SEKILAS TENTANG AGAMA ISLAM
Agama islam lahir di Mekkah, Arab Saudi. Agama ini diyakini sebagai agama yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada umat insan melalui utusan-Nya, yaitu Nabi Muhammad SAW. Ia lahir pada tahun 570 M.
Pada bulan Ramadhan pada tahun 610 M (menjadi tahun lahirnya islam), dikala berusia 40 tahun, Muhammad memperoleh wahyu yang pertama melalui mediator Malaikat Jibril di Goa Hira. Muhammad diangkat menjadi rasul Allah dan dari situ dimulailah proses turunnya Al Qur’an, kitab suci agama islam.
Khadijah dan sahabat-sahabat nabi ibarat Abu Bakar, Ali Bin Abi Thalib, dan Zaid Bin Haritsah tercatat sebagai pemeluk pertama islam.
Sekitar tahun 613 M, Nabi Muhammad membuatkan agama islam secara lebih terbuka. Tantangan terbesar tiba dari suku Quraisy dan penduduk Mekkah. Setelah 13 tahun, Nabi Muhammad bersama pengikutnya tetapkan untuk pindah ke Yatzrib, yang kelak berjulukan Madinah. Peristiwa yang dikenal dengan nama Hijrah ini kemudian digunakan sebagai awal penanggalan islam.
Di Madinah, islam berkembang pesat. Untuk mendapatkan Mekkah, Nabi Muhammad terpaksa terlibat serangkaian perang dengan orang-orang kafir di Mekkah. Pada tahun 630 nabi berhasil membebaskan kota Mekkah dari kekuasaan kaum kafir.
Pasca perang, orang-orang quraisy dan penduduk mekkah mulai memeluk agama islam, dan ka’bah menjadi kiblat ibadah umat islam. Hal ini kemudian diikuti banyak suku lain yang berdiam di Jazirah Arab. Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 6 juni 632 dalam usia 63 tahun.
Teori-Teori Tentang Masuknya Agama Islam ke Indonesia
1).Teori Gujarat, berdasarkan teori ini, yang didukung oleh Snouck Hurgronje, W.F.Suttherheim, dan B.H.M. Vlekke, islam masuk ke Indonesia sekitar kurun ke-13, dibawa oleh para pedagang islam dari gujarat, india.
2).Teori Mekkah, berdasarkan teori ini, yang didukung oleh Buya Hamka dan J.C. van Leur, efek islam telah masuk ke Indonesia sekitar kurun ke-7, dibawa eksklusif oleh para pedagang arab.
3).Teori Persia, berdasarkan teori ini, yang didukung oleh Hoesein Djajadiningrat, islam di Indonesia dibawa masuk oleh orang-orang persia sekitar kurun ke-13.
SALURAN-SALURAN PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA
Proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan islam ke indonesia pada umumnya berjalan dengan damai, sehingga menerima sambutan yang baik dari masyarakat kalangan raja, bangsawan, maupun rakyat biasa. Hal itu didukung faktor-faktor berikut:
1). Syarat memeluk islam sangat mudah, cukup dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.
2). Tata cara peribadatan islam sederhana, tidak perlu persiapan yang rumit
3). Islam tidak mengenal pelapisan sosial ibarat halnya agama hindu dengan sistem kasta nya. Sehingga orang indonesia gampang mendapatkan agama ini.
Penyebaran islam yang berlangsung tenang itu sanggup terlihat pada cara-cara penyebarannya, yaitu melalui terusan perdagangan, perkawinan, pendidikan, fatwa tasawuf, dakwah dan kesenian. Pedagang, mubalig, wali, hebat tasawuf, guru agama dan haji berperan penting dalam proses tersebut.
Saluran Perdagangan
Perdagangan merupakan metode penyebaran islam yang paling kentara, bahkan sanggup dikatakan sebagai terusan pertama dan utama penyebaran islam.
Menurut Tome Pires, sekitar kurun ke-7 hingga kurun ke-16 kemudian lintas perdagangan yang melalui indonesia sangat ramai. Dalam proses ini, pedagang nusantara dan pedagang ajaib (islam) dari gujarat dan timur tengah (arab dan persia) bertemu dan saling bertukar pengaruh.
