungsi media selain sebagai alat bantu juga berfungsi sebagai penyalur pesan. Kemudian dengan masuknya efek teori tingkah laris dari B.F. Skinner, mulai tahun 1960 tujuan mencar ilmu bergeser ke arah perubahan tingkah laris mencar ilmu siswa, lantaran berdasarkan teori ini membelajarkan orang ialah merubah tingkah lakunya. Pembelajaran terprogram (pengajaran berprograma) ialah merupakan produk dari aliran Skinner ini.
Pada tahun 1965 efek pendekatan sistem mulai memasuki khazanah pendidikan dan pembelajaran. Hal tersebut mendorong digunakannya media sebagai potongan integral dalam proses pembelajaran. Perencanaan dan pengembangan pembelajaran dilaksanakan secara sistemik berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa, serta di arahkan kepada perubahan tingkah laris sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dari sini kemudian berkembang suatu konsep pendekatan sistem, dan memanfaatkan media. Perkembangan media pembelajaran memang mengikuti perkembangan teknologi pendidikan. Apabila ditelaah lebih lanjut, berkembangnya paradigma dalam teknologi pendidikan menghipnotis perkembangan media pembelajaran, ialah sebagai berikut :

a. Dalam paradigma pertama, media pembelajaran sama dengan alat peraga audio visual yang digunakan oleh pelatih untuk melaksanakan tugasnya.
b. Dalam paradigma kedua, media dipandang sebagai sesuatu yang dikembangkan secara sistemik serta berpegang kepada kaidah komunikasi.
c. Dalam paradigma ketiga, media dipandang sebagai potongan integral dalam sistem pembelajaran dan lantaran itu menghendaki adanya perubahan pada komponen-komponen lain dalam proses pembelajaran.
d. Media pembelajaran, dalam paradigma keempat, lebih dipandang sebagai salah satu sumber yang dengan sengaja dan bertujuan dikembangkan dan atau dimanfaatkan untuk keperluan belajar.

Kita kini berada dalam suatu era informasi, yang ditandai dengan tersedianya informasi yang makin banyak dan bervariasi, tersebarnya informasiyang makin meluas dan seketika, serta tersajinya informasi dalam banyak sekali bentuk dalam waktu yang singkat. Media telah menghipnotis seluruh aspek kehidupan, walaupun dalam derajat yang berbeda-beda. Di negara-negara yang telah maju media telah menghipnotis kehidupan hampir sepanjang waktu jaga. Bahkan seorang arsitek Amerika terkemuka, Buckminster Fuller dalam Haney & Ulmer, menyatakan bahwa media ialah orang renta ketiga (guru ialah orang renta kedua). Di indonesia kecenderungan ke arah itu sudah mulai tampak, dengan telah diudarakannya oleh pihak swasta “Televisi Pendidikan” mulai tahun 1991, yang disiarkan ke seluruh pelosok tanah air.
Dengan konsepsi yng makin mantap, fungsi media dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya sekedar alat bantu guru, melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan demikian seorang guru sanggup memusatkan tugasnya pada aspek-aspek lain ibarat pada kegiatan bimbingan dan penyuluhan individual dalam kegiatan pembelajaran.

D. MANFAAT MEDIA
Perolehan pengetahuan siswa ibarat yang digambarkan oleh Kerucut Pengalaman Edgar Dale bahwa pengetahuan akan semakin aneh apabila pesan hanya disampaikan melalui kata verbal. Hal ini memungkinkan terjadinya verbalisme. Artinya siswa hanya mengetahui wacana kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung didalamnnya. Hal semacam ini akan menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Oleh alasannya ialah itu, sebaiknya siswa mempunyai pengalaman yang lebih konkrit, pesan yang ingin disampaikan benar-benar sanggup mencapai target dan tujuan.
Secara umum media mempunyai kegunaan:
1. memperjelas pesan semoga tidak terlalu verbalistis.
2. mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
3. menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih pribadi antara murid dengan sumber belajar.
4. memungkinkan anak mencar ilmu sanggup berdiri diatas kaki sendiri sesuai dengan talenta dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya.
5. memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama.

Selain itu, bantuan media pembelajaran berdasarkan Kemp and Dayton, 1985:
1. Penyampaian pesan pembelajaran sanggup lebih terstandar
2. Pembelajaran sanggup lebih menarik
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
4. Waktu pelaksanaan pembelajaran sanggup diperpendek
5. Kualitas pembelajaran sanggup ditingkatkan
6. Proses pembelajaran sanggup berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan
7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran sanggup ditingkatkan
8. Peran guru berubahan kearah yang positif

Dalam kaitannya dengan fungsi media pembelajaran, sanggup ditekankan beberapa hal berikut ini:
1. Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.
2. Media pembelajaran merupakan potongan integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa media pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling bekerjasama dengan komponen lainnya dalam rangka membuat situasi mencar ilmu yang diharapkan.
3. Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai dan isi pembelajaran itu sendiri. Fungsi ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melihat kepada kompetensi dan materi ajar.
4. Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai alat hiburan, dengan demikian tidak diperkenankan menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa semata.
5. Media pembelajaran bisa berfungsi untuk mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandung arti bahwa dengan media pembelajaran siswa sanggup menangkap tujuan dan materi didik lebih gampang dan lebih cepat.
6. Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar. Pada umumnya hasil mencar ilmu siswa dengan memakai media pembelajaran akan tahan usang mengendap sehingga kualitas pembelajaran mempunyai nilai yang tinggi.
7. Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir, oleh lantaran itu sanggup mengurangi terjadinya penyakit verbalisme.

Selain fungsi-fungsi sebagaimana telah diuraikan di atas, media pembelajaran ini juga mempunyai nilai dan manfaat sebagai berikut:
1. Membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak. Konsep-konsep yang dirasakan masih bersifat aneh dan sulit dijelaskan secara pribadi kepada siswa bisa dikonkritkan atau disederhanakan melalui pemanfaatan media pembelajaran. Misalnya untuk menjelaskan wacana sistem peredaran darah manusia, arus listrik, berhembusnya angin, dsb. bisa memakai media gambar atau denah sederhana.
2. Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar. Misalnya guru menjelaskan dengan memakai gambar atau kegiatan televisi wacana binatang-binatang buas ibarat harimau dan beruang, atau hewan-hewan lainnya ibarat gajah, jerapah, dinosaurus, dsb.
3. Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil. Misalnya guru akan memberikan citra mengenai sebuah kapal laut, pesawat udara, pasar, candi, dsb. Atau menampilkan objek-objek yang terlalu kecil ibarat bakteri, virus, semut, nyamuk, atau hewan/benda kecil lainnya.
4. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat. Dengan memakai teknik gerakan lambat (slow motion) dalam media film bisa memperlihatkan wacana lintasan peluru, melesatnya anak panah, atau memperlihatkan suatu ledakan. Demikian juga gerakan-gerakan yang terlalu lambat ibarat pertumbuhan kecambah, mekarnya bunga wijaya kusumah dan lain-lain.

Untuk menambah pemahaman Bapak/Ibu wacana media, silahkan menyaksikan tayangan wacana Media Pembelajaran berikut :



Related : Hakikat Media Dalam Pembelajaran

0 Komentar untuk "Hakikat Media Dalam Pembelajaran"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)