Beberapa hari yang kemudian aku hingga di Pidie, kota kecil model ternyaman, karna ada ibu disana. Kata kawan entah apa sering pulang ke Pidie, padahal Banda Aceh merupakan kota besar yang sungguh indah, benar sekali indahnya, terlebih akhir2 ini, kota itu dipenuhi oleh lampu warna warni dimana2.
Karena kemarin aku datang di Grong-Grong hari sudah mulai gelap, aku kembali ingat lampu warna warni yang ada di Kota Banda Aceh, andai disini juga ada lampu itu, mungkin kota yang beken dengan mie caluek ini juga akan kian indah.
Tapi hayalan itu sungguh tinggi, pasalnya dari Grong-Grong saja menuju kampung aku Batee jangankan mencari lampu kelap kelip, lampu penerang jalan saja belum ada, jikalau mesti pulang malam hari ada sensasi sunyi, sepi, gelap dan bahkan ada dongeng tangan-tangan jail diseputaran itu, baik begal, pelecehan dan lain-lain.
Ini sudah 2020, mempunyai arti kami sudah berulang kali memutuskan pemimpin dan masih belum terang, tidak mau membahas kenapa lampu itu tak ada, kiprah siapa, dan kapan beliau akan lahir, lantaran aku juga tak tahu itu wewenang siapa.
Semoga setelah ini, habis gelap terbitlah terang
Penulis: Fitri Handayani
0 Komentar untuk "Memaknai Habis Gelap Terbitlah Terang"