Saluran Perkawinan
Saluran penyebaran islam selanjutnya yaitu melalui perkawinan. Pedagang-pedagang itu dan juga keluarganya menikah dengan wanita pribumi, putra putri para aristokrat (adipati), dan bahkan dengan anggota keluarga kerajaan.
Hal ini berdampak positif terhadap perkembangan islam. Keluarga pedagang atau ulama itu mensyaratkan wanita idamannya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat terlebih dahulu. Anak-anak hasil ijab kabul itupun cenderung mengikuti agama islam yang dianut orangtuanya.
Saluran Pendidikan
Perkembangan islam yang semakin meluas mendorong munculnya para ulama dan mubalig. Para ulama dan mubalig membuatkan islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren di banyak sekali daerah.
Di pondok pesantren, kaum muda (santri) dari banyak sekali kawasan dan kalangan menimba pengetahuan perihal islam. Mereka kemudian kembali ke kawasan asal dan membuatkan ajaran-ajaran perihal agama islam. Saluran ini sangat efektif untuk mempercepat dan memperluas penyebaran islam hingga ke daerah-daerah yang terpencil.
Selain menjadi pendidik di pesantren, beberapa ulama atau kiai diminta menjadi penasehat agama atau guru bagi para aristokrat keraton.
Saluran Ajaran Tasawuf
Ajaran tasawuf diperkirakan masuk ke indonesia sekitar kurun ke-13, tetapi gres berkembang pesat sekitar kurun ke-17.
Ajaran tasawuf banyak dijumpai dalam cerita-cerita babad dan hikayat dari masyarakat setempat. Ajaran ini gampang berkembang terutama di jawa, alasannya yaitu fatwa islam melalui tasawuf diubahsuaikan dengan mindset (pola pikir) masyarakat yang masih berorientasi agama hindu.
Tokoh-tokoh taswuf yang populer diantaranya: Hamzah Fansuri, Syamsudin as-Sumatrani, Nurrudin ar-Raniri, Sunan Bonang, Syekkh Siti Jenar, dan Sunan Panggung.
Saluran Dakwah
Penyebaran islam tidak sanggup dilepaskan dari peranan para wali. Ada 9 wali yang membuatkan islam dengan cara berdakwah, yang disebut juga walisongo. Mereka dikenal telah mempunyai ilmu dan penghayatan yang tinggi terhadap agama islam.
1). Sunan Gresik, juga dikenal dengan nama Maulana Maghribi atau Maulana Malik Ibrahim, wafat tahun 1419 dan dimakamkan di Gresik
2). Sunan Gunung Jati, juga dikenal dengan nama Syarif Hidayatullah atau Falatehan
3). Sunan Ampel, berjulukan orisinil Raden Rahmat
4). Sunan Giri, berjulukan orisinil Raden Paku, dimakamkan di Gresik
5). Sunan Bonang, dengan nama orisinil Raden Maulana Makdum Ibrahim, wafat tahun 1525 dan dimakamkan di Tuban
6). Sunan Kudus, dengan nama orisinil Jafar Sodiq
7). Sunan Kalijaga, dengan nama orisinil Raden Said, dimakamkan di Kadilangu, Demak
8). Sunan Muria, dengan nama orisinil Raden Prawata
9). Sunan Drajad, dengan nama Maulana Syarifuddin
Saluran Kesenian
Agama islam juga disebarkan melalui kesenian. Beberapa bentuknya telah disebutkan ibarat wayang (oleh Sunan Kalijaga), gamelan (oleh Sunan Bonang), serta gending (lagu-lagu) yang berisi syair-syair nasehat dan dasar-dasar fatwa islam.
Kesenian yang telah berkembang sebelumnya tidak musnah tetapi diperkaya dengan seni islam (disebut akulturasi). Seni sastra juga berkembang pesat, banyak buku perihal tasawuf, hikayat, dan babad disadur kedalam bahasa melayu.
KEHIDUPAN POLITIK DAN SOSIAL-BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA PERKEMBANGAN ISLAM
Masuknya agama islam ke nusantara secara tidak eksklusif membawa perubahan terhadap kehidupan politik dan sosial budaya nusantara.
Dalam Bidang Politik, konsep tuhan raja yang bercorak hindu-buddha (dimana raja dianggap sebagai titisan dewa) diganti dengan konsep islam khalifah. Sebutan raja diganti menjadi sultan. Selain itu, dikala meninggal sang sultan tidak di dharma kan didalam candi, melainkan dimakamkan secara islam.
Dalam Bidang Sosial-Budaya, efek islam tampak setidaknya dalam beberapa hal:
1). Tidak dikenal lagi sistem kasta atau pelapisan sosial sebagaimana dalam agama hindu.
2). Dari segi bahasa, banyak kosakata arab digunakan dan/atau diserap kedalam bahasa melayu dan kemudian bahasa indonesia. Selain itu, terjadi modifikasi atas huruf-huruf pallawa kedalam abjad arab, yang kemudian dikenal sebagai abjad jawi.
3). Pengaruh lain yang sangat kasatmata yaitu dalam bidang pendidikan, terutama melalui pesantren. Melalui pesantren, agama dan kebudayaan islam dikembangkan dan mengikuti keadaan dengan budaya lokal yang berkembang disekitarnya. Dengan demikian, pesantren ikut membentuk kebudayaan dan cara berfikir rakyat indonesia
4). Dalam hal busana, ada jenis pakaian tertentu yang menunjukkan identitas islam, ibarat sarung, baju koko, kopiah, kerudung, jilbab dan sebagainya.
Sementara itu, pengaruh lainnya yaitu dalam hal Seni Bangunan, ibarat bangunan makam, masjid, dan keraton. Masjid-masjid, bangunan, dan makam kuno menunjukkan adanya akulturasi dengan bangunan pada masa hindu-buddha.
Dalam Bidang Seni Sastra, efek arab dan persia sangat kuat, namun tetap diubahsuaikan dengan tradisi setempat. Pengaruh arab terhadap seni sastra biasanya berbentuk syair yang terdiri atas 4 baris dalam setiap baitnya. Adapun efek persia berbentuk hikayat, yaitu kisah perseorangan yang diangkat dari tokoh-tokoh populer yang hidup pada masa itu.
Dalam Bidang Seni Rupa, para seniman masa itu adakalanya menciptakan gesekan binatang atau makhluk hidup lainnya yang bentuknya sudah disamarkan, sebuah teknik yang lazim disebut stilisasi (atau deformasi). Teknik stilisasi digunkaan oleh alasannya yaitu fatwa islam melalui hadist Nabi Muhammad SAW melarang melukis makhluk bernyawa.
Pada masa perkembangan islam dikenal juga Seni Kaligrafi, atau seni menulis indah yang memadukan seni lukis dan seni ukir yang distilisasi dan memakai goresan pena dalam bahasa arab. Isi penulisan dalam kaligrafi umumnya bersumber dari ayat-ayat suci Al Qur’an dan Hadist.
Dalam Bidang Seni Tari Dan Musik, efek islam tampak dalam 3 bentuk kesenian berikut: Debus, Seudati, dan Zapin. Debus, diyakini sebagai kesenian orisinil masyarakat Banten, yang berkembang semenjak masa-masa awal islam (semasa pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin 1532-1570). Tari seudati yaitu nama tarian yang berasal dari provinsi Aceh. Zapin merupakan khazanah tarian rumpun melayu yang menerima efek dari arab, persia, dan india semenjak kurun ke-13.
Sistem Kalender juga mengalami perubahan dengan masuknya islam. Pada masa hindu-buddha digunakan sistem kalender dengan Tahun Saka. Pada masa islam digunakan sistem kalender atau penanggalan gres dengan sistem Hijriah. Kalender hijriah diawali dengan bulan Muharam dan diakhiri dengan bulan Zulhijah.
REFERENSI:
Hapsari R. dan Adil M., 2017, Sejarah Indonesia untuk SMK/MAK Kelas X, Jakarta, Penerbit Erlangga
Kemendikbud, 2017, Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Semester 1, Jakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Agama islam lahir di Mekkah, Arab Saudi. Agama ini diyakini sebagai agama yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada umat insan melalui utusan-Nya, yaitu Nabi Muhammad SAW. Ia lahir pada tahun 570 M.
Pada bulan Ramadhan pada tahun 610 M (menjadi tahun lahirnya islam), dikala berusia 40 tahun, Muhammad memperoleh wahyu yang pertama melalui mediator Malaikat Jibril di Goa Hira. Muhammad diangkat menjadi rasul Allah dan dari situ dimulailah proses turunnya Al Qur’an, kitab suci agama islam.
Khadijah dan sahabat-sahabat nabi ibarat Abu Bakar, Ali Bin Abi Thalib, dan Zaid Bin Haritsah tercatat sebagai pemeluk pertama islam.
Sekitar tahun 613 M, Nabi Muhammad membuatkan agama islam secara lebih terbuka. Tantangan terbesar tiba dari suku Quraisy dan penduduk Mekkah. Setelah 13 tahun, Nabi Muhammad bersama pengikutnya tetapkan untuk pindah ke Yatzrib, yang kelak berjulukan Madinah. Peristiwa yang dikenal dengan nama Hijrah ini kemudian digunakan sebagai awal penanggalan islam.
Di Madinah, islam berkembang pesat. Untuk mendapatkan Mekkah, Nabi Muhammad terpaksa terlibat serangkaian perang dengan orang-orang kafir di Mekkah. Pada tahun 630 nabi berhasil membebaskan kota Mekkah dari kekuasaan kaum kafir.
Pasca perang, orang-orang quraisy dan penduduk mekkah mulai memeluk agama islam, dan ka’bah menjadi kiblat ibadah umat islam. Hal ini kemudian diikuti banyak suku lain yang berdiam di Jazirah Arab. Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 6 juni 632 dalam usia 63 tahun.
Teori-Teori Tentang Masuknya Agama Islam ke Indonesia
1).Teori Gujarat, berdasarkan teori ini, yang didukung oleh Snouck Hurgronje, W.F.Suttherheim, dan B.H.M. Vlekke, islam masuk ke Indonesia sekitar kurun ke-13, dibawa oleh para pedagang islam dari gujarat, india.
2).Teori Mekkah, berdasarkan teori ini, yang didukung oleh Buya Hamka dan J.C. van Leur, efek islam telah masuk ke Indonesia sekitar kurun ke-7, dibawa eksklusif oleh para pedagang arab.
3).Teori Persia, berdasarkan teori ini, yang didukung oleh Hoesein Djajadiningrat, islam di Indonesia dibawa masuk oleh orang-orang persia sekitar kurun ke-13.
SALURAN-SALURAN PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA
Proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan islam ke indonesia pada umumnya berjalan dengan damai, sehingga menerima sambutan yang baik dari masyarakat kalangan raja, bangsawan, maupun rakyat biasa. Hal itu didukung faktor-faktor berikut:
1). Syarat memeluk islam sangat mudah, cukup dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.
2). Tata cara peribadatan islam sederhana, tidak perlu persiapan yang rumit
3). Islam tidak mengenal pelapisan sosial ibarat halnya agama hindu dengan sistem kasta nya. Sehingga orang indonesia gampang mendapatkan agama ini.
Penyebaran islam yang berlangsung tenang itu sanggup terlihat pada cara-cara penyebarannya, yaitu melalui terusan perdagangan, perkawinan, pendidikan, fatwa tasawuf, dakwah dan kesenian. Pedagang, mubalig, wali, hebat tasawuf, guru agama dan haji berperan penting dalam proses tersebut.
Saluran Perdagangan
Perdagangan merupakan metode penyebaran islam yang paling kentara, bahkan sanggup dikatakan sebagai terusan pertama dan utama penyebaran islam.
Menurut Tome Pires, sekitar kurun ke-7 hingga kurun ke-16 kemudian lintas perdagangan yang melalui indonesia sangat ramai. Dalam proses ini, pedagang nusantara dan pedagang ajaib (islam) dari gujarat dan timur tengah (arab dan persia) bertemu dan saling bertukar pengaruh.
Saluran Perkawinan
Saluran penyebaran islam selanjutnya yaitu melalui perkawinan. Pedagang-pedagang itu dan juga keluarganya menikah dengan wanita pribumi, putra putri para aristokrat (adipati), dan bahkan dengan anggota keluarga kerajaan.
Hal ini berdampak positif terhadap perkembangan islam. Keluarga pedagang atau ulama itu mensyaratkan wanita idamannya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat terlebih dahulu. Anak-anak hasil ijab kabul itupun cenderung mengikuti agama islam yang dianut orangtuanya.
Saluran Pendidikan
Perkembangan islam yang semakin meluas mendorong munculnya para ulama dan mubalig. Para ulama dan mubalig membuatkan islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren di banyak sekali daerah.
Di pondok pesantren, kaum muda (santri) dari banyak sekali kawasan dan kalangan menimba pengetahuan perihal islam. Mereka kemudian kembali ke kawasan asal dan membuatkan ajaran-ajaran perihal agama islam. Saluran ini sangat efektif untuk mempercepat dan memperluas penyebaran islam hingga ke daerah-daerah yang terpencil.
Selain menjadi pendidik di pesantren, beberapa ulama atau kiai diminta menjadi penasehat agama atau guru bagi para aristokrat keraton.
Saluran Ajaran Tasawuf
Ajaran tasawuf diperkirakan masuk ke indonesia sekitar kurun ke-13, tetapi gres berkembang pesat sekitar kurun ke-17.
Ajaran tasawuf banyak dijumpai dalam cerita-cerita babad dan hikayat dari masyarakat setempat. Ajaran ini gampang berkembang terutama di jawa, alasannya yaitu fatwa islam melalui tasawuf diubahsuaikan dengan mindset (pola pikir) masyarakat yang masih berorientasi agama hindu.
Tokoh-tokoh taswuf yang populer diantaranya: Hamzah Fansuri, Syamsudin as-Sumatrani, Nurrudin ar-Raniri, Sunan Bonang, Syekkh Siti Jenar, dan Sunan Panggung.
Saluran Dakwah
Penyebaran islam tidak sanggup dilepaskan dari peranan para wali. Ada 9 wali yang membuatkan islam dengan cara berdakwah, yang disebut juga walisongo. Mereka dikenal telah mempunyai ilmu dan penghayatan yang tinggi terhadap agama islam.
1). Sunan Gresik, juga dikenal dengan nama Maulana Maghribi atau Maulana Malik Ibrahim, wafat tahun 1419 dan dimakamkan di Gresik
2). Sunan Gunung Jati, juga dikenal dengan nama Syarif Hidayatullah atau Falatehan
3). Sunan Ampel, berjulukan orisinil Raden Rahmat
4). Sunan Giri, berjulukan orisinil Raden Paku, dimakamkan di Gresik
5). Sunan Bonang, dengan nama orisinil Raden Maulana Makdum Ibrahim, wafat tahun 1525 dan dimakamkan di Tuban
6). Sunan Kudus, dengan nama orisinil Jafar Sodiq
7). Sunan Kalijaga, dengan nama orisinil Raden Said, dimakamkan di Kadilangu, Demak
8). Sunan Muria, dengan nama orisinil Raden Prawata
9). Sunan Drajad, dengan nama Maulana Syarifuddin
Saluran Kesenian
Agama islam juga disebarkan melalui kesenian. Beberapa bentuknya telah disebutkan ibarat wayang (oleh Sunan Kalijaga), gamelan (oleh Sunan Bonang), serta gending (lagu-lagu) yang berisi syair-syair nasehat dan dasar-dasar fatwa islam.
Kesenian yang telah berkembang sebelumnya tidak musnah tetapi diperkaya dengan seni islam (disebut akulturasi). Seni sastra juga berkembang pesat, banyak buku perihal tasawuf, hikayat, dan babad disadur kedalam bahasa melayu.
KEHIDUPAN POLITIK DAN SOSIAL-BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA PERKEMBANGAN ISLAM
Masuknya agama islam ke nusantara secara tidak eksklusif membawa perubahan terhadap kehidupan politik dan sosial budaya nusantara.
Dalam Bidang Politik, konsep tuhan raja yang bercorak hindu-buddha (dimana raja dianggap sebagai titisan dewa) diganti dengan konsep islam khalifah. Sebutan raja diganti menjadi sultan. Selain itu, dikala meninggal sang sultan tidak di dharma kan didalam candi, melainkan dimakamkan secara islam.
Dalam Bidang Sosial-Budaya, efek islam tampak setidaknya dalam beberapa hal:
1). Tidak dikenal lagi sistem kasta atau pelapisan sosial sebagaimana dalam agama hindu.
2). Dari segi bahasa, banyak kosakata arab digunakan dan/atau diserap kedalam bahasa melayu dan kemudian bahasa indonesia. Selain itu, terjadi modifikasi atas huruf-huruf pallawa kedalam abjad arab, yang kemudian dikenal sebagai abjad jawi.
3). Pengaruh lain yang sangat kasatmata yaitu dalam bidang pendidikan, terutama melalui pesantren. Melalui pesantren, agama dan kebudayaan islam dikembangkan dan mengikuti keadaan dengan budaya lokal yang berkembang disekitarnya. Dengan demikian, pesantren ikut membentuk kebudayaan dan cara berfikir rakyat indonesia
4). Dalam hal busana, ada jenis pakaian tertentu yang menunjukkan identitas islam, ibarat sarung, baju koko, kopiah, kerudung, jilbab dan sebagainya.
Sementara itu, pengaruh lainnya yaitu dalam hal Seni Bangunan, ibarat bangunan makam, masjid, dan keraton. Masjid-masjid, bangunan, dan makam kuno menunjukkan adanya akulturasi dengan bangunan pada masa hindu-buddha.
Dalam Bidang Seni Sastra, efek arab dan persia sangat kuat, namun tetap diubahsuaikan dengan tradisi setempat. Pengaruh arab terhadap seni sastra biasanya berbentuk syair yang terdiri atas 4 baris dalam setiap baitnya. Adapun efek persia berbentuk hikayat, yaitu kisah perseorangan yang diangkat dari tokoh-tokoh populer yang hidup pada masa itu.
Dalam Bidang Seni Rupa, para seniman masa itu adakalanya menciptakan gesekan binatang atau makhluk hidup lainnya yang bentuknya sudah disamarkan, sebuah teknik yang lazim disebut stilisasi (atau deformasi). Teknik stilisasi digunkaan oleh alasannya yaitu fatwa islam melalui hadist Nabi Muhammad SAW melarang melukis makhluk bernyawa.
Pada masa perkembangan islam dikenal juga Seni Kaligrafi, atau seni menulis indah yang memadukan seni lukis dan seni ukir yang distilisasi dan memakai goresan pena dalam bahasa arab. Isi penulisan dalam kaligrafi umumnya bersumber dari ayat-ayat suci Al Qur’an dan Hadist.
Dalam Bidang Seni Tari Dan Musik, efek islam tampak dalam 3 bentuk kesenian berikut: Debus, Seudati, dan Zapin. Debus, diyakini sebagai kesenian orisinil masyarakat Banten, yang berkembang semenjak masa-masa awal islam (semasa pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin 1532-1570). Tari seudati yaitu nama tarian yang berasal dari provinsi Aceh. Zapin merupakan khazanah tarian rumpun melayu yang menerima efek dari arab, persia, dan india semenjak kurun ke-13.
Sistem Kalender juga mengalami perubahan dengan masuknya islam. Pada masa hindu-buddha digunakan sistem kalender dengan Tahun Saka. Pada masa islam digunakan sistem kalender atau penanggalan gres dengan sistem Hijriah. Kalender hijriah diawali dengan bulan Muharam dan diakhiri dengan bulan Zulhijah.
REFERENSI:
Hapsari R. dan Adil M., 2017, Sejarah Indonesia untuk SMK/MAK Kelas X, Jakarta, Penerbit Erlangga
Kemendikbud, 2017, Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Semester 1, Jakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
0 Komentar untuk "Proses Masuknya Agama Dan Kebudayaan Islam Di Indonesia